Aku selalu menganggap,
Rela menunggu seseorang itu bukan berarti hal yang bodoh,
Itu hanya berarti teguh pendirian.
Karna sekuat apapun kita menyangkal sesuatu yang dikatakan oleh hati,sekuat itu pula hati kita akan berusaha mendesak.
Mungkin karna itulah aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian.
Meski dengan biadapnya kau bertingkah seolah aku adalah buku harian.
Yang cuma kau isi dengan keluh kesahmu tanpa perlu kau tanyakan bagaimana perasaan ku.
Kemudian kau mencari penghilang rasa sakit untuk meredakan hari hari mu yang suram.
Aku pun dengan suka rela menjadi pemeran pengganti untuk meredakan malam malam mu yang muram.
Aku yang mendengarkanmu hingga jam satu pagi adalah aku yang kau nafikan lagi dan lagi.
Kau yang masih tenggelam dalam kenangan adalah apa yang kuselamatkan
Celaka nya aku malah ikut terbenam dalam skenario yang kau ciptakan.
Dan kita menjadi terbiasa untuk pura pura tertawa padahal kau dan aku tahu aku mendambakan mu yang mendambakan nya.
Sampai kapan kita harus begini?
Sampai nyaliku terkumpul untuk kau hempaskan?
Atau sampai kau terbang lagi menuju pelukan yang lainnya
Ternyata,
Menjadi juara kedua itu sama aja dengan berpacaran dengan orang yang tidak pernah ada secara nyata.
Kalau kau benar benar menyayangiku,
Kau takkan menjadikan ku juara kedua sejak dari awal.
Menyebalkan.
Aku ingin kau rindu,aku ingin kau kejar,aku ingin kau buatkan puisi.
Lalu aku akan bertingkah tak perduli,
Agar kau tau rasanya jadi aku.🙃