Awal Segalanya

15 0 0
                                    

Aku pelangi gadis yang penuh dengan mimpi dan ini adalah catatan kecil tentang kisahku.

Aku mengambil jurusan Administrasi Negara saat aku menempuh pendidikan strata satu di Universitas Negeri Yogyakarta dan saat aku melanjutkan pendidikan strata dua, aku mengambil jurusan Hukum Internasional di Belanda. Setelah pendidikanku di Belanda selesai aku memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalku, di Solo.

Aku tinggal di Solo bersama papa, papa berprofesi sebagai pengelola di sebuah tempat usaha konveksi baju muslim di Solo. Orang-orang terdekatku dan keluargaku memanggilku dengan sebutan Caca, karena semasa kecil saat aku sedang masa mengoceh semua orang ku panggil caca, dari situlah orang-orang terdekatku dan keluargaku memanggilku Caca.

Aku bukan berasal dari keluarga dengan latar belakang menengah atas, aku berasal dari keluarga yang menengah bawah. Aku bisa ke Belanda melanjutkan pendidikan itu semua karna batuan dari sahabat papa, pak Aryo namanya. Beliau adalah sahabat papa sekaligus bos dari tempat papa bekerja sekarang.

Papa bilang sih, pak Aryo itu sahabat papa semasa SMA dulu dan berlanjut hingga ke bangku kuliah, yang membedakan antara papa dan sahabatnya itu adalah tentang pengorbanan dan kesetiaan dalam persahabatan. Dulu papa dan pak Aryo sama-sama mendaftar beasiswa untuk S2 , namun nasib lebih berpihak ke pak Aryo dan papaku tidak lolos mengikuti tes beasiswa tersebut.

Sewaktu pak Aryo akan pergi untuk melanjutkan pendidikan S2 nya di Malaysia, kondisi keuangan pak Aryo saat itu sedang mengalami masalah. Dan papa membantunya, papa meminjamkan sejumlah uang tabunganya untuk pak Aryo melanjutkan kuliahnya. Berawal dari kejadian di masa lalu itu membuat pak Aryo merasa berhutang budi pada papa, dan saat pak Aryo tahu aku mempunyai mimpi untuk melanjutkan S2 pak Aryolah orang kedua yang mendukungku setelah papa tentunya. Beliaulah penyumbang terbesar untuk kehidupanku di Belanda.
Saat ini papa diberikan amanah untuk memimpin usahanya di Solo, usaha rumah konveksi baju muslim. Usahanya sekarang sudah sangat besar dan sudah menembus pasar luar negeri. Dari sinilah papa dan aku melanjutkan hidup.

Aku sempat meminta papa untuk mencoba keluar dari tanggungan sahabatnya itu. Namun papa menolaknya. Papa bilang ini masalah kestiaan dan cara kita menghormati sahabat kita.  Saat ini aku tengah menunggu papa di bandara sudah sekitar tiga puluh menit aku menunggu disini. Namun sosok papa belum juga kutemui.

Aku menghubungi ponsel papa namun ponsel papa tidak aktif. Papa berpesan agar aku menunggu di bangku tunggu bandara paling depan.  Untung saja saat aku keluar masih ada bangku tunggu yang kosong disini. Kondisiku saat ini cukup buruk, dengan baju yang sudah lusuh, mata yang memerah, dan juga jilbab yang sudah tak beraturan. Begitu berantakan ku harap papa masih mengenali jika aku ini Pelangi anaknya yang selalu manis.

Aku benar-benar bosan menunggu papa saat ini. Saat aku menoleh kebelakang aku melihat sosok gadis kecil tengah kesusahan menali sepatunya dan ia nampak kebigunggan seperti sedang mencari seseorang. Akupun mendekatinya.

‘’Hai.. manis kamu kenapa?’’

‘’Hai kakak.., tali sepatuku lepas, aku tidak bisa membenarkanya?

‘’Sini kakak bantu”

gadis itu mendekat kearahku, ku tarik ia untuk ikut denganku, kembali ke tempat duduk ku. Ku dudukkan ia di sampingku. Ku tarik kaki kananya di atas pahaku dan aku mulai memperbaiki tali yang terlepas itu.

‘’Terima kasih kakak, sudah mau membantu Bintang’’

‘’Iya sama-sama, eh nama kamu Bintang?’’
“Iya kak, nama kakak siapa?’’

“Nama kaka Pelangi, sepertinya kita akan menemukan kecocokan ya?’

‘’Kakak Pelanginya dan aku Bintangnya’’
Ia nampak senang, mungkin karena nama kami yang terkesan satu spesies dari langit.

‘’kakak perhatikan kamu seperti kebigungan tadi, sedang mencari siapa?’’

‘’aku kemari bersama kak Surya, dia kakak ku, tapi aku kehilangan, langkah kak Surya sangat cepat dan lebar sementara langkahku kecil dan lambat, aku terlepas dari genggaman tanganya”

‘’Sekarang coba Bintang lihat-lihat siapa tahu ketemu, oh ya Bintang umurnya berapa?’’

‘’8 tahun kak, iya Bintang lagi lihatin orang jalan dari tadi berharap itu kak Surya.’’
Aku mendengar ponsel ku berbunyi dari dalam tas ku. Aku melihatnya dan itu papa.

‘’hallo, assalamuallaikum pa.. papa dimana Pelangi udah nungguin hampir sejam lo pa ini.’’

‘’ iya.. papa sudah di dalam hanya sajakebingungan mencari kamu nak. Kamu memakai baju apa atau jilbab kamu warna apa?

‘’Pelangi pakai baju garis-garis putih dan jilbab biru pa.’’

‘’ oh ya… ini papa sudah melihat kamu dari sini’’

Aku mengakhiri panggilanku dengan papa, dan Bintang terlihat gelisah memperhatikan seorang lelaki di sebrang sana yang sedang menelpon.

‘’kak itu kak Surya deh kayaknya”

‘’itu yang pakai baju kotak-kotak”

‘’iya itu kak, iya itu kak Surya”

‘’bentar ya itu papa kakak datang”

Aku melambaikan tangan ke arah papa, papa berlari kearahku, dan aku memberi isyarat untuk mengantar anak digendonganku sebentar.

‘’ayo kakak antar ke kakak kamu”

‘’ayo kak’'

Setelah aku sampai tepat dibelakang laki-laki berbaju kotak-kotak itu. Bintang langsung saja memanggilnya.

‘’kak Surya’’ ucap Bintang dan laki-laki itu berbalik ke arahku dan Bintang.

‘’Ya allah Bintang kakak cari in kamu dari tadi’’ ucap laki-laki itu panik.

‘’Maaf pak tadi saya menemukan adik bapak di sana, kesusahan membenarkan tali sepatunya jadi saya bantu. Bintang bilang ia tertingal dari langkah bapak yang lebar’’

ucapku memberikan penjelasan, namun ekspresi laki-laki ini tetap datar dan langsung mengambil Bintang dari gendongan saya.

Saya melihat papa mendekat ke arah kami, dengan membawa dua koper milikku. Dan aku melihat senyuman terbit diwajah Surya laki-laki ini, dan juga dibalas senyuman oleh papa, ada apa ini dalam benakku bertanya.

‘’Loh pak Kasim kok disini?’’ ucap Surya

‘’Ini saya menjemput Pelangi anak saya”
ucap papa sembari mengelus bahuku, aku melihat ujung mata Surya menatapku.

‘’Jadi ini Pelangi yang bapak ceritakan kemarin, lulusan terbaik Hukum Internasional dari Belanda, dan dia akan bekerja dengan saya besok kan pak?’’ ucap Surya.

‘’Oh iya, tentu saja,’’ ucap papa tersenyum ramah, aku melihat ada sesuatu ketidaksukaan dari sorot matanya, ada kesombongan, keangkuhan disana.

‘’Saya harap kinerja kamu nanti sesuai dengan predikat terbaik yang kamu terima dari kampusmu itu. Bekerja dengan saya susah, harus tepat dalam segala hal, dan juga harus teliti.’’
Ucap Surya dengan penuh penekanan, dan setelahnya ia berpamit ke papa untuk pergi.

Aku bingung dengan ini semua, aku tidak ada niatan untuk bekerja denganya. Aku melihat ke arah papa, dengan tatapn bertanya.

‘’Nanti papa jelaskan dirumah ya caca"

Catatan Kecil PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang