CHAPTER I

25 4 2
                                    

Sebelum lanjut yuk klik bintang di pojok kiri
____________________________________

Suara ayam berkokok memekakkan telinga, ya Allah sebentar lagi ah kata hati.
1 menit
2 menit
3 menit

"IBUUUU, AHLIYA BANGUN KESIANGANNN!!" Secepat kilat menuju kamar mandi, sarapan dan berangkat.
Ibu Ahliya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu.
"Tadi ibu sudah bangunin kamu, katamu sebentar lagi."
-
"Ibu, Ahliya berangkat ya, doakan hari pertama masuk sekolah lancar." Begitu semangatnya.
"Aamiin, kamu berangkat naik apa?"
"Kaki, hehe. Lari aja bu, kalo nunggu bis keburu telat."
"Beneran gapapa? Ya udah hati-hati."
"Siap ndan! Assalamualaikum."

5 menit lagi sampe sekolah ayo Li semangat.
Huh huh huh, deru nafas semakin keras
1 2 3
Yey sampe gerbang sekolah, lho lho kok gerbang ditutup? Mana ada gerombolan anak di depan lagi, haduh... katakan ini mimpi buruk ya Allah kata hati Ahliya sambil memejamkan mata.
Siswa lain yang terlambat protes pada satpam, minta untuk gerbangnya dibuka tapi tidak dengan Ahliya, dia semakin meng-Aamiinkan doanya. Sampai - sampai...
BRUKKK
"ADUUUUUUH... JALAN TUH PAKE MA-" tiba-tiba bungkam.
"Napa?! Lo tuh yang sinting, tutup mata segala!"
"Ditolongin kek, malah ceramah!"
Cowok berkaca mata hitam itu menjulurkan tangannya.
"Eh sorry ya, bukan mahram. Gue bisa berdiri sendiri!" Tersenyum lalu berjalan lurus dengan percaya diri menuju gerombolan orang
"CEWE BANGSATTT!!!"

XII MIPA 1
Tempat yang Ahliya pijaki sekarang.
"Eh, eh Li, kok lo baru dateng sih? Tau ga kalo ada PR Fisika, mana buku lo?"
Rasanya baru aja menghirup nafas eh ada aja tuh radio berisik.
"Baru aja dateng, nih." Dengan muka malasnya Ahliya memberikan buku tugasnya ke Faela. Kemudian melangkahkan kaki, menuju tempat duduknya dengan lesu.
"Lo sakit ya Li?"
"Engga kok, emang kenapa? Pucet?"
"Ya begitu, biasanya kan lo ga gitu."
"Cuma capek aja barang kali, deadline buat HUT Sekolah ke-60 Tahun sudah di depan mata."
"Makanya ga usah tuh ikut OSIS OSISan buat apa sih? Capek kan lo?"
"Lo tuh jangan nyalahin mulu tah, bantuin kek."
"Bantuin apa? Doa? 'Ya Allah semoga Ahliya tetep sehat walaupun bandel masih tetep ikut OSIS, aamiin'." Dengan cengiran kudanya
"FAELA! SINI GA GUE KASIH CONTEKAN FISIKAA!"
"Wlek, kejar aja kalo bisa!"
"Haish! Kayak anak kecil aja."
"Eh Faela awasss!"
BRUKKK!!!
Pinggang Faela terbentur ujung meja.
"Aww, sakit banget."
Postur tubuh proporsional itu tak memperdulikan wanita yang barusan 1 detik ditabraknya, ia berjalan lurus menuju tujuannya.
Setelah tercapai pada tempat yang diinginkan, ia menarik tangan mungil si pemiliknya dengan paksa. Sehingga, si pemilik tangan tersebut menjerit kesakitan.
"Lepasin ga tangan gue! Sakit tau!"
Seolah tak mendengar ucapan dari wanita yang ditarik paksa itu, pria tersebut terus berjalan hingga sampai tempat yang sepi, lapangan belakang sekolah tepatnya, kemudian ia melepas dengan kasar tangan mungil itu.
"Apaan sih Gin? Sakit tau ga?" Ahliya memegangi tangannya yang merah itu.
"Ntar sore ga ada les - lesan!"
"Maksud lo apa sih? Gue dapat amanah dari bokap lo, buat ngajarin lo."
"Gue mau balapan ntar malem, lo mau ikut?"
"Astaghfirullah, ya udah kalo emang itu mau lo, tolong bujuk bokap lo biar gue ga ngeles-in lo lagi!" Deru emosi Ahliya seolah ingin keluar sekarang juga.
"Yakin? Terus lo sekolah pake duit dari mana?" Tersenyum miris seolah meremehkan cewek yang berada di depannya itu.
Menghela nafas, Ahliya segera kembali ke kelas, tiba-tiba ada yang menahan tangannya.
"Lepasin! Bukan mahram!"
"Dasar cewek miskin, sok suci lagi!"
Ahliya tidak memperdulikan perkataan Gino, ia buru-buru ke kelas, sebab takut jika Bu Sania, guru fisika sudah masuk duluan.

10.00 AM
Pria gagah yang populer di seluruh sekolah ini sedang berjalan sepanjang koridor kelas XII, tak lupa disetiap langkahnya pasti menebar senyum menandakan bahwa ia laki-laki baik bukan tebar pesona. Langkahnya sudah sampai tujuan.
"Ahliya, ntar sore ada kumpul, deadline buat HUT Sekolah ya."
"Eh elo Ren, oke"
"Lo bawa administrasi HUT Sekolah kan?"
"Iya, ada semua diloker gue sama ruang OSIS."
"Kalo ada kesusahan bilang aja, aku siap bantu." Ucap Rendy dengan antusias sambil mengacak-acak rambut Ahliya.
"Siap ndan!" Dengan ketawa manisnya
"Ya udah, aku mau lanjut ngasih informasi ke yang lain, cabut dulu ya." Rendy melangkahkan kaki dan melambaikan tangannya.
Beberapa detik setelah Rendy cabut, Faela pun datang.
"Duh duh, diapelin doi tuh"
"Doi?"
"Iyalah si Rendy, ya kan?" Menyenggol-nyenggol bahu Ahliya
"Apa sih Las? Kita cuma sebatas partner organisasi aja kok."
"Nih ya gue kasih tau, dia tuh memperlakukan lo dengan spesial."
"Contohnya?"
"Ya Allah, capek gue ngomong sama orang kayak lo, dasar sok polos."
"Emang polos wle."
"Yee, nih contohnya ya, dia tuh nawarin lo pulang bareng mulu, ramah banget ke lo, sampe rela nyamperin cuma buat ngasih informasi,terus cuma ngomong ke elo doang pakenya 'aku'...."
Ahliya meninggalkan Faela yang nyerocos mulu.
"Yee malah ditinggal, dasar." Menyusul Ahliya yang meninggalkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FO(U)RTUNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang