Akupun Lelah.

9 0 0
                                    

Seorang cowok berkaca mata itu terus saja menunggunya, 'Apa dia baik-baik saja?'.
Hanya ada tetesan cairan infus yang terus saja mengusik keheningan itu.
"Ra, lu kok bisa gini sih? Please, bangun Ra. Maafin gua. Gua gak bisa ngejagain lu," Ratapnya sembari menenggelamkan wajahnya di tangan cewek tomboi yang masih belum sadarkan diri sejak 2 jam yang lalu. Keadaannya serius, jadi pihak sekolah memutuskan membawanya ke rumah sakit.
Tak lama ia merasa ada yang memegang bahunya.
"Dave, makasih yah."
"Ra? Lu udah bangun? Syukurlah,"
Diandra terlihat menghela nafas panjang dan menatap nanar ke depan.
"Ra, lu kenapa? Udahlah jangan kayak gitu deh,"
"Dave, gua capek. Gua mau berhenti. Lagian menurut lu apa gua bisa bertahan lama? Gua gak sanggup Dave,"
"Ra, lu harus bisa dan gua yakin lu pasti bisa,"
"Dave, gua bosan terus gini. Nyari masalah sana sini, terus melampiaskan amarah lewat kenakalan di sekolah. Gua capek dengan peran anak badung ini. Tapi semuanya seolah terus maksa gua peranin ini,"
"Kan ada gua. Gua bakal nemenin lu kok tenang aja. Gua ada buat lu Ra,"
Dia membalasnya dengan tersenyum sangat lembut.
"Makasih Dave,"
....
"Gua pulang," Katanya sembari melemparkan tas selempangnya ke sofa.
"Kamu buat masalah lagi?" Kata pria tambun itu dengan nada dingin.
"Sampai kapan kamu mau begini? Gak bosan bikin masalah disekolah?" Lanjutnya.
Sementara lawan bicaranya itu terdengar menghela nafas berat, dan berbalik ke arah orang yang disebut 'ayah' itu.
"Anda gak lihat sebenarnya siapa yang bermasalah? Siapa yang terluka? Huh?!"
"Diam!!!! Semua ini karena kamu. Ayah sudah dengar semuanya dari Tiara, kamu yang memulainya. Diandra, cukup membuat ayah sibuk mengurusi masalahmu di sekolah. Tiap hari pasti ada saja namamu dalam daftar buku pelanggar," Tegasnya kemudian mengambil selembaran koran di meja.
Diandra tampaknya geram. Ia langsung merampas koran itu dari tangan ayahnya.
"Hei! Jaga sikap kamu. Saya ini ayahmu!" Ia berdiri sembari menunjuk ke arah remaja yang kepalanya terbalut perban itu.
Tangan Diandra mulai gemetar, amarahnya ikut memuncak. Ia langsung melempar koran tadi dengan keras.
"Saya buat masalah? Kalau begitu kenapa tidak anda buat saya di D.O dari sekolah? Anda puas melihat saya dicaci sama semua siswa?!!"
"Jaga ucapanmu Diandra! Sadar, kau ini bicara dengan siapa?Saya ini ayahmu!"
"Apa? Ayah katamu? Tak ada ayah yang tidak mengakui anaknya dimanapun dan kapanpun itu. Sementara anda dan dia? kalian hebat bermain peran sebagai guru dan kepala sekolah,"
"Itu semua ada alasannya,"
"Huh. Alasan? Apa kalian malu kalau semua orang di sekolah tau bahwa si pelanggar aturan ini adalah anakmu? Atau kalian berusaha menekankan derajat di keluarga ini kalau saya hanya anak pungut yang numpang hidup! Huh? Begitu?"
"Hei! A..apa yang kau bilang? Begitukah kau menganggap ka..kami berdua?" Jawabnya dengan agak terbata.
"Ada apa ini?" Sela wanita paruh baya itu kebingungan.
"Cih, gak usah sok!!! Saya muak tau gak!!!"
Diandra berbalik menuju pintu.
"Hei!! Mau kemana lagi kamu?" Tukasnya.
"Huh. Gak usah campuri urusan anak pungut seperti saya!!!," Tegasnya sembari berjalan keluar.
"Sudahlah, dia masih belum mengerti," Wanita itu berusaha menenangkan.

"Dave gue tunggu di taman biasa"

Sent.
Diandra terus menunggu. Hampir setengah jam duduk termangu akhirnya yang ditunggunya pun datang dengan agak tergesa.
"Maaf yah Ra, lu jadi lama nunggunya,"
"Hm iya," jawabnya singkat
"Lu lagi ada masalah?"
Huft. "Kapan sih Dave sehari aja hidup gua tanpa masalah? Dave jujur gua capek,"
"Jangan gitulah Ra, lu harus kuat."
"Iya gua emang harus kuat. Tapi sampai kapan? Semuanya tuh kayak sia-sia gitu,"
"Ra, percaya aja. Seberat apapun masalah lu, Allah ngirim gua buat nemenin lu selalu.  Lu boleh ngeluh sepuas lu. Tapi jangan menyerah, Ra. Lu gak pernah sendirian,"
"Lu emang orang yang paling ngertiin gua Dave. Gua bersyukur punya sahabat kayak elu. Lu jangan pernah ninggalin gua yah?,"
Diandra menutup wajahnya menunduk mencoba menyembunyikan setiap luka yang ia punya. Tapi tak bisa. Semakin ia menyembunyikannya, semakin sakit rasanya.
"GUA BENCI SAMA DIRI GUA SENDIRI! KENAPA GUA LEMAH BANGET?," Teriaknya terisak.
Dave hanya bisa diam melihat Diandra yang menangis sejadi-jadinya.
"Tenang aja, suatu saat nanti gua bakal bikin lu bahagia Ra. Sampai lu lupa, lu pernah nangis kayak gini," Gumannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang