࣪ ⋆ִ ࣪ CHAPTER 01 ࣪ ⋆ִ ࣪
"𝐒𝐀𝐏𝐓𝐀𝐏𝐀𝐍𝐀; 𝐎𝐏𝐄𝐑𝐀𝐒𝐈 𝐒𝐄𝐍𝐈𝐍𝐀𝐍"
- 𝙬𝙧𝙞𝙩𝙩𝙚𝙣 𝙗𝙮 .𝙝𝙖𝙣 -
2O24
NARENDRA
| Topi gua ilang. 6.54 AM
| Hehehe. 6.55 AM"Si anying, baru bilang lagi." Sepotong punggung yang sibuk tata segala keperluan upacara bendera mengumpat tanpa sengaja. Decak demi decak mengalir deras dari bibirnya. Sebagai anggota Triagra, Catra pikir hari ini setidaknya ia bisa contohkan hal teladan pada penghuni Tritamapa; ikuti upacara tanpa pelanggaran apapun yang nempel di tubuhnya.
Hiruk-pikuk lapangan turut rayu Catra tuk limpahkan kekesalan. Belum sempat si laki-laki tuai balasan, ponsel miliknya mulai menjerit ketakutan. Ada satu panggilan masuk. Catra segera angkat dengan grasak-grusuk.
"Halo, Jak?"
"Cat, ulur waktu sepuluh menit aja. Gua sama yang lain lagi nyari topi, Gilang lagi nyari parkiran buat Naren. Bisa kan?"
"Oke Jak, aman."
Panggilan langsung dimatikan, Catra lirik kiri kanan; cari sesuatu tuk ulur waktu seperti permintaan. Semua nyaris sudah disiapkan, seolah ia tak punya kesempatan tuk tunjukkan sisi teladan. Namun, ia tak bisa bilang pada Sajakyata ia alami kesulitan. Sebab, ia tahu benar, perihal yang satu ini memang hanya ia yang dapat diandalkan.
Sepuluh menit, harusnya tak sulit.
• • •
Sajakyata, Arjuna, Jingga, dan Heru sudah dilumuri peluh; dadanya saling bergemuruh; berebut konsumsi udara dengan rusuh. "Ng-nggak ada yang sakit," lapor Arjuna sembari senderkan tubuhnya yang sepuh; takut terjatuh.
"Tinggal satu kelas, Jak. Kelas sebelas MIPA dua, kelasnya Siklausa," tutur laki-laki Jagdirga.
Wajah Sajakyata berubah sumringah, sementara telinganya merona bak diberi warna krayon merah. Rongga pernapasan yang padat— sedari tadi tersendat jadi lega seolah baru saja dikecup berkat. Figurnya kembali ditumbuhi semangat. Kendati bibir si laki-laki setia terkantup rapat, baik Heru, Jingga, maupun Arjuna tau walau sekali lihat. Sajak masih peluk sisa cintanya kuat-kuat, sampai bisa buat akal sehatnya cacat.
Lantas, mereka berempat lekas seret tubuhnya ke sebelas MIPA dua. Yang satu diasuh bahagia, yang tiga agak terpaksa. Sebab bagi Saptapana, Klausa itu luka. Tapi mereka tak bisa terus terang berkata demikian di depan kebun cinta milik Sajakyata. Mereka yakin, Sajak bisa melupa.
Tok tok tok.
Teriakan punggung pintu berhasil sita puluhan pasang mata. Kecuali Klausa yang duduk di bangku kedua. Gadis itu sibuk urus ponselnya.
"Ada yang sakit nggak?" Ajaib, Klausa langsung angkat kepala; jatuhkan tatap pada mereka begitu Sajakyata udarakan tanya.
"Sejak kapan lo berempat jadi anggota PMR keliling?" sindir Aksamala sembari lipat kedua tangan di dada. Gadis berkuncir kuda yang mendapat gelar musuh bebuyutan Arjuna itu pasang tatap curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWU FRASA
Teen Fiction⛧ ࣪ ⋆ִ ࣪ pls. / 00 line's ( 新版本 ) [ versi baru dari SEWU FRASA ] ───↻.han © 2O24