Hello, welkam di new story. Hilih langsung aja cuss.
"Tatap aku! Kenapa kamu masih bermain dengan perempuan itu!" Suara itu menggertak tajam, menyasat pendengaran lekat lekat.
"Tidak ada urusannya denganmu! (Prank)." Jawab pria paruh baya itu, yang kali ini diikuti dengan pecahan guci yang sengaja dilempar. Isakan tangis wanita itu begitu terdengar.
Seseorang tengah berdiri dibelakang pintu, menguping dari setiap kalimat yang terucap. Membuatnya geram seakan akan mengiris hatinya sendiri atas perlakuan kedua orang tuanya. Keduanya saling memaki satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah. Penat dirinya telah bertahan dalam perpecahan kedua orangtua-nya itu. Keduanya tidak ada pernah memikirkannya.
"Kamu itu selalu EGOIS!" Ketika terdengar suara penuh penekanan dari wanita paruh baya, Mamanya. Tidak lupa diakhiri isak tangis.
"SIAPA YANG EGOIS!" Bentak pria paruh baya tersebut, kerap disebut Papa. Nadanya mulai meninggi, ditambah otot otot mulai terlihat di pelipis kepalanya.
Dengan kondisi yang sangat berat, laki laki dibalik pintu itu semakin jenuh. Ia kembali memengeluarkan hembusan nafas kasar, dan mencoba menutup matanya rapat rapat untuk sekejap, lalu memantapkan niatnya untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan sebuah gitar yang selalu digendong di belakang punggungnya, sebagai teman setianya.
"Shawn! Mau kemana kamu malam malam larut seperti ini?!" Pertanyaan yang sudah diduga oleh laki laki yang disebut Shawn Raihano Mendes ini tidak digubris satu katapun. "HEH! ANAK DURHAKA KAMU!"
shawn tetap berjalan dengan langkah menggertak senada dengan emosinya yang masih berlaku. Tidak memperdulikan sedikit perkataan orang tuanya.
***
22.30
Malam yang semakin larut tidak menyisakan sedikit redupnya bintang. Tiba tiba perempuan yang kerap disapa dengan sebutan Olivia ini menggeram perutnya. Merasa kantuknya belum datang dan perutnya semakin lapar, ia memutuskan keluar rumah untuk mencari makan.
Dengan mengenakan kaos putih, lengan pendek yang digulung, sepadan dengan celana training hitam miliknya, serta rambutnya diikat satu. Ia berjalan disepanjang jalan mencari kedai yang masih buka, namun rupanya semua kedai tutup. Batin ingin memutar balik untuk kembali pulang, apa nasib tiba tiba motor yang menyerupai dilan 1990 menyerempet dirinya.
Olivia terjatuh dengan goresan sedikit luka dilengannya. Telah menjadi korban, ia tidak terima dan hendak meminta pertanggungjawaban kepada sang pengendara, namun apa daya yang menabraknya tidak memperdulikan dan tetap melajukan motornya.
"DASAR BUNTUT KADAL! Udah laper, larut malam kaya gini, masih sempetnya acara nabrak orang." Gerutu olivia sambil berusaha menetralkan sakit dilengannya, dan mencoba berdiri.
"Wadalah, mbak. Saya bantu sini, mbaknya nggak apa apa toh?!" Tanya seorang pedagang Nasi Goreng keliling sembari membantu Olivia untuk berdiri.
"Iya pak, makasih. Bapaknya masih jualan nasi goreng, jam segini?" Tetiba muncul benak Olivia pertanyaan gurih semacam itu, rasa laparnya masih tertanam dalam perutnya. "Masih, mbak. Mbaknya mau beli?"
"Mau banget pak!" Seru Olivia.
Sekitar 5 menit, Olivia menunggu bapak tadi membuatkannya nasi goreng spesial. Karena tidak ingin merasa bosan, Olivia bertanya tanya dengan penjual nasi goreng itu. Agar rasa laparnya sedikit terobati. Akhirnya, hidangan yang ditunggu gadis itupun jadi. Tidak tunggu lama untuk ia segera melahapnya.
Usai menyelesaikan makanannya, ia hendak mengeluarkan uang untuk membayar. Namun, sorot matanya tertuju pada rooftop hotel Cemara. Yang dilihat ada seseorang diatas, hendak berjalan menuju tepi rooftop.
"Eh eh! Itu orang ngapain astaga!" Kalimat yang dikeluarkan Olivia patah patah. Ia segera menyelesaikan pembayarannya, dan langsung menuju Hotel tersebut.
Bergegas lari dengan sekuat tenaganya, menaiki tangga darurat setelah meminta izin kepada penjaga Hotel. Entah sudah berapa anak tangga yang ia lalui, tujuannya adalah menyelamatkan orang yang diatas rooftop saat ini. Walaupun sedikit kakinya masih ngilu akibat luka tabrak lari tadi, Olivia tetap berusaha menaiki anak tangga itu.
Perasaan yang kacau, sekaligus panik membuatnya penasaran.
"Tapi tunggu, kalo ternyata bukan orang gimana?! Yaelah, yakali setan ngeprank gua! Buat apaan, emang setan punya account youtub, cie'elah." Gumamnya ketika sampai diperbatasan pintu rooftop.***
Mendengarkan lagu Coldplay - Sparks diatas gedung bertingkat, memang membuat Shawn tenang. Dingin, tetapi masih ada nada yang mengiringi sebagai teman. Dibawah cengkrama langit dengan bulan dan bintang, sedikit meredakan rasa jenuh dan emosinya.
Laki laki itu melangkahkan kakinya perlahan dan merentangkan kedua matanya, tentu untuk merasakan dinginnya suasana yang merebak tubuhnya.
"Woi woi! Please! Jangan bunuh diri, tolong. Pikirin lagi masa depan kamu!" Teriak seseorang dibelakangnya. Shawn mendengarkannya, tetapi tidak menggubris. Ia mengira suara itu hanya ilusi semata.
"HEI! HELLO! Kamu dengar saya kan, saya bilang TURUN! Jangan bertindak yang lebih lagi!" Suara itu kembali mengusik pikiran Shawn.
"Argh!" Geram Shawn, segera membalikkan badan dan menatap perempuan dihadapannya itu. "Siapa sih, lo?! Ganggu ketenangan gua aja tau nggak!"
"Apa kamu bilang? Ganggu? Jadi repot repot aku lari naikin tangga sebanyak itu, seenaknya saja kamu bilang ganggu? Pikirin lagi kalo mau bunuh diri, jadi ngerepotin orang tau nggak!" Balas sinis Olivia yang kini ikut menghadang.
"Siapa yang mau bunuh diri." Jawab Shawn sedikit menaikkan alis tebalnya, satu jarinya diangkat untuk mengetuk dahi gadis didepannya ini. "Bentar bentar,"
Tiba tiba Shawn mengamati gadis itu lekat lekat, seperti mengenal apa yang sebelumnya terjadi. "Ternyata lo masih hidup?" Tanya Shawn yang tidak masuk akal, membuat Olivia mengernyitkan dahi.
"Emang sebelumnya gue mati suri, hah?" Olivia menyembur.
Sebelum Shawn menjelaskan, ia memalingkan kepala untuk tertawa sengit. "Gue kira, cewek yang tadi gue tabrak udah mati." Jelasnya.
Tentu hal itu membuat Olivia semakin geram dengan pernyataan Shawn secara terang terangan. Lelaki dihadapannya memang gagah dan tampan, namun tidak dengan pribadinya yang buruk. Ia sama sekali tidak tahu, jika laki laki ini adalah pengendara yang menyerempetnya tadi. Benar benar tidak mengamati jelas apa yang dikenakan Shawn.
"Bego!" Tambah Shawn. 'PLAKK!', Sebelum Olivia meninggalkan laki laki menyebalkan dihadapannya ini, ia menampar dengan super exstra tenaganya yang paling dalam
Setelahnya, pertemuan singkat itu menjadi hal yang membekas untuk kejadian yang sulit dilupakan. Dan keduanya saling mengira satu sama lain itu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTICULAR TASTE
RandomSatu hal yang membuat Shawn kabur dari rumah adalah karena pertengkaran kedua orang tuanya, lagi. Mau dikatakan seperti apa, Shawn akan tetap melakukan hal nekat jika itu bisa merendam semua jenuh pikirannya dan membuatnya tenang setelah itu. Ber...