🌆BAB SATU🌆

5 3 0
                                    

Suasana kantin sangat padat siang ini. Kerumunan siswa lapar yang berdesak-desakan di stand hingga saling dorong-mendorong hanya untuk meminta pesanannya didahulukan.

Belum lagi di daerah seberang yang ramai sendiri, tertawa cekikikan dan menghisap batang rokok.

Senja, dia berada disalah satu meja bebas asap rokok yang dekat dengan stand bakso, ditemani Bintang, sahabatnya.

"Gimana, udah selesai MOSnya?" tanya Bintang sambil memandang ke arah senja yang mengunyah permen karet merah muda, yang mungkin itu memiliki rasa strobery.

"Udah, Tang. Capek. Terima kasih banget gue, karena udah selesai!" jawab Senja sambil mengiba-ibaskan tangan di depan wajahnya.

Tiga hari melakukan MOS di sekolah ini, terasa sangat capek bagi Senja. Menurutnya, MOSnya adalah MOS teraneh yang ditemui. Memang membawa barang yang gampang, seperti telur, bola, dan tali rafia. Tapi, saat di sekolah, hal yang harus dilakukan yang aneh. Karena harus memasak telur menjadi kue, membuat rancangan tenda kecil dari tali rafia, dan membuat bola menjadi vas bunga.

Senja sangat yakin, bahwa MOS yang aneh, karena kakak kelas yang balas dendam pada semasa MOSnya yang terdahulu.

"Hahaha, termasuk terimakasih untuk hubungan kita?" pertanyaan Bintang berhasil membuat Senja berhenti mengunyah permen karet di dalam mulutnya, melihat beberapa detik ke wajah Bintang yang tersenyum sambil mengedipkan mata.

Deg
Jantung yang semula biasa saja menjadi lebih meningkat ritmenya. Perasaan itu, seringkali muncul saat Bintang mencoba menggodanya.

Perasaan yang sebenarnya masih tersisa untuk Bintang, perasaan lebih dari seorang sahabat.

"Kaku banget. Masih cinta ya?" goda Bintang.

Lagi-lagi Bintang dengan entengnya mengucapkan sesuatu yang membuat Senja menjadi tidak nyaman. Cewek itu menggigit bibir atasnya sambil mencoba untuk duduk senyaman mungkin. Mencoba mengalihkan pandangan dari Bintang yang seakan menunggu jawabannya.

Senja menyelipkan rambut ke belakang telinganya, sambil mengunyah permen karet kembali.

Lama tidak menjawab, mungkin akan membuat Bintang membahas hal lainnya. Tapi ternyata salah, justru yang dilihat Senja adalah Bintang tetap memandangnya. Tampak jelas di wajahnya bahwa dia masih menunggu jawaban dari Senja.

"Apaan sih lo, Tang," Senja menunduk sambil merasakan detak jantungnya kembali bergetar dengan cepat.

"Hahaha, santai aja kali, Sen. Kaku amat lo kayak kanebo kering," tawa Bintang pecah saat itu juga.

Senja berdecak pelan sambil duduk santai. Memandang ke sana ke mari, barang kali dia menemukan sesuatu yang membuatnya menarik.

"Senja kan?" tanya seseorang membuat Senja mendongak.

Dengan mantab, Senja berdiri sambil mengangguk, wajahnya tersenyum saat melihat weajah cowok yang ada di depannya.

"Ulang tahun sekolah Merah Putih tinggal beberapa bulan. Kamu bisa nyanyi nanti untuk mengisi acara?"

Senja tampak binggung, beberapa kali dia melihat ke arah Bintang yang juga memandangnya.

"Sama aku nanti,"

Kalimat itu membuat Senja mengangguk lagi sambil tersenyum. "Oke kak. Aku siap!"

"Kartu namaku, kalau kamu mau nanya banyak," ucapnya sambil menyodorkan kertas kecil berbentuk persegi panjang.

Senja dengan senang hati menerima kertas itu dan mengangguk mantap.

Kertas dia genggam sambil memandang cowok itu melangkah menjauhi meja Senja.

Senja duduk sambil tetap memandang ke arah meja yang diduduki cowok tadi. Cewek itu menopang dagu dengan kedua tangannya, senyum dengan mengaunyah permen karet dan pandangan tetap pada cowok tadi.

"Hellooooowwww," ucap Bintang melambaikan tangannya di depan wajah Senja.

Senja mengedipkan matanya saat sadar dari alam bawah sadarnya. "Siapa cowok itu, Tang? Kalem banget, gue suka!"

Mendengar ocehan Senja, Bintang merapikan kerah kemejanya dan rambutnya yang acak-acakan. Berdehem dan membuat Senja menatap heran ke arah Bintang yang berkelakuan aneh.

Bintang adalah tipikal siswa yang sangat santai di rumah, di sekolah, atau dimanapun dia berada. Dia tidak perduli dengan rambutnya yang acak-acakan, bajunya yang keluar dan celana yang di tekuk ke atas seperti orang kebanjiran.

"Ekhem, cowok ganteng di sebelah lo ini juga qhalem banget, Sen, suka juga ya sama gue?" celetuk Bintang menaik turunkan alisnya.

Berharap bahwa Senja akan grogi dan salah tingkah seperti tadi, tapi nyatanya tidak. Bintang hanya meluhat wajah Senja yang mengerutkan keningnya dan meringis, seperti orang jijik.

"Ah udah, buruan tadi namanya siapa, Tang?" tanya Senja dengan merengek. Permen karer sudah dia buang ke mangkuk di depannya.

Bintang mendengus pelan sambil menopang kepala di tangan kirinya. "Angkasa, sekelas sama gue, 11 Ipa-3!"

Senja hanya mengangguk-anguk dan mencuri pandang lagi ke arah Angkasa yang berada di seberang. Sialnya, Angkasa juga tengah menatapnya.

Senja pun segera menunduk dan merasakan jantungnya berdetak sangat kencang.

****

Disepanjang perjalanan menuju ke parkiran, Senja dan Bintang menertawakan hal-hal yang sangat receh.

Disela tertawa mereka, Bintang selalu merangkul pundak Senja dan berjalan beriringan.

Senja pun sepertinya tidak keberatan akan hal itu. Bahkan sesekali mereka mendengar ada ghibahan yang menohok hati, tentang mengumbar kemesraan atau hubungan mereka yang tidak jelas.

Tapi mah bodo amat, yang penting mereka bahagia dengan keadaan seperti ini. Senja tidak pernah memperdulikan omongan nonfaedah seperti itu.

"Senja, nanti aku kerumah kamu ya?"

Bintang dan Senja menoleh ke arah sumber suara.

Tbc
Jangan lupa ikuti terus SENJA YAA

PENULIS VinaAulia1
7 september 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang