31 : Jealous?

10.6K 1.6K 462
                                    

Jan lupa vote dan komennya💕

Happy reading💜

.
.
.

"Hih, kok serem?" gumamku sesaat setelah menonton kisah KKN di Desa Penari di youtube. Sebenarnya aku ini korban dari salah satu status yang ada di timeline akun facebook-ku. Kulihat di sana ramai membicarakan perihal kisah horror ini. Dan karena penasaran, aku pun mencari nama penulis kisah horror itu di twitter, dan gila. Aku langsung menyerah setelah melihat cuitannya yang terlampau banyak yang berarti cerita KKN di Desa Penari itu sudah tenggelam oleh cuitan-cuitan penulisnya yang baru. Oleh karena itu, aku mencoba membuka youtube dan kebetulan salah satu akun youtube yang memang sering membahas perihal hal-hal mistis pun mulai ikut memviralkan kisah Nur, Widya dan kawan-kawannya itu. Ah, aku jadi semakin penasaran saat penulisnya mengaku bahwa masih ada cerita yang tidak dipaparkan di tweet-nya itu.

"Gils, penasaran gue."

"Aya! Ngapain deh. Udah siap-siap belum? Bukannya kamu mau ke rumah Regaf bentar?" teriak Mbak Zillah dari luar kamar.

Oh, iya. Aku hampir lupa. Hari ini Mas Regaf mengajakku ke rumahnya. Boleh kah aku bilang rumahku juga? Ibu Mas Regaf juga sudah daritadi terus menelepon Mama, dia meminta Mama agar aku segera ke rumah Ibu bersama Mas Regaf. Aku? Tentu menunggu Mas Regaf pulang dari rumah sakit.

Kulirik jam yang menggantung di dinding kamar, sudah pukul empat sore. Kira-kira Mas Regaf pulang jam berapa, ya?

Kuambil ponsel yang tergeletak tepat di samping laptopku lalu membuka aplikasi whatsapp. Kubuka chat-ku dengan Mas Regaf, ternyata dia juga sedang online. Baru saja aku ingin mengetik, dia tiba-tiba menelepon.

Aku gelagapan lalu berdeham pelan untuk mengurangi rasa tercekat yang tiba-tiba mendera pita suaraku.

"Assalamu'alaikum, Aya," sahut Mas Regaf di seberang sana.

Ya Allah, suaranya kok lembut banget? Apa pasiennya tidak langsung klepek-klepek, ya?

"Aya?" panggil Mas Regaf.

Aku mengerjap pelan lalu kembali berdeham. "Wa'alaikumussalam, Mas."

"Kamu udah siap-siap, kan? Mas udah mau balik ini."

Kok aku blushing sih Mas Regaf sebut dirinya Mas? Hihihi.

"Iya, Mas. Tadi aku mau tanya, mau balik jam berapa. Tapi keburu ditelpon sama Mas. Ya udah, aku siap-siap dulu."

Di seberang sana terdengar kekehan lembut Mas Regaf. Duh, manis banget sih. Tapi, sebentar deh. Ini kenapa aku jadi kayak ABG labil yang baru puber, sih? Dengar suara Mas Regaf saja aku sudah blushing tidak keruan. Ckckck. Perasaan ini juga jelas beda dengan perasaanku dengan Kak Rifki dulu. Mungkin karena efek belum terlalu kenal dengan Mas Regaf, ya?

"Oke. Aku matiin, ya."

"I-iya. Assal–"

"Jangan dandan yang cantik-cantik. Nanti tambah cantik."

Ya Allah, tolong. Ini Mas Regaf memang aslinya jago ngegombal, ya? Sudah berapa kali aku blushinh sejak sah menjadi istrinya? Bisa sakit tidak sih kalau terus-terusan seperti ini?

"Ha-hahaha, Mas bisa aja. Udah deh, Mas. Aku mau siap-siap ini."

"Oke. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah menutup panggilannya. Aku segera membereskan pakaian yang akan aku bawa ke rumah mertuaku. Aku tidak boleh dong kelamaan senyam-senyum memikirkan ucapan Mas Regaf tadi. Bisa-bisa aku dapat omelan dari Mama kalau sampai aku ketahuan kesemsem sampai lupa berberes-beres.

Imam-able (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang