TEMAN HIDUP

32 8 0
                                    

TEMAN HIDUP

Aku duduk bersila di pojok kamar ku setelah mengambil sebuah botol berisi cairan berwarna merah muda. Aku membuka tutup botol ditanganku perlahan, dan cairan berwarna merah muda dan berbau harum itu siap memasuki mulutku, namun tiba tiba… tanganku ditahan sebuah tangan kekar.

"Stop! Mau sampai kapan kamu seperti ini?! Please! Nggak ada untungnya kamu bunuh diri! Kemana amal ibadah kamu nanti, sholat kamu, puasa, sedekah kamu gimana nantinya, kalau seandainya ajal kamu datang disaat hati kamu dikuasai oleh syetan?!"

Dia melepaskan tanganku yang lemas seketika hingga botol yang ku pegang terlepas begitu saja dan cairan didalamnya berceceran di lantai kamarku. Aku menangis tersedu mengingat segalanya.

"Apa kamu nggak capek? nggak sakit? Kamu siksa badan kamu hampir setiap hari?!" Lelaki dengan suara berat itu menghela napasnya panjang.

"Untuk apa sih Alika hidup? Orangtua Alika ribuutt terus setiap waktu karena Alika, Alika cuman bisa nyusahin mereka, Alika cuman dijadikan tempat pelampiasan kekesalan orangtua Alika! Alika nggak bisa apa-apa! Prestasi nggak ada, kerjaan juga nggak punya! Orangtua Alika juga anggap Alika ini manusia nggak berguna! Nggak ada yang hargai Alika! Nggak pernah anggap Alika! seakan Alika ini nggak ada! Apa hidup Alika tuh cuman untuk bahan bully-an orang?! Alika capek Han, Alika capek!" Kataku sembari menunduk melawan Isak tangis.

Lelaki bernama Farhan itu mengusap wajahnya kasar. "Ok, aku tau itu memang kenyataan, tapi ingat Al, Allah peduli sama kamu."

"Jalani semuanya karena Allah, ikhlas melewati ujiannya, jadikan ujian itu untuk pembelajaran dimasa yang akan datang, Insya Allah kebahagiaan yang hakiki tengah menanti" dia tak hentinya membujuk dan menceramahiku membuatku semakin penat.

"Tapi Alika nggak tahan lagi, Alika capek, Alika sakit! Farhan lihat luka-luka lebam di tubuh Alika?! Apa hidup Alika hanya untuk mendapatkan ini?! Kenapa Allah nggak adil sama Alika?! Kenapa Allah ciptain Alika kalau di hidup Alika cuman ada siksaan, siksaan dan siksaan?! Kenapa?!" Aku mengeluarkan semua yang ada di pikiranku yang selama ini aku pendam hingga aku muak.

Farhan terbelalak mendengar ucapanku yang memang melampaui batas. "Astaghfirullahal'adziim… istighfar Al! Kamu nggak boleh bicara kaya gitu! Ingat, Allah menguji kita sesuai kemampuan kita! Allah menimpakan ujian ini pada kamu, itu artinya kamu mampu, kamu kuat dan bisa melewatinya! Husnudzon sama Allah, Al..."

"Bisa nggak sih, Farhan ngertiin Alika sedikit?!" Aku meneriakinya sambil mendongak seakan ingin menghabisinya sekarang juga.

Aku menundukkan kepalaku kembali. "Ah, lupa… kan nggak ada yang ngerti Alika." Lanjutku sambil tertawa pahit.

Farhan hampir kehilangan kesabarannya. "Alika!" Farhan menyentak ku. Ya! Tetangga sekaligus teman yang tak ku anggap itu membentakku!

"Apa?! Kenapa sih, Farhan ngurusin hidup Alika terus?!" Aku benar-benar mengucapkannya, rangkaian kata yang selama ini ingin aku keluarkan.

Dia menghela napas untuk meredam amarahnya

"Karena aku peduli sama kamu, aku tidak ingin, sifat labil kamu membuat kamu menyesal dikemudian hari. Aku tidak ingin, tingkah konyol kamu membawa kamu pada su'ul khotimah." Suara serak beratnya dan nada bicara tingginya yang menghilang seketika, membuatku bergetar mendengar setiap kata yang lisannya ucapkan.

Aku tertunduk lemah, tanganku memeluk kedua lutut dan menenggelamkan kepalaku. Tubuhku bergetar hebat menahan Isak tangis yang semakin menjadi.

Farhan berlutut dihadapanku. "Please! Aku mau kamu bangkit! Aku janji bakal bantu kamu..."

Aku merasa bersalah dan malu padanya. Dengan ragu, aku mendongakkan kepala sembari mengulurkan tanganku dan menunjukkan jari kelingkingku pada Farhan.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang