Chapter 4

22 3 2
                                    

Regan berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi. Ya, sedari tadi dia belum melaksanakan hukuman yang diberi Opung padanya.

Dia menunggu sekolah sepi terlebih dahulu, baru akan melaksanakan hukuman itu.

Regan disuruh Opung untuk membersihkan semua toilet yang ada di SMA Garuda. Perempuan, laki-laki.

Dimulai dari toilet cowok kelas X yang berada di gedung sebelah timur SMA Garuda. Dan meneruskan ke toilet cewek. Dan seterusnya.

"Duarr" suara gebrakan pintu menggema di dalam toilet. Gadis yang berada dalam salah satu bilik toilet pun terlonjak kaget

"anjing"

umpat nya dalam hati dan bermaksud ingin memaki orang yang membuat jantungnya hampir keluar dari tempat asalnya.

Dengan tergesa-gesa, gadis itu keluar dan menendang ember yang berisi air pelan.

"Eh. Ini tuh toilet cewek! Ngapain Lo disini?! Mau ngintip ya Lo?" Murka Kanaya

Cowok tadi menengang mendengar suara itu. Tidak. Bukannya dia takut karena dikira mengintip anak gadis orang di kamar mandi. Tapi, tapi suara itu...

Regan mendongak. Betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang berada didepannya ini.

Sama seperti Regan. Kanaya pun menegang melihat siapa cowok yang ada dihadapan nya ini.

Hening menyelimuti mereka. Entahlah. Mereka tidak tau harus berbuat apa. Regan hanya menatap lekat manik mata hitam terang Kanaya. Seolah jika sekali berkedip, maka Kanaya akan hilang untuk selamanya.

Sedangkan Kanaya hanya mencuri-curi pandang ke arah Regan. Hingga suara menggelegar milik Edgar, memecahkan keheningan.

"Woi, Kanaya! Lama amat sih. Ngapain aja Lo didalem."

Itu. Suara itu, suara seseorang yang sangat dibenci nya.

'apa mungkin mereka masih berhubungan?' tanya nya dalam hati.

Sementara Kanaya mengumpati suara toa kakaknya.

Merasa tidak ditanggapi. Edgar pun berlari masuk ke dalam toilet. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat siapa orang yang sedang bersama Kanaya.

Dia menatap tajam ke arah Edgar dan Kanaya bergantian.

"Cih. Lo ternyata gak pernah berubah ya. Masih aja cabe. Sama dia lagi."
Ucap Regan merendahi Kanaya dan kakaknya.

"Apa maksud lo ngomong kayak gitu?!" Murka Kanaya

Bukan pertemuan seperti ini yang dia harapkan. Hatinya terlalu berharap Regan akan memeluknya atau sekedar ucapan basa-basi karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu.

Tapi, apa ini? Berani-beraninya dia mengatai Kanaya  cabe-cabean. 

"ya, lo ternyata masih cabe. Setia banget, sama yang bentukan kayak gini lagi. Emang cocok sih kalian bedua. Sama-sama perusak?"

'Plakk!'

Kanaya menampar keras pipi Regan karena telah berani berbicara seperti itu.

Luka lama itu kembali terbuka dengan lubang yang lebih besar. Air matanya pun tak bisa jatuh hanya untuk menangisi lelaki yang ada dihadapannya ini.

"Denger! Gue gak tau apa masalah Lo sama gue, atau masalah lo sama Edgar. Tapi asal lo tau. Lo juga gak pernah berubah. Bangke!"

Kanaya menarik tangan Edgar untuk keluar dari toilet. Dia berhenti sebentar disebelah Regan dan membisikkan sesuatu tepat di telinga Regan

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang