Aku menulis flashfiction ini untuk mengobati krisis fantasiku kepada Taehyungiee~
-- B O N U S --
-----
Biasanya, setelah hujan mereda dari amukan angin, akan ada segaris pelangi yang terlukis indah diatas awan-awan muram. Burung-burung gereja akan mencengkram jari-jari kecil mereka dipuncak pohon oak yang mengering, lebih seringnya terlihat juga di kabel-kabel listrik yang kebetulan berada didepan rumahku. Ada beberapa hal yang indah saat waktu berjalan lebih lambat dengan aku yang menunggu hewan bersayap menggemaskan itu kembali bertengger dan aku akan memanjat pohon untuk bergabung dengan mereka.
Yeah, walaupun sebagian burung akan terbang dan meracau dengan kesal, sih.
Tapi, sumpah, deh. Ini itu kulakukan sebab aku begitu kesepian.
Kulangkahkan kaki menuju jendela kayu ketika hujan mereda, tidak menemukan segaris pelangi seperti biasa, tidak apa-apa. Aku juga menunggu burung-burung menggemaskan itu bertengger manja mengibaskan sayap, juga tidak kutemukan. Hal yang lebih beruntung adalah ketika sepasang mata cokelat itu kembali menatapku sekilas, cukup cepat tanpa isyarat tertentu. Aku cukup terkejut hingga dua puluh detik, baru sadar ia telah memalingkan pandangan kebawah kaki, kembali bergelung dengan pasir basah dan air lumpur seperti hal itulah yang paling ia inginkan untuk dilakukan.
Aku ingat ketika aku masih kecil, ayah akan mengajariku beberapa hal untukku agar dapat bertahan hidup. Salah satunya, sih, beradaptasi. Berteman, saling bersosialisasi, menjunjung tinggi norma kesopanan seolah kau bisa mati sebatang kara jika kau berkata hai sambil meludahi wajah seseorang. Kepalaku menimbang-nimbang. Sejauh aku tinggal di sini, pindah dengan ayah, aku tidak pernah menemukan lelaki aneh itu benar-benar berbicara.
Seringnya ia hanya memandangiku (itupun tidak sengaja), main becek di teras rumahnya seperti sekarang ini, atau belajar sampai tengah malam (ini kuketahui sebab kamar kami bersebrangan). Kim Taehyung acapkali terlihat menggunakan hoodie besar hingga menenggelami seluruh tubuh kurusnya, seperti seorang vampir sebab tidak ingin terkena sinar matahari. Atau ingin menghindari manusia sebanyak yang ia bisa.
Aku mengetuk jendela kacaku, tidak ada respon. Uh, boleh tidak melempar batu bata sekalian ke kepalanya? Biar dia sadar, kalau aku sudah melanggar norma kesopanan demi menjalin setidaknya sedikit saja interaksi kecil bersamanya.
Aku merinding. Aku tidak ingin hidup sebatang kara. Kalau perkataan ayah benar-benar terkabul, aku akan mencari Kim Taehyung dan memaksanya menikahiku. Salah siapa! Perlakuan ganjilnya yang memaksaku melakukan ini. Aku melanggar kesopanan dengan terus menatapinya dari balik kaca jendela di lantai dua kamarku. Kutunggui teman bersayapku datang, ternyata dia asik berkonspirasi dengan alam. Tidak muncul juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Out, Kim Taehyung
Teen FictionPada bulan oktober dan bebauan tanah basah, aku kembali menemukan netra basah itu ditengah-tengah mendung sesudah hujan. kamu tetap setia membasuh kaki telanjang dengan tanah, sementara aku memandangi sengap dari balik jendela.