Untuk kamu,
Aku minta maaf Kesian kali.
Itu aku yang dulu,
Beri aku kesempatan satu kali."Penting" aku berharap dengan aku berkata seperti itu nadin mau bertemu dengan ku.
Sejak awal kita bertemu di restoran itu,aku tau dari raut wajah nadin,ia kecewa dan marah dengan ku. Aku paham betul aku salah,aku brengsek. Aku menyuri first kiss nya dulu,dan pernah menyakiti bahkan menyia nyiakan wanita itu,padahal aku tau dulu ia sangat menyayangi ku. Tapi Tuhan,tidak kah ada kesempatan bagiku ?"Kenapa anda tidak bicara disini?" Jawab nadin. Perkataan 'anda' menusuk sekali di hatiku,nadin. Kita bukan sepasang orang yang asing,kita dulu pernah di persatukan,nadin.
Begitu kecewa nya kah kamu? Sampai kamu mengganggap ku orang asing? Aku terdiam,sebenarnya aku hanya ingin melihat mu,berbicara dan tertawa dengan mu. Apakah itu salah?"Kalau anda tidak bicara,saya matikan telepon ini,saya ingin istirahat" lanjut nadin, saat ini kamu terlalu dingin,kamu yang hangat kepada ku Kemana? Aku rindu dirimu yang dulu.
"Di restoran kemarin,sepulang kamu ngajar" aku langsung to The point tempat,berharap besok ia datang ke restoran. Dan sedetik selanjutnya ketika aku bicara,sambungan terputus dari nadin. Astaga.
💫💫💫
Mata ku mencari tempat duduk yang diduduki oleh seseorang perempuan yang berambut se-dada,berhidung mancung,dan berkulit putih,matanya tajam. Mata ku terhenti pada bangku yang di pojok,ah iya bangku favorite nadin. Ku lihat nadin memakai celana levis dan baju hitam dengan blezer kuning. Memancarkan aura indah di pandang,saat aku mendekatinya,pelayan ku menyapa terpaksa jalan ku terhenti.
"Selamat sore bos" sapa para pelayan restoran. Aku tersenyum ramah.
"Sore semua,Gilang udah dateng?" Tanya ku,tak kusadari aku melupakan nadin,dan bertanya tanya tentang karyawan karyawan ku.
"Udah bos" seral yang menjawab pertanyaan ku.
"Lho bukan nya harusnya besok dia balik?"
"Gatau bos,kangen sama penggorengan kali dia" seral tertawa ringan,aku ikut tertawa. Oh iya astaga nadin,aku melupakan nya.
"Yauda,saya kesana dulu ya lanjutkan kerjanya" aku akhirnya izin pamit dari kerumunan karyawan ku tadi lalu mereka menjalankan tugasnya lagi,aku mendekati nadin dan duduk di depan nya."Sori telat,udah lama ya nunggunya?" Itu lah perkataan awalku,semoga pertemuan kali ini bisa mencair kan castle beku mu. Wajahnya yang imut itu tidak pernah berubah,hanya lebih tinggi dan langsing,berbeda dengan masa sma dulu.
"Langsung inti aja,saya banyak kerjaan" lagi lagi perkataan nya menusuk,sepertinya sangat susah merubuh kan castle beku mu itu,ku lihat sorot matanya yang tajam,seakan matanya berbicara tak mau berlama lama disini.
"Aku mau minta maaf" ucap ku dengan nada yang pelan,tapi aku yakin betul dia pasti mendengar.
Nadin membuang nafas kasar.
"Kan kemarin udah bilang" wajah datar nadin terpampang jelas. Aku tau,sudah kesekian kalinya aku meminta maaf sama kamu,aku juga tau kalau kamu sudah memaafkan aku. Aku tau kamu nadin,kamu mudah memaafkan kesalahan orang lain,tapi sulit udah melupakan itu."Beri aku kesempatan nadin,kita mulai dari awal bersama sama,aku mau serius sama kamu" aku langsung to The point,berharap nadin mau membuka hatinya kembali padaku.
Nadin terdiam,seperti dia sedang menahan rasa sakit yang dalam Disana. Satu tetes air mata lolos disana,aku terkejut.
"Gabisa" kata itu masuk tepat di hatiku dan merobek robek hati. Seakan detak jantung ini tak lagi berbunyi,tak memancarkan suara detak yang indah. Hancur semuanya hancur.
Air mata nadin terus menderas,ada luka yang membekas Disana. Ingin sekali aku mengusap air matanya itu,namun waktunya tak tepat.Tiba tiba nadin menunjukkan kain kecil di tangan kanan jari manis nya,pertanda dia sudah di miliki. Walaupun bukan cincin.
Kacau sudah,hati ku kacau. Hatiku meronta memanggil nama yang pernah singgah disini.
Kurasa semua organ di badan ku tak lagi berfungsi,hanya ada sesak."Kenzo?" Tanya ku asal sambil menahan sesak di dalam dada,berusaha tetap tenang.
"Iya" di tambah lagi tusukan di dada,mencabik cabik semua yang ada.
Kalah raja. Udah kalah.
Tuhan tolong,aku sangat mencintai wanita di depan ku ini. Hilang sudah semua harapan.Nadin berhenti menangis,menatap ku kosong. Aku melihat dia tersenyum tipis tapi aku tak tau maksud dari tatapan itu.
"Kalau soal minta maaf,saya sudah memaafkan anda dari dulu raja,dulu sekali." Nadin terhenti dan menelan salivanya. Betul kan,dia sudah memaafkan ku.
"Kenapa anda baru datang sekarang?" Pertanyaan itu,alasan disini bukan siapa yang baru datang atau siapa yang menjauh. Tapi karena kita baru di pertemukan kembali oleh semesta,nadin."Kita di pertemukan tidak sengaja oleh semesta" jawab ku.
"Jangan salahkan semesta,ini hanya masalah tentang waktu" ucap nadin,dan melanjutkan
"Kita satu bumi,bahkan satu negara,bahkan kita satu kota,Raja. Sesulit itu kah anda menemukan saya? Saya tersesat. Pada akhirnya saya di tolong oleh seseorang"
Aku paham apa yang nadin maksud. Perkataan nya selalu saja bisa menusuk sampai rusuk. Aku kalah telak.
—hening— tiada suara di antara kita,hanya ada suara suara pelanggan restoran yang berbicara.💫💫💫
Aku menunjukkan gambar seorang cewe yang ada di handphone ku kepada lelaki di sebelahku.
"Ini cewek gue,yang suka sama lo dari kelas 7" aku melihat mimik wajah lelaki di sebelah ku berubah menjadi kaget tak percaya.
"Nadin?" Tanya nya memastikan.
"Iya lah" jawab ku dengan perasaan bangga.
"Janji sama gue ya,lo jangan nge buat dia nangis" kata dia,aku tertawa kecil. Mengganggap itu hal sepele.
"Iya,lo janji juga jangan rebut cewe gue,trus jangan nikahin dia" aku asal bicara,tapi yang terakhir itu serius. Dia tersenyum kecil dan mengganguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah kisah klasik
Teen FictionBerharap semua hanya ilusi. Bergetar hebat sampai ke sanubari. Jangan sampai perasaan ini datang lagi. Biarkan masa lalu itu tenggelam bersama matahari. -nadin Untuk hari ini,saya terbang ke langit ke sekian. Dan lagi lagi karena kamu lagi. Selamat...