Siauw Ling ingin mengejar keluar, namun ia segera dihalangi oleh Soen Put shia.
“Saudara Siauw, apa yang dikatakan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak salah….”
katanya. “Seandainya kau yang mengantar dirinya, bukan saja bakal mencelakai diri
sendiri bahkan akan mencelakai pula dirinya.”
Mendadak terdengar Lok Kian Thay berkata sambil melangkah kearah pintu, “Budakpun
harus berangkat pulang, sebab kalau perbuatanku ini sampai diketahui oleh Coen cu,
niscaya jiwaku bakal melayang.”
“Kalau memang jiwamu terancam, mengapa kau hendak pulang lagi kesana?”
“Aaai…. peraturan dari istana es kami amat ketat, apabila ada orang berani melarikan
diri, dia pasti akan dikejar dan dibunuh, maka dari itu bagaimanapun juga budak harus
segera kembali.”
Sinar matanya beralih keatas wajah Siauw Ling dan menambahkan, “Apabila
dikemudian hari Siauw siangkong berhasil berjumpa dengan nona kami, harap suka baikbaik
melayani dirinya.”
Iapun enjotkan badan dan berlalu dari sana menyusul dibelakang Kiem Hoa Hujien.
Memandang kearah bayangan punggung Lok Kian Thay yang mulai lenyap dari
pandangan, Soen Put shia menghela napas.
“Aaai…. hati kaum wanita, memang sulit diduga…. sampai-sampai aku sipengemis
tuapun jadi tidak habis mengerti!”
Boe Wie Tootiangpun menghembuskan napas panjang pula, perlahan dia berpaling
kearah Siauw Ling dan bertanya, “Siauw thayhiap, bagaimana keadaan lukamu?”
“Hawa dingin telah lenyap dari badan, kekuatan dalamkupun mulai terkumpul kembali
aku rasa sebagian besar kesehatanku telah pulih kembali.”
“Aaai…. kalau begitu bagus sekali, dengan demikian pintopun dapat melepaskan satu
tanggung jawab yang maha besar.”
“Tootiang!” mendadak Soen put shia menyela. “Apakah kau bersiap sedia hendak
melangsungkan pertarungan mati-matian dengan Shen Bok Hong ditempat ini?”
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/
Boe Wie Tootiang termenung berpikir sejenak kemudian baru menjawab, “Pinto
menyadari bahwasanya dengan andalkan kekuatan Bu tong pay kami saja, jangan harap
bisa menandingi kekuatan perkampungan Pek Hoa San cung. Sekalipun kita sudah
mendapatkan bantuan dari dua tiga orang sahabat, keadaan kita tetap bagaikan telur
membentur batu, sulit untuk mencari kemenangan. Tetapi situasi yang terbentang
didepan mata kita dewasa ini amat mendesak, apabila kita tidak bangkit untuk melawan,
satu-satunya jalan untuk cari selamat hanyalah menyerah saja.”
“Bukankah tootiang telah mengurus orang untuk menghubungi orang-orang dari sebilan
partai besar dan mohon mereka kirim orang unutk membantu diri tootiang?”