.46 Last.

23 2 0
                                    

Beberapa bulan kemudian....

Acara perpisahan itu diadain di auditorium sekolah. Gaada larangan bagi angkatan bawah untuk hadir. Tapi beberapa dari mereka lebih memilih buat ga hadir.

Awalnya pun Rheifa ga mau menghadiri acara itu. Tapi, ada sesuatu yang harus dia tanyain sama Minhyun yang sejak beberapa bulan lalu dia tunda terus karena ragu.

Jadi dia datang pagi-pagi ke auditorium dan pergi ke belakang panggung buat ketemu sama Minhyun.

Rheifa buka pintu ruangan rias. Ga ada siapapun kecuali Minhyun yang lagi berdiri menghadap cermin meja rias.

Tanpa ragu, Rheifa ngelangkah masuk dan dia tutup pintu ruangan rias itu. Sadar ada kehadiran seseorang di ruangan itu, Minhyun noleh.

"Rheifa?" Senyuman lebar itu terpampang jelas di wajah Minhyun.

Rheifa pun ikut senyum. Karena sejak dulu dia suka sama Minhyun, dia ga bisa tahan kalau udah liat senyuman Minhyun.

Tanpa bilang apa-apa, Rheifa peluk Minhyun.

"Kamu kenapa hm?" tanya Minhyun. Minhyun pun ngusap punggung Rheifa.

Rheifa lepas pelukannya dan fokusin pandangannya ke mata Minhyun.

"Sebelumnya aku mau minta maaf karena udah nunda terus sesuatu yang mau aku tanyain sama kakak." ucap Rheifa.

"Kamu ga perlu minta maaf. Kakak udah pernah bilang ke kamu sebelumnya. Kamu bisa ngomong ke kakak saat kamu siap. Itu aja. Kamu tau kakak bisa nunggu."

Rheifa senyum. Ini kesempatan dia buat tanyain hal itu.

"Abis lulus... kakak mau kemana?" tanya Rheifa.

Minhyun senyum dan ngusap kepala Rheifa. Dia tau arah pembicaraan Rheifa.

"Kakak bakal kuliah diluar kota. Tapi ga jauh kok. Di kota tetangga aja. Kenapa kamu nanyain itu hm?"

"Anu.. Aku.."

Minhyun ketawa pelan. "Kakak ngerti kok. Kakak ga bakal lupain kamu. Selama kamu ga hapus atau blokir line kakak aja."

"Ihh, kalau itu sih ga bakal kak. Mana mungkin."

"Kamu mau tanyain itu aja? Jadi yang selama ini bikin kamu kepikiran cuma itu, hm?"

"Iya kak. Itu doang. Trus satu lagi. Aku mau kakak tau kalau aku-..."

Cup~

"Kakak juga cinta kamu, Rhei."

Rheifa diem begitu Minhyun ngecup dahinya dan ngucapin hal itu. Dia senyum kecil. Entah dia merasa seberuntung apa bisa kenal Minhyun.

"Udah ya. Kamu keluar gih. Tunggu di kursi penonton aja."

Rheifa ngangguk pelan.

"Tapi sebelum itu.."

Rheifa liat dasi yang dipake Minhyun sedikit berantakan. Dia rapihin dasi yang dipake Minhyun. Karena acara yang sekarang dihadirin adalah acara penting.

Minhyun cuma bisa senyum liat Rheifa yang rapihin dasinya.

"Kamu tau, Rhei?"

"Apa kak?"

"Terkadang kakak berpikir kalau seandainya kamu itu istri kakak."

Rheifa langsung diem seketika. Dia yakin wajahnya udah semerah tomat atau kepiting rebus.

"I-istri? M-maksud kakak?"

Yah jujur Rheifa juga sering berpikir kalau seandainya Minhyun itu suaminya dia.

NgarepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang