ANDAI AKU BUKANLAH AKU

223 21 10
                                    

"Sendiri?"

Sapaan itu mengagetkanku yang sedang duduk di pinggir pantai Blimbingsari ini. Aku menoleh ke samping dan terperangah hebat.
Disanalah dia. Duduk dengan santainya disebelahku dan kemudian memberiku senyuman tipisnya yang begitu akrab.
Senyuman yg dulu menjadi penghias hari-hariku. Doping yg membuatku kembali bersemangat, tak peduli betapapun beratnya hari yang aku alami.

Dan sudah hampir 7 tahun dia menghilang. Kini, tiba-tiba saja dia muncul di hadapanku. Begitu saja!

Sikapnya begitu santai. Seakan-akan semua berjalan sebagaimana mestinya. Tapi dia berubah. Waktu sudah meninggalkan jejak pada dirinya. Aku bisa melihat guratan-guratan waktu yang mungkin dengan naifnya aku bisa sebut kedewasaan pada wajahnya. Wajah yang dulu mulus itu kini terisi dengan kerutan-kerutan samar dan juga bekas cukuran.

Tapi dia adalah dia.
Dan dia kini benar-benar berada di sebelahku. Aku bahkan tak bisa mengingat, kapan terakhir kali kami sedekat ini. Aku juga bisa mencium harum cologne-nya yang terbawa angin.

"Mencari inspirasi untuk menulis?" tanyanya lagi.

Aku hanya mampu menggeleng pelan. Masih terlalu kaget untuk bisa mengeluarkan suara.

"Ngapain sendirian disini?"

Mulanya benakku meneriakkan perintah untuk menjawabnya dengan kebohongan. Namun entah bagaimana, tahu-tahu aku sudah mengatakan, "Menenangkan diri."

Bodoh!
Jujur terkadang bisa mempermalukanmu!

Keningnya berkerut, heran. Dia memperhatikanku dengan lebih seksama, "Ada apa? Masalah?"

Apa pedulinya denganmu? pikirku dalam hati.
Aku kemudian menggeleng, "Hanya ingin sendiri saja. Otakku sedang mellow dan entah mengapa, aku ingin melihat ke pantai. Jadi......aku kesini."

Dia tertawa mendengarku, "Terkadang kau memang aneh," gumamnya dan menggelengkan kepala. Kalian dengar itu? Dia mengatakannya seakan-akan dia sangat memahamiku.

"Kau..........terlihat sehat," kataku setelah diam beberapa saat lamanya, "Aku bahkan tidak ingat berapa lama pastinya kita tak bertemu. Sekitar......."

"7 tahun, 2 bulan, 13 hari dan beberapa jam," potongnya dan kembali memberiku senyum tipis, "Aku ingat...."

Jawaban yang detil itu membuatku termangu.
"Ba-bagaimana........"

"Tak ada satu halpun dari dirimu yang aku lupakan."

Kalimatnya kembali membuatku terdiam. Tunggu dulu. Dia ingin mengatakan bahwa....
Berani sekali dia!! Bukan aku yang memutuskan segalanya. Dia yang pergi meninggalkan aku!

"Lalu kenapa dulu kau......."

"AYAAAAAHHH!!!!!!!"

Panggilan seorang bocah yang tengah bermain di pantai sekitar 17 meter dari kami membuyarkan suasana aneh yang mulai mengelayut. Bocah itu tengah ditemani seorang wanita yg ikut melambaikan tangannya kearah kami .

"Karena tak peduli sebesar apapun yg kita miliki, kau tak bisa memberiku itu," jawabnya dengan suara lirih.

Ada tusukan perih yang kurasakan mendengarnya. Dia memang menghilang dari hidupku tanpa kata. Sebulan kemudian , aku mendengar berita pernikahannya. Begitu saja. Tanpa penjelasan sedikitpun padaku.
Sekian tahun aku terpuruk mengenaskan, dan berusaha menjilati lukaku yang ditinggalkan olehnya.

Sendiri!

Dan meski pahit, aku tahu, bahwa apa yang dikatakannya benar. Aku tak kan bisa memberinya berkah kehidupan seperti mereka yang ada disana. Sebesar apapun usahaku.

"Cepat pulang! Ntar masuk angin lagi. Kamu kan ga tahan ama angin keras," katanya dan kemudian bangkit untuk pergi. Aku seakan akan melihat deja vu, bagaimana dia dulu meninggalkanku sendiri tanpa kata. Semuanya kembali terulang didepan mataku.

"Andai aku bukanlah aku!" Kataku keras, membuatnya berhenti melangkah, "Andai aku bukanlah aku, apa kau akan tetap bersamaku?!"

Dia diam sejenak di tempatnya berdiri. Dia lalu sedikit berbalik dan memberiku sebuah senyum sedih, "Andai kau bukan dirimu, mungkin kau yang akan berada disana bersama anakku," jawabnya dan kemudian meneruskan langkahnya.

kembali ada rasa perih yang kurasakan. Tapi ada kelegaan yg kini mengikuti. Sebuah beban tak kasat mata yang selama ini menggelayutiku, seakan-akan terangkat begitu saja.

"Terimakasih," bisikku pelan dan kembali menatap pantai Blimbingsari yg bergelombang. Memalingkan pandanganku darinya.
Dari masa lalu yang kini telah menjadi sebuah kenangan bagiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JIKA AKU BUKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang