Heliza, seorang gadis cantik berbadan kurus yang memiliki lesung pipit di pipi kirinya itu baru pulang dari kampus, ia membuka pintu rumahnya sambil merem karena rasa lelah yang teramat sangat.
"Assalamu'alaikum..." ucapnya, namun tidak ada jawaban, sepertinya semua sudah tertidur, Heliza membuka matanya dan melihat jam tangannya, sudah pukul 23.19 WIB-tentu saja penghuni rumah sudah tidur.
"Wa'alaikum salam" Heliza menjawab sendiri salamnya, dari pada mubadzir tidak dijawab.
Gadis manis itu merasa sangat lelah karena jarak kampus dan rumahnya cukup jauh sekitar 45 menit perjalanan dengan sepeda motor, tadi di kampus ia dan teman-temannya habis mengerjakan 4 laporan praktikum sekaligus---bukan sesuatu yang membanggakan dan tidak boleh dicontoh kawan! Sebaiknya setelah praktikum, kita istirahat sebentar kemudian segera mengerjakan laporan itu agar tidak menumpuk dan berat di belakang.
Sejak pagi Heliza dan teman-temannya sibuk mencari referensi dari buku-buku di perpus, dan dari beberapa jurnal lalu mencocokkan dengan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan mendiskusikan pembahasan sebelum akhirnya diketik dalam microsoft word, untuk mengerjakan hal itu ternyata butuh waktu yang tidak sebentar, bayangkan, dari 5 waktu sholat---4 waktu sholat ia kerjakan di kampus bersama kelompoknya.
Rasanya kepala Heliza pusing, perutnya seolah diskoan dan matanya seperti dilem menggunaka lem kastol. Heliza terus berjalan menuju kamarnya hingga ia melihat lampu di ruang yang ada di sebelah kamarnya masih menyala, di sana ada abah Heliza yang masih sholat. Heliza teringat akan surat dari panitia kuliah lapang Etologi (mata kuliah yang membahas tingkah laku hewan), akhirnya Heliza menunggu abahnya hingga selesai solat. Usai abahnya solat, Heliza langsung menghampirinya,"Assalamu'alaikum abah"
"Wa'alaikumsalam... kok malam sekali to nduk pulangnya hm? Mana mas Adi?" Jawab abah, dari nada bicaranya terdengar bahwa abah sangat khawatir.
"Tadi Heliza masih ngerjain tugas bareng anak-anak abah..." jawab Heliza,"mas Adi masih ngunci pintu gerbang."
Hoam...
Heliza menguap, "Oiya abah, ini ada undangan dari kampus!"
Hoam...
Gadis itu menguap lagi.
"Undangan apa nduk?" Tanya abahnya lagi.
"Nanti Heliza dikasih uang saku kan abah?" jawab Heliza ngelantur.
"Nduk, ini undangan apa?" tanya abahnya Heliza karena tidak menggunakan kacamata, jadi susah untuk membaca.
"Oh, itu undangan Kuliah lapang abah."
"Di mana?"
"Jadwalnya padet banget abah, nanti kalau kita sudah sampai di sana, kita harus menyimak presentasi tentang eksistensi harimau di Indonesia yang sudah hampir punah, mencatat hal-hal yang penting untuk bahan laporan. After that, kita harus melakukan pengamatan pada setiap jenis satwa yang ada, mengamati ciri-cirinya, tingkah lakunya, makananya, habitatnya, kebiasaan hidupnya dan dibuat laporan juga abah, bayangkan akan seperti apa lelah nya hari itu?" jawab Heliza panjang lebar, padahal bukan itu yang menjadi pertanyaan abahnya.
"Di mana? Taman safari apa di Wisata Bahari Lamongan atau di Jatim Park?" tanya abah karena ia kesulitan membuka stapless undang dan mencoba menangkap maksud dari putrinya.
"Tugasnya besok dikumpulin, jadi tadi tadi ngebut ngerjain 4 laporan sekaligus!"
"Oalah nduk... kalau ada tugas ya langsung dikerjakan biar tidak numpuk dan hasil pengerjaannya jadi lebih maksimal!"
"Maunya si gitu abah, tapi Heliza lapeer banget abah, capek, mana besok masuk kuliahnya jam tujuh lagi" keluh Heliza.
"Masya Allah..." Pak Gholib mengelus dadanya mendengar jawaban dari anaknya yang dari tadi tidak nyambung. "Ya sudah sana istirahat, tidur dulu." ucap abahnya pengertian yang pada akhirnya berhasil membuka undangannya, mencoba membaca isinya tanpa menggunakan kacamata.
***
Usai menutup pintu gerbang, Adi mengambil air wudu di kran halaman rumah dan dengan secepat kilat dia masuk ke rumah dan mengerjakan sholat Isya yang tadi belum sempat ia kerjakan.
"Allah maha besar... Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang" Adi mulai membaca bacaan sholat.
(note: Adi membaca bacaan sholat dalam bahasa Arab, tapi untuk mempermudah pembaca, penulis langsung mengetik artinya dalam bahasa Indonesia).
"Eh, tadi kontak sepedah motornya aku taruh di mana ya? Aduh... garasi sudah aku kunci apa belum ini, orang-orang sudah tidur semua, nanti kalau ada apa-apa bisa gawat ini!" fikiran Adi mulai ke mana-mana.
"Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam" Adi berusaha untuk kembali khusyu'.
"Yang maha pengasih lagi maha penyayang".
"Yah... besok Mita minta jemput, Heliza minta antar jam 6. Mana besok ujian... ya Allah, Pemilik hari pembalasan. Ah, tau gini mendingan gak usah pacaran deh!"
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan. Masya Allah besok juga harus menghubungi Dr. Evi untuk jadi pemateri... Tunjukilah kami jalan yang lurus. Abah bisa nganterin Heliza apa endak ya, semoga saja abah bisa, besok kan abah libur kerja..."
"Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau berikan kenikmatan kepada mereka. Bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Ya Allah, semoga hari besok tidak seberat yang Adi bayangkan...semoga Allah mengabulkan."
"Assalamu'alaikum warohmatullah..." Adi menyelesaikan solatnya setelah itu ia langsung berlari ke garasi untuk mengecek sepedah motornya.
"Adi, kamu ini kebiasaan... kontak ditaruh di sepeda, pintu garasi tidak dikunci..." kata abah sambil mengunci pintu.
"Iya abah, maaf... tadi Adi sampai kepikiran waktu solat."
"Astaghfirullah." Pak Ghalib menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tadi Heliza ngomong sama abah gak nyambung, baru saja kamu sholat, kamu bicara sama Allah dengan fikiran kemana-mana, nglantur dan gak nyambung , apa iya yang kamu ucapkan maksudnya sampai pada Allah?" tegur abahnya.
"Allah kan maha Tahu abah, pasti Allah faham dengan maksud Adi" jawab Adi dengan polos, tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal, grogi ditatap abah seperti itu.
"Kalau kamu sedang bertanya sesuatu pada dosen kamu, di depan orang banyak dengan bahasa yang tidak bisa difahami, kira-kira dosen kamu faham atau tidak?" Tanya abah, Adi hanya diam,"bisa jadi dosen kamu itu begitu pintar, sehingga dapat memahami maksud kamu, tapi kamu sebagai mahasiswa apa tidak malu berbicara nglantur dengan orang penting di hadapan banyak orang?
"Ya... malu abah!" Jawab Adi jujur.
"Pada manusia saja malu, sama Allah harusnya lebih malu le?" Ucap abah sebelum meninggalkan Adi sendiri di garasi, ia terbayang besok jika ia berbicara dengan Dr. Evi dengan bahasa yang tidak jelas... apa yang akan terjadi???
"Lalu... komunikasiku selama ini dengan Allah seperti apa?" Tanya Adi pada dirinya sendiri.
***