Berastagi 1945
"Kak siapakah yang datang itu? Kenapa dia membawa senjata?" Tanya adikku yang masih berumur 10 tahun
"Sepertinya mereka itu penjajah"jawabku
"Kenapa mereka kembali? Bukannya kita sudah merdeka ya kak? Apa mungkin mereka ingin menangkap kita?" Tanyanya dengan rasa kawatir
"Mungkin mereka mengambil barang mereka yang tertinggal,sudah tak usah khawatir ayo kita antarkan makan siang mamak sama bapak pasti mereka sudah menunggu di ladang" jawabku dengan asal agar adikku tak merasa khawatir lagi.
Dia pun mengikutiku walaupun masih tersirat dipikirannya pertanyaan pertanyaan yang belum ditanyakannya dan matanya selalu memperhatikan kompeni yang datang dengan senjata lengkap.
****Matahari tepat ada diatas kami yang membuat peluh kami menetes dan menandakan pukul 12 siang
"Pak... ,mak...ayo kita makan dulu" teriakku memanggil orangtuaku yang asik mencangkul tanah
"Pak..tadi kan datang penjajah tinggi- tinggi kali badannya,trus bawa senjata dia,takut aku ditembaknya,kenapa dia datang lagi pak? Ngakkin kita udah merdeka?"tanya adikku dengan muka antusias tinggi
Aku hanya memperhatikannya sambil menghidangkan makan siang kami
"Mungkin ada yang mau diambilnya Ta" jawab ayahku sambil membersihkan tangan dan kakinya
"Sudah,sudah makan dulu" kata ibuku menghentikan perbincangan antara mereka
Kamipun duduk dan makan dengan lauk pauk yang sederhana beralaskan daun pisang
"Nakku nanti kalian jangan dekat dengan penjajah itu ya..bagaimanapun dia adalah orang yang tidak baik,jangan berteman dengan mereka " kata ayahku dengan muka serius
"Iya pak" jawab kami serentak dengan adikku
****Matahari mulai menampakkan sinarnya mengusir gelap malam kembali ketempat asalnya
"Liasta kam jualkan cengkeh sama buah pala kita ini ya..trus uangnya nanti kam belikan beras sama garam ya" pinta ibuku kepadaku
"Iya mak" jawabku sambil mengambil karung yang berisi cengkih dan palawija tersebut
Ya namaku Liasta br Sembiring aku mempunyai seorang adik bernama Inganta br Sembiring dan seorang kakak perempuan yang bernama Pinggan Br Sembiring yang sedang menempuh pendidikan guru di Medan kami tiga bersaudara yang terlahir dikeluarga yang sederhana orang tua kami adalah petani dan setiap hari mereka diladang mengurus tanaman yang kami tanam tak jarang juga kami ikut membantu.
Saat aku keluar rumah aku melihat banyak Tentara Belanda dan tak sengaja jumpa tatap dengan seorang tentara Belanda tersebut dan aku langsung mengalihkan pandanganku dan mulai berjalan menuju pasar
Saat aku menawarkan rempah rempah yang kubawa kepada pedagang,tiba-tiba ada seorang anak kecil datang
"Kak kata abang itu mau dibelinya barang daganganndu" sambil menunjuk seoarng Tentara Belanda yang sedang tersenyum kepadaku
Aku pun hanya diam tak membalas senyumannya. Kemudian dia datang menghampiriku
"Maaf,apakah aku bisa membeli rempah-rempah yang kau bawa itu?"tanyanya dengan sopanMaaf cerita kemarin aku stop aja dulu ya guys ^_^
Maaf kalau kalian kecewa
Aku akan berusaha membuat cerita ini lebih menarik dari sebelumnya
MEJUAH JUAH
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Simacem
Historical FictionSeorang gadis Karo cantik jelita yang berjuang dimasa Penjajahan melawan Kompeni. Ditengah perjuangannya dia dipertemukan oleh takdir dengan seorang Tentara Kompeni yang membuat dirinya mengenal apa itu cinta. Apakah gadis itu akan memilih dia atau...