in my heart

49 7 4
                                    

Apakah kau pernah merasakan, ketika semua orang memperhatikanmu, namun kau masih berada dalam kesepian yang teramat?

Apa kau pernah merasakan, ketika semua orang menginginkanmu, namun kau masih merasa kau bukan apa apa?

Apa kau pernah merasakan, hanya kau lah yang paling setia dalam zona nyaman mu sedangkan teman teman mu setia berkelana ke luar dari zona nyaman nya?

Apa kau pernah merasakan, sakitnya menjadi seseorang yang dibanggakan namun merasa tercampakkan?

Apa kau pernah merasakan, menjadi seseorang yang paling pendiam padahal kamu tak ingin seperti itu?

Tok... Tok... Tok...

"Ra, ngapain? Kok belum tidur?"

Rara menghentikan gerakan tangannya dan melirik jam digital di sudut meja belajarnya.

"Eh iya bu, udah jam 10. Bentar lagi deh." Rara menyengir.

"Sekarang Ra!"

"Iya deh iya."

Rara mulai menutup buku harian bersampul putih itu dan memasukkan pulpennya ke dalam kotak kecil di atas meja belajar. Ia berdiri, berbalik dan langsung loncat ke kasur biru muda dibelakangnya sampai terlentang.

"Rara! Kebiasaan deh kamu, jangan loncat kayak gitu, nanti jatuh nangis lagi." Teriak ibunya dari belakang pintu.

Yang diteriaki hanya menyengir walaupun tak akan terlihat sang ibu.
"Iya bu iya. Ini Rara mau tidur kok. Night, bu."

Tak ada sahutan lagi.

Mungkin ibunya sudah pergi menuju kamarnya.

Rara POV

Perkataan mereka tadi siang tiba tiba saja muncul kembali. Aku tak suka berada dalam keadaan seperti ini. Harus mengingat apa yang aku tak suka. Ditambah tak ada lagi seseorang yang dapat ku percaya. Termasuk keluargaku sendiri.

Aku tak suka berada dalam keadaan seperti ini. Ini semua membuatku tertekan dan tak bisa berfikir jernih. Kalau saja Tuhan menciptakan tombol restart pada otak manusia, mungkin aku adalah manusia yang paling sering memakainya.

'Ra, coba kamu bayangin orang orang di luar sana. Mereka punya masalah yang bahkan lebih besar dari kamu. Dan kamu malah mikirin masalah kecil kayak gini? Nggak banget deh.'

'Bias kamu Min Yoongi aja, kalau dihujat tetep jadi bintang. Apalagi kamu. Harusnya kalau ada yang menghujat kamu itu berarti kamu harus intropeksi diri. Memperbaiki diri. Jangan malah jadi down kayak gini.'

'Ayo Ra semangat! Kamu pasti bisa menghadapi semua ini! Semangat Farisya!'

Suara itu lagi. Suara yang mampu menyihirku agar lebih semangat. Hanya suara itu. Mungkin itu adalah suara hatiku. Atau mungkin itu adalah suara guardian angel-nya Rara. Haha.

Pandangan ku mulai menajam. Aku terduduk dan meninju angin didepanku.
"Ayo, Rara pasti bisa! Anggap aja mereka itu angin lalu. Masih banyak yang lebih berguna daripada dengerin suara mereka."

Tringg...

Sebuah pesan masuk. Pandanganku mulai mengelilingi seluruh penjuru kamar dan menemukan sumber suara itu. Tanganku menggapai HP yang sedari tadi tergeletak di atas nakas.

Ibuuu👑
Rara! Cepet tidur besok sekolah!

"Apa apaan sih bu. Iya ini Rara tidur ni." Teriakku.

Aku menjatuhkan tubuh pada kasur biru muda milikku dengan sedikit kasar dan mulai menenggelamkan diri ke alam mimpi. Meninggalkan segala masalah hari ini dengan impian,

'Esok kan lebih baik dari hari ini.'

👑👑👑

Suka ga suka ga?
Pendek banget ya?

Kasih vote sama comment nya dong...

Sampai jumpa di chapter selanjutnya
Bye 👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Its Always YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang