Part 2.

295 11 9
                                    

Aditya POV :

 Dua bulan lagi aku akan diangkat menjadi Raja dinegara kelahiranku ini. Dan tentunya juga tanggung jawabku akan semakin besar. Setiap kelakuanku, tingkahku, akan dinilai oleh masyarakat di negaraku tentunya.

 “Tok-tok-tok” suara ruang kerjaku diketuk.

“Masuk” teriaku dari dalam ruangan dan masih berkutat dengan kertas-kertas yang ada dimeja kerjaku.

“Boleh saya duduk tuan?”

Mendengar suara Ayahandaku aku langsung mengangkat kepalaku yang sedari tadi sibuk dengan kertas-kertas itu. Aku tersenyum menatapnya.

“Silahkan Ayahanda” kataku sambil tertawa.

“Ayah liat kau sedang sibuk sekarang”

“Iya memang begitu ayah, dua bulan lagi aku akan di angkat menjadi seorang Raja. Tidak mungkin kan aku hanya duduk diam di meja kerjaku?”

“Benar sekali nak apa katamu. Ayah bangga sekali. Semoga kau bisa menggantikan posisi ayahmu ini dengan baik nak” kata ayah sambil tersenyum.

“Semoga. Dan aku akan berusaha untuk itu yah, bukan hanya untuk nama baik ayah dan kerajaan ini, tapi juga untuk negara ini” kataku.

“Aku percaya padamu nak. Tapi…” ayah menggantungkan kalimatnya.

“Tetapi apa yah?” tanyaku dengan kening berkerut.

“Rasanya ada yang kurang dengan semua ini nak. Kau membutuhkan seorang istri” kata ayah menatapku dengan serius.

Aku berfikir sebentar sebelum menjawabnya.

“Ya, cepat atau lambat memang aku harus menikah. Tapi menikah bukanlah hal yang segampang kita fikirkan bukan? Aku harus mencari wanita yang cocok untuku, dan yang terpenting dia menerimaku bukan karna aku adalah calon Raja atau Raja di negaraku ini. Melainkan karna cinta dan kasih sayangnya yang tulus” Jelasku.

Ayah tersenyum mendengarkan penjelasanku.

“Kau  benar nak, tapi ingat bukan hanya dia mencintaimu tapi juga dia tau posisimu akan mejadi Raja maka dia harus menjaga sikapnya”

“Pastinya Ayah”

“Baiklah. Kau lanjutkan kerjamu nak” kata ayah sembari berdiri dari kursi yang di dudukinya tadi dan berjalan keluar ruangan kerjaku.

 Sepeninggalan ayah. Aku hanya melamun memikirkan semua yang Ayah katakan. Aku bangkit dari kursi kerjaku dan berjalan menuju balkon.

 Aku menikmati pemandangan di hadapanku. Pemandangan yang cukup membuatku tersenyum senang.

 Dia..wanita itu Kayla Laurinda Serilda sedang bercengkrama dengan Ibundaku. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan untuk ku. Dua wanita yang mampu membuat aku tersenyum walaupun dengan cara yang sederhana.

Aku masih terkagum-kagum oleh sosok Kayla. Apalagi sekarang ini, saat angin berhembus menerbangkan anak-anak rambutnya membuatnya seakan menjadi Peri Kecil di taman depan istana.

 Buru-buru aku masuk kedalam ruang kerjaku mengambil kamera dari laciku dan langsung berjalan menuju balkon memotret pemandangan indah dihapadanku sekarang.

Aku memotret Kayla yang sedang asik bercengkrama dengan Ibundaku, memotretnya saat dia sedang tertawa, memotretnya saat anak-anak rambutnya berterbangan ditiup angin.

 Setelah puas memotretnya, aku tersenyum senang. Dan kembali masuk ke dalam ruang kerjaku sambil melihat-lihat hasilnya. Sungguh  aku sangat-sangat puas dengan hasil jepretan tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aditya Darius KeshavTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang