“Jangan sesali yang terjadi. Karena itu adalah jalan takdirmu.”
Seorang pemuda dengan perawakan sedang, termenung di kursi penumpangnya. Matanya yang tajam menyipit memandangi awan yang menghiasi pemandangan di luar kaca. Badan tegapnya terbalut pakaian kasual—Poloshirt berwarna putih dan Jeans hitam—Mencetak perut sixpacks miliknya. Sesekali ia menghela nafas. Memikirkan apa yang ada di mimpinya semalam.
“Butuh minuman, sir?” tanya seorang pramugari pada pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Tidak, terima kasih.” Ucapnya.
Sejenak ia kembali tenggelam dalam lamunannya. Entah kenapa, perasaannya begitu tak karuan. Tiga hari berturut-turut ia memimpikan hal yang sama. Dan seolah, seseorang dalam mimpinya memberikan satu pesan. Ah, entahlah. Apa mungkin karena ia telah merindukan seseorang itu? Sampai terbawa ke alam bawah sadarnya?
Jung Soojung.
Setelah 5 tahun berlalu, Jung Soojung kembali menghiasi mimpinya. Wajah cantiknya terlihat lebih dewasa. Heran, padahal jika dalam mimpi, seseorang tak mungkin melihat dengan jelas wajah orang dalam mimpinya. Berbeda dengan pemuda itu—Kim Myungsoo, wajah itu begitu nyata. Bibir mungilnya jelas-jelas memanggil namanya. Merajuk manja seperti saat bersamanya beberapa tahun silam.
“Myungsoo-ah, belikan aku es krim itu!” Soojung memegangi lengan Myungsoo erat. Menggoyang-goyangkan dengan gerakan cepat agar Myungsoo mengabulkan permintaannya. Hari ini mereka tengah berjalan-jalan di taman dekat kampus.
“Shireo! Kau masih sakit, Soojung-ah!” ucap Myungsoo berusaha melepaskan lengannya yang lama-lama terasa sakit akibat perbuatan Soojung.
“Aku sudah sembuh, kau tak tahu?” Soojung menghempaskan lengan Myungsoo dengan keras. Karena permintaannya tak dikabulkan.
“Ouch!” Myungsoo memekik. Mengusap-usap lengannya dan bersedekap memandang Soojung. “Apa sebenarnya yang kau inginkan, Kle?”
Mata Soojung membulat. Myungsoo memanggilnya Kle. Itu berarti ia mulai kesal. Soojung tersenyum penuh kemenangan. “Aku ingin Es krim itu,”
“Kau masih sa—,” kata-kata Myungsoo terputus.
“Aku tahu. Aku tak peduli,” ucap Soojung ketus. Terdengar helaan nafas dari mulut Myungsoo. Tanda ia menyerah dengan keadaan.
“Baiklah, aku akan membelikannya!” Myungsoo tersenyum.
Soojung bersorak riang. Memeluk Myungsoo dan ikut tersenyum. dan itu adalah senyuman terakhir Soojung yang sempat Myungsoo lihat.“Kim Myungsoo—ssi?”
Panggilan halus di dekatnya membuatnya tersadar dari lamunannya. Ia mengerjap memandang Pramugari yang tersenyum di hadapannya.
“Pesawat telah mendarat, mari saya antarkan turun,”
Baru sadar, Myungsoo melihat keluar kaca jendela dan mendapati ia telah ada di daratan. Begitu khusyuknya ia melamun, sampai-sampai saat pramugari di hadapannya melepaskan sabuk pengaman pun tak dirasanya.
“Anda baik-baik saja, Sir?” tanya Pramugari itu sekali lagi. Memastikan. Karena Myungsoo terlihat lelah.
Myungsoo mengangguk dan memasang kaca mata hitamnya. Aksesoris wajib di musim gugur ini. “Terima kasih. Kau bisa pergi.” Ucap Myungsoo sopan pada Pramugari itu. Pramugari itu tersenyum dan meninggalkannya.
Myungsoo melangkahkan kakinya menuju pintu keluar pesawat. ketika itu pula, langkahnya terhenti. Matanya kembali menyipit. Mengganggunya.
Apakah ia tak salah lihat?
Pikirannya kembali berkelebat. Mencoba mengorek memori yang tersisa tentang gadis yang selalu hadir di mimpinya beberapa hari ini. mencocokannya dengan gadis yang ada di hadapannya.
Senyumnya. Bahasa tubuhnya. Suaranya.
Hingga tanpa sadar, Suara Myungsoo keluar dengan sendirinya. Menyuarakan hatinya yang begitu merindukan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort With You
FanfictionKim Myungsoo tak pernah mengira, jika perjuangan cintanya tak semudah membalikkan telapak tangan. ia harus menghadapi keposesifan seorang Kang Minhyuk terhadap Jung Soojung. originaly publish at http://krystaljungdiary.wordpress.com