Jilid 1
Dalam cerita “Bayangan Berdarah” dikisahkan bahwa Siauw Ling telah turun kebawah
tebing untuk mencari jamur batu berusia seratus tahun. Pada saat itulah tiba-tiba musuh yang amat tangguh telah menyerang datang sehingga melibatkan si Raja obat Bertangan Keji serta Sang Pat dalam pertempuran yang amat sengit.
Tu Kioe yang diserahi tugas untuk melayani uluran tali senar disisi gua, merasa amat
gelisah dan kuatir sekali menghadapi kejadian tersebut, apa lacur Siauw Ling yang berada dibawah tebing tak kunjung datang juga
Sementara itu ia merasa kuatir bercampur tegang akhirnya mengambil keputusan untuk menerjunkan diri kegelanggang pertempuran tiba-tiba tali senar yang berada
digenggamnya bergetar keras hal ini menandakan bahwa Siaw Ling telah menemukan
jamur batu tersebut dan siap naik keatas.
Tu Kioe merasa amat kegirangan, sepasang tangannya dengan kerahkan segenap
tenaga yang dimilikmya segera menarik tali senar tersebut keatas.
Rupanya Siaw Ling yang berada dibawah tebingpun mengetehui bahwa rekan-rekannya yang berada diatas tebing telah berjumpa dengan musuh tangguh, tangan maupun kakinya lkut bekerja keras untuk membatu mempercepat daya tarik tali senar dari Tu Kioe Dalam pada bentrokan senjata yang berkumandang diarah belakang semakin nyaring, jelas pertarungan yang berlangsung makin lama semakin seru dan Sang Pat mulai tak sanggup mempertahankan diri. Sambil bertarung ia mundur terus kebelakang. “Toako, apakah kau telah naik?” tiba-tiba terdengar Tu Kioe berseru dengan nada girang.
“Akn telah naik keatas tebing” jawab Siaw Ling.
Kiranya Tu Kioe yang berwajah adorn sebenarnya memiliki hati yang hangar, ia tahu
Sang Pat sedang melangsungkan pertarungan sengit maka ia tak berani memandang
kearah saudaranya itu, sementara posisi Sianw Ling pun amat berbahaya. maka iapun
tidak berani memandang kearah sianak muda tersebnt.
Menanti Siauw Ling telah tiba diatas tebing dengan selamat ia baru diangkat kepala
menatap saudara tuanya ini. seraya menjura ujarnya :
“Toako, keadaanmu baik-baik saja bukan, Selesai bicara ia sambar senjata pit bajanya,
kemudian merogoh pula gelang pelindung tangannya dan melancarkan sebuah se-rangan
gencar kearah musuh.
Braaaak ! cahaya tajam berkilauan, dari sisi kalangan telah menyambar sebilah golok
menangis datangnya aucaman itu.
Tu Kioe segera putar gelang pelindung tangannya Traang traaang.. secara beruntun ia
menyapu datangnya serangan berantai dari beberapa macam senjata sajam.
Pada saat inilah Tu Kioe baru puuya ke-sempatan untuk menyaksikan keadaan situasi
dihadapannya.
Lampu lantera yang ditinggalkan kedua orang dayang itu masih memancarkan cahaya
tajam sehingga pemandangan disana dapat terlihat jelas.
Tampaklah empat orang pemuda berbaju biru dengan bersenjatakan golok, pedang.
papan baja serta tombak berdiri dengan angker-nya disitu.
Empat macam senjata dengan keistimewaan yang berbeda menyerang datang secara