"Hujan yang menyebalkan"
-Ying-
W h e n T h e R a i n C a m e
©LASKARSABIRU🌧🌧🌧
Hujan masih turun sangat deras sejak tengah hari tadi, seolah-olah mereka sedang berlomba-lomba menyentuh tanah bumi. Ini adalah hujan pertama semenjak aku duduk di bangku sekolah menengah atas, perasaanku masih sama, aku sangat membenci hujan.
Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Murid-murid berkeluaran dari kelasnya masing-masing dengan tergesa, mereka harus pulang lebih cepat agar hujan tidak semakin deras, dan ada yang menunggu dengan sabar sampai hujannya benar-benar reda. Berbanding balik denganku, yang bahkan enggan keluar dari sekolah, dan enggan menyentuh air-air menyebalkan itu. Aku rela menginap di kelas.
Aku masih berada di kelas, bersama teman-temanku yang sedang bertugas membersihkan kelas. Aku masih sabar menunggu cikgu Papa yang tadi sempat meminta pertolonganku.
Sepuluh menit, rasanya kakiku tak tahan lagi untuk beranjak menuju perpustakaan. Tetapi saat itu juga, cikgu Papa datang dengan tumpukkan buku. Segera aku membantunya mengambil alih buku itu ke kedua tangan kecilku.
"Nah, tolong bawakan buku-buku ini ke ruang klub bahasa di lantai atas." Ucap cikgu Papa berkacak pinggang.
"Kenapa harus saya yang membawa buku-buku ini, cikgu? Bukan kah banyak murid lelaki yang harusnya dimintai tolong?" Balasku sambil mengadu. Maaf, mataku masih bisa melihat walaupun sudah tidak normal lagi -sehingga harus memakai kacamata- dan bayak lelaki yang masih ada di kelas malah sok sibuk membersihkan kelas saat aku mengatakan itu. Kelihatannya mereka enggak membantu.
Dasar para lelaki tidak peka. Kenapa mereka membiarkan gadis kecil ini
membawa setumpuk buku berat?"Eh? Kamu tidak mampu kah?" Jawab cikgu menggaruk kepalanya.
Guru yang satu ini pun sama saja!
🌧🌧🌧
Dan disini lah aku, masih berjalan, berjuang untuk mencapai lantai atas dengan lelaki menyebalkan berjalan di sampingku dengan membawa setumpuk buku yang sama dengan yang aku bawa.
Bahkan tidak ada tanda-tanda hujan akan reda, semakin deras hujan itu turun. Aku hanya bisa menampakkan raut kesal di wajah. Saking fokusnya memikirkan hujan, aku tidak sadar bahwa lelaki itu sudah tidak terlihat disampingku.
Aku mempercepat langkahku, berusaha menyamakan langkah kaki lebarnya dengan kaki kecilku saat berjalan. Masih ada satu tangga lagi dari tiga tangga yang harus kita naikki.
"Kakimu kecil sekali." Dia berkata dengan wajah tanpa dosannya. Sungguh lelaki yang sangat menyebalkan. Bahkan kadar menyebalkan nya melebihi Gopal si tubuh gempal yang satu itu. Aku hanya harus bersabar dalam menjawabnya.
"Jangan mengomentari apa yang sudah ditakdirkan terjadi." Aku berusaha menahan kekesalan di benakku. Sungguh manusia yang satu ini.
Bahkan dia tidak menjawab pernyataanku, dan dia juga mempercepat laju langkahnya. Itu cukup membuatku emosi.
Jangan heran, memang saat ini adalah tanggal datang bulanku, dan emosiku susah untuk terkendali. Emosiku pun mudah meluap, dan menghancurkan mood ku hari ini, dikarenakan dua hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Rain Came (FaYi)
RomanceBoboiboy Fanfiction [Fang × Ying] ❞Saat Hujan menghampiri, kau selalu menyimpan luka yang menyayat hatimu sendiri, dan membiarkan rintikan air menghujani tubuh kecilmu.❞ -Fang ❞Di saat hujan datang, kenapa kau selalu berada di sisiku?❞ -Ying Disclai...