"Memperhatikanmu dalam diam itu, awal dari aku ingin mengetahui sifatmu."
-Rozzaq Althaya.Waktu yang di tunggu oleh banyak siswa pun tiba, lonceng bel berbunyi, teriakan senang dari semua siswa mulai terdengar. Pintu demi pintu kelas mulai terbuka dan menunjukkan siswa-siswa yang berpencar untuk tujuan istirahatnya masing-masing.
Seperti Rozzaq beserta teman-teman nya, mereka seperti biasa, ke kantin dan tentu saja menduduki bangku pojok biasa nya. Bukan preman atau penguasa, tapi tempat itu benar-benar membuat Rozzaq beserta teman-temannya nyaman, bahkan di jadikan tempat tersendiri buat mereka.Sama aja ya gundul, kaya di kuasai :(
-Thor."Lagi baik gue nih, mau pesen apa lo pada? Eh, tapi bukan berarti gue bayarin ya, lo pada bayar sendiri gue cuma pesenin" itu Fathi yang ngomong, anak yang biasa nya mageran buat disuruh pesan makanan. Tapi kali ini dia tumbenan mau mesen makanan teman-teman nya. Makannya, mereka sempat heran, dan ini harus di abadikan.
"Widih, tumben si gundul, lagi rajin ya?" Reza berkata sambil menggoda Fathi, dan di balas oleh wajah geli dari Fathi.
Reza itu tukang nyolot, tapi seru."Di abadikan dong, jarang loh kamu mau kaya gini kak" Tezza angkat bicara, si anak muda paling lucu apalagi menggemaskan, dan dia masih polos. Kalau kata Reza, gemasnya makin nambah.
"Udah buruan, lama bener. Gue batalin nih?"
"Ettt, enak aja. Pesenin kaya biasa nya, Fath. Tapi minuman gue air putih aja deh, lagi gak bisa minum es"
"Tumben Zaq?" Tanya Reza sambil natap bingung ke Rozzaq, bukan apa-apa, tapi emang bener kalau semua nya bingung. Biasa nya Rozzaq itu bucin nya es, apalagi es batu, yang pacaran sama manusia aja kalah di buat dia.
"Sakit gue, elah sedih juga kaga bisa ngemil es batu. Gabisa bucin, gabisa jahilin Tezza biar dia ngilu" keluh Rozzaq sambil memainkan plastik meja kantin dan pura-pura menunjukkan muka sedih.
"Lebay ah kak, bagus dong kalau kamu gak makan es batu segala buat sekarang" Tezza bersemangat bahkan senang ngelihat kakak kelasnya itu gak bisa jahilin dia buat sekarang.
**********
Beda lagi dengan seorang Athaya, dia di kantin, tapi ngga sericuh siswa lainnya. Dia seperti biasa nya, ngga pernah absen dari sebuah buku cerita, orang-orang selalu memanggilnya dengan sebutan "Si manis, kutu buku."
Padahal, bagi Athaya dia bukan sejenis orang-orang kutu buku, dia hanya hobi membaca sebuah novel berisi tentang Aruna dan Senja. Tapi bukan berarti dia anak Indie, dia juga suka membaca kata-kata dari kak Fiersa Besari, apalagi mendengar lagu Fourtwenty, tapi dia bingung, dia ini memang anak indie atau bukan."Aku bingung, tujuan hidupku ini apa.."
Itu kata-kata yang selalu di keluarkan Atha kalau dia sedang kebingungan."DOR ATHA!!"
"YA TUHAN!" Iya, Atha orangnya gampang terkejut, untung aja itu buku ngga di lempar ke sembarang arah.
"Ih Fajar! Ngagetin aja sih?!"
"Hehe, maaf deh maaf, cuma lagi gabut aja, eh ngeliat kamu disini lagi serius baca buku, yaudah deh, akal jahilku keluar.."
Iya, itu si Fajar Raditya, sahabat dari awal semester nya Athaya. Mereka dekat, bahkan Athaya sudah menganggap dia sebagai saudara sendiri.Setelah usai tengakar kecil, Athaya dan Fajar berbincang tentang buku terbaru, untung saja Fajar juga suka baca buku, jadi mereka bisa saling rekomendasi.
Di tengah keasikan mereka, diam-diam Rozzaq memperhatikan Athaya yang berada tidak jauh dari meja nya. Rozzaq tertarik melihat senyumnya Athaya, apalagi melihat dia kebingungan sambil mengedipkan berkali-kali kedua mata nya, lucu menurut Rozzaq.
Dia tertarik bukan baru sekarang, tapi sudah dari awal melaksanakan mos murid baru, menurut Rozzaq dia murid paling cerdas dan tidak banyak omong apalagi tingkah yang berlebihan. Bahkan Rozzaq melihat Athaya sopan dalam berkomunikasi atau tertawa apalagi dalam hal tanya dan jawab.
Menurut Rozzaq, Athaya itu manusia langka yang harus di lindungi, iya dia yang ngelindungi Athaya dengan cinta nya.