Holla ketemu lagi sama cerita abal2ku ini.. hahaha... maaf typo bertebaran karena aku lagi malas buat ngedit, selesai langsung up... hahahaha idenya mengalir gitu aja.. jadi selamat membaca guys...
Happy reading....
Menghela nafas panjang sejak 5 menit yang lalu. Dia hanya berbaring bosan di sofa apartementnya dengan tv masih menyala manayangkan program yang sama sekali tidak menarik atensinya. Bukan programnya yang tidak menarik, hanya saja dia sedang tidak tertarik untuk menonton tv. Lalu untuk apa tv menyala jika tidak dilihat? Jawabannya hanya untuk mengusir kesenyapan saja. Ya, hanya untuk itu.
Sejak dramanya "That Man Oh Soo" selesai, ia memilih untuk istirahat sejenak dari dunia drama, tetapi ia masih mengambil job untuk iklan. Untuk waktu dekat ia masih belum terpikirkan untuk mengambil projek drama lagi. Apalagi ia sempat shock dengan berita beberapa bulan lalu yang membicarakan tentang keterlibatan lawan mainnya dalam kasus pelecehan. Ah membicarakan hal itu pasti tidak akan ada habisnya.
Ia mengambil ponsel yang tergeletak di samping tubuhnya. Melihat applikasi chatting sangat banyak notifikasi dari beberapa temannya yang hanya berbicara basa basi. Ia merasa bosan, tapi ia terlalu lelah untuk beraktivitas, tidur pun juga enggan terpejam. Ah membingungkan dan menyebalkan.
Ia melangkahkan kakinya ke dapur, mungkin minum chocolate hangat akan menghangatkan tubuhnya yang mulai kedinginan. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 19.00 KST. Masih terlalu sore untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Ting tong...
Ia terpaku sesaat, siapa yang bertamu ke apartemennya?
Ia bergegas membuka pintu tanpa melihat intercom lebih dulu. Tubuhnya menegang dengan mulut sedikit terbuka. Terkejut dengan seseorang yang kini berada di depannya. Kenapa? Kenapa orang ini bisa ada disini?
"Oppa?" Ia tergagap untuk mengucapkan sepatah kata saja. Ia terlalu terkejut dengan kehadiran seseorang yang masih berdiri di depannya, menatap intens dirinya.
"Ini aku Sso, boleh aku masuk? Di luar dingin dan mungkin akan sedikit berbahaya." Ucapnya dengan sedikit kaku. So eun yang masih belum sadar sediki memberi ruang untuk orang yang tadi di panggilnya 'oppa' untuk masuk ke dalam apartemennya.
So eun masih mematung di depan pintu setelah ia menutupnya kembali. Masih belum percaya apa yang dilihatnya. Pria itu hanya memandang so eun dengan senyum tipis, berusaha untuk mengembalikan kesadaran so eun dengan menepuk pundaknya pelan. So eun terperangah dan berusaha untuk kembali sadar jika yang dilihatnya kini bukan halusinasi atau bahkan mimpi.
So eun segera membuka lemari sepatu yang ada di sampingnya berdiri saat ini, ia memberikan sepasang sandal rumah berwarna coklat kepada pria tadi. Pria tersebut tersenyum sedikit lebih lebar dari senyum tipisnya tadi. Sandal yang diberikan so eun tadi membuatnya kembali mengingat masa-masa 9 tahun yang lalu. Masa dimana tempat ini masih sering ia kunjungi. Ia masih mengingat dengan baik dalam memorynya bahkan ia tidak pernah melupakan sedikitpun letak sudut kenangan yang terjadi di ruangan milik gadis yang saat ini sudah melangkah lebih dulu untuk masuk.
Ia mengekori so eun untuk masuk setelah mengenakan sandal rumah. Ia mendudukan dirinya di sofa yang tadi sempat so eun tempati. So eun menghampiri pria tadi dengan dua cangkir chocolate hangat di tangannya, ia memberikan salah satunya kepada tamunya tersebut. Suasana terasa mencekam karena keheningan dan kecanggungan yang tercipta. Sebenarnya keduanya tidak suka suasana seperti ini, tetapi salah satu dari mereka masih enggan untuk bersuara setelah detika jam berlalu beberapa menit.
"Euhmm.. sso?" Pria tersebut sedikit gugup untuk bertegur sapa dengan gadis yang duduk di single sofa di sampinga duduk saat ini. Gadis itu menolehkan atensinya sebentar untuk melihat raut pria yang tadi memanggilnya. Namun, hanya sebentar saja karena kini ia memilih untuk memfokuskan netranya pada coklat hangat yang berada di tangannya.