1

939 74 19
                                    

Mafuyu pov

Pagi ini aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini hari pertama kali aku bersekolah di tokyo. Aku pindah dari osaka ke tokyo karena pekerjaan ayah ku.

Tok tok tok

"Mafuyu, kau sudah siap? Okaa san tunggu di bawah ya. Kita sarapan dulu" ucap okaa san dari balik pintu. Aku membuka pintu nya, "ha'i. Aku sudah siap" ucapku.

(Okaa san : ibu. Otoo san : ayah)

Sekarang pukul 07.00 pagi, masih ada waktu untuk sarapan. Pagi ini, okaa san membuat beberapa sandwitch. Jujur sebenarnya aku tidak terlalu suka makan. Aku makan hanya jika saat perut ku sudah meronta ingin makan. Maka dari itu, badan ku sangat kecil dan kurus. Tinggi ku hanya 168. Kecil bukan? Tentu untuk seorang laki-laki tentu sangat kecil dan pendek.

"Mafuyu, makan sarapan mu. Lihat tubuh mu seperti tak terurus. Makan!" Ucap ayah dengan nada tinggi nya serta menekan. Mau tak mau aku harus makan walau sedikit. "Jangan terlalu kasar pada anak kita. Sayang, kau harus sarapan. Sarapan itu kebutuhan nak" ucap okaa san sambil mengelus kepala ku. Aku hanya mengangguk.

"Kau terlalu memanjakan dia. Dia adalah laki-laki. Dia sudah berumur 17 tahun. Dia harus dewasa" ucap otoo san lagi-lagi menekan. "G-gomene ..." ucapku takut.

Setelah sarapan, aku berangkat ke sekolah dengan otoo san. Aku berangkat ke sekolah dengan mobil. "Apa itu?" Tanya otoo san.
"Ini ... gitar" jawabku. Otoo san langsung menarik gitar di sampingku. Aku terkejut saat otoo san mengambilnya dan keluar dari mobil. Tentu aku mengikutinya keluar. "Kau ini bersekolah, bukan untuk bermain gitar! Sudah ku bilang beberapa kali jangan pernah melakukan kegiatan yang tidak berguna mafuyu!" Ucap otoo san marah. Tak hanya marah, otoo san membanting gitar ku dan menginjaknya berkali-kali hingga sedikit hancur. "Otoo san jangan ku mohon! Berhenti! A-aku janji tak akan membawa gitar itu lagi .. hiks .. kumohon hiks ..." ucap ku sambil menangis.

"Ada apa ini? Astaga mafuyu kenapa kau menangis??" Ucap okaa san keluar dari rumah. "Cukup sudah. Aku muak dengan kau mafuyu! Kau tak pernah membuat ku merasa bangga! Gitar sialan ini dan 'dia' telah membuat mu gelap mata dan salah jalan! Kembali ke jalan mu! Kau laki-laki! Kau tau aku benci kaum homo! Anak sial- ..."cukup!! Otoo san tak mengerti apa yang aku rasakan! Dia sudah tak ada, kumohon berhenti menyalahkannya hiks ..." ucap ku. Aku mengambil gitarku, sambil berlari ke luar rumah. Lebih aku langsung pergi ke sekolah dari pada mendengar otoo san membicarakan dia.

Aku pun sampai di sekolah baru ku. Aku berjalan pelan sambil menunduk ke bawah. Hati ku masih benar-benar sakit dengan apa yang otoo san katakan tadi. Aku tidak bisa mengelak. Aku memang gay/homo. Aku mencintai 'dia' karena 'dia' yang membuatku bahagia.

Duk

Aku menabrak seseorang yang ada di depan ku. "M-maaf aku tidak melihat ....." aku menghentikan ucapanku dan terkejut dengan apa yang kulihat sekarang. "Tidak .. ini .. tidak mungkin .. yuki? Kau yuki kan!? Yuki aku tak percaya kau masih hidup!" Ucap ku sambil memeluk pria yang ada di hadapanku.

"Sialan siapa kau! Lepaskan aku!" Ucap nya sambil mendorong tubuh ku hingga jatuh terduduk. "I-ittai" aku melihat telapak tangan ku terdapat baretan dan sedikit mengeluarkan darah karena jatuh.

"Aku bukan yuki idiot! Berani-berani nya memeluk ku sembarangan dasar homo!" Ucap nya lalu pergi. "Tapi ... kenapa kau mirip dengannya ... yuki .." ucap ku sendiri.

-

Uenoyama pov

Sial pagi ini benar-benar membuatku jengkel. Siapa pria aneh yang tiba-tiba memeluk ku. Tapi .. kenapa ia menyebutkan yuki? Ah peduli setan aku tak mau memikirkannya.

"Hei ueno! Bolos pelajaran? Ayo kita ke rooftoop, aku ingin merokok" ucap teman ku. "Jika kalian ingin bolos, pergilah. Aku sedang tidak ingin bolos" ucap ku sambil berjalan masuk ke dalam kelas.

"Ada apa dengannya?"

"Entah"

Teng tong teng tong 'anggap lah bel.

Semua murid sudah duduk rapih di dalam kelas. Seperti biasa, aku duduk di paling belakang sebelah kaca sambil memandangi langit dan mendengarkan lagu.

Guru pun memasuki kelas dengan seseorang yang membuatku terkejut. 'Sial kenapa anak itu masuk ke sini' batinku kesal.

"Minna, perkenalkan dia adalah murid baru di kelas kita. Semoga kalian bisa berteman dengannya ya! Silahkan perkenalkan namamu nak"

Aku menatap tajam ke arah anak itu dan dia pun langsung menundukan kepalanya. "P-perkenalkan namaku .. mafuyu .." ucapnya.

'Mafuyu?'

"Sekarang berteman baiklah dengan mafuyu. Baiklah mafuyu, kau bisa duduk di ... ah sebelah uenoyama" ucap sensei menunjuk ke arah bangku sebelah ku yang kosong.

"Tidak bisa sensei! Ini tempat kato." Ucap ku mengelak. "Apa kau lupa? Kato sudah pindah ke kelas yang lain. Dan apa kau lupa siapa yang membuatnya tak nyaman disini?"

'Sial. Tak ada pilihan lagi' batin ku jengkel.

"Sudah ini hanya masalah tempat duduk. Jangan di perpanjang lagi. Mafuyu, pergilah kesana" ucap sensei.

Aku melihat mafuyu mengangguk perlahan dan mulai berjalan mendekat ke arah meja di samping ku dan duduk.

"M-maaf soal tadi pagi .. aku mengira kau teman ku" ucap mafuyu sedikit berbisik. Aku tak menjawab dan menghiraukan ucapannya.

-

*jam makan siang*

Mafuyu pov

Bel makan siang pun tiba. Semua murid sudah bersiap-siap menuju kantin untuk makan. Tapi tidak dengan ku, karena ...

Bukk

"Hei anak baru, berikan kami uang mu cepat!" Tubuh bagian belakang ku benar-benar sakit karena menghantam tembok lumayan keras. "A-aku tidak punya .. u-uang" ucap ku takut. "Halah bohong! Cepat serahkan atau kami ak- "akan apa?" Semua langsung menengok suara yang menyela pria yang ada di hadapanku saat ini.

"Akan apa?" Tanya uenoyama.

"A-ah t..tidak aku hanya ingin berkenalan dengan teman baru kita, y-ya kan?" Semua orang mengangguk dan berjalan pergi dengan cepat.

Aku melihat uenoyama tetap berdiri di tempat tadi. Aku mencoba berjalan mendekat ke arah nya. "Terima kasih uenoyama kun, terima kasih telah menolong ku" Ucap ku tak lupa dengan senyum.

Ia lagi-lagi tak menjawabku. Ia langsung memutar tubuh nya dan berjalan pergi bersama temannya.

-

Setelah membeli roti dan susu, aku berjalan ke arah rooftoop. Aku ingin suasana yang damai serta angin yang sejuk untuk menjernihkan pikiran.

Sampai nya aku di rooftoop, beruntung tak ada orang lain selain aku. Aku duduk menyender jaring-jaring pagar serta meminum susu yang ku beli tadi. Menatap langit yang cerah, serta menikmati sejuknya cuaca hari ini.

"Yuki ... kau apa kabar? Aku merindukanmu" tanpa sadar sehabis aku mengucapkan kalimat itu, air mata ku menetes deras.

'Sabishisa wa kyokida..
Hito wo kizutsukete shimau..

Sore ni kidzukenaku naru
Itooshi sa wa byokida
Mune ga kurushiku naru yo..
Naoshi kata wa nai nda....' dan tanpa sadar lagi aku menyanyikan lagu itu.

"Hiks ... yuki .. i miss you"

TBC~

Jangan lupa pencet tanda "⭐️" ya!
See you in the next chapter!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang