7 | Hidup Terlalu Singkat Buat Mikirin Satu Orang

45 5 0
                                    

Entah kenapa perasaannya semakin lama semakin tumbuh. Bagai pohon yang kadang dijatuhi ribuan hujan dan kadang disinari matahari terang. Kontradiksi hati itu terjadi begitu saja. Mungkin prosa mandarin tentang kuda dan waktu itu yang cocok untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini. Perjalanan yang jauh akan menentukan kekuatan seekor kuda. Waktu akan menentukan hati seseorang.

Mungkin memimpikan sesuatu yang dikhawatirkan selamanya akan tetap menjadi mimpi adalah hal yang menakutkan. Namun, hidup harus terus ia jalani, mimpi tak masalah jika terus menjadi mimpi. Cukup ikuti alirnya, nikmati saja prosesnya, Tuhan tahu kapan ia harus bahagia.

Hingga jalan-jalan harus mencapai batas waktunya. Saat matahari sudah mulai sirna, berganti kegelapan malam dengan kilauan lampu memajang di kota besar itu. Mereka tidur di sebuah penginapan yang tak jauh dari kampus. 

Feay awalnya ingin menginap di kamar Esa sekalian menyerahkan hadiah. Namun, karena hari sudah malam, ia jadi tak ingin mengganggunya. Feay tidak masalah jika harus tidur di bawah lantai yang hanya beralaskan selimut di kamar tempat dua anggotanya menginap.

Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu. Feay pun membukanya. Ternyata El, laki-laki yang pernah Nay curhatkan padanya itu datang bersama beberapa teman menemui mereka di penginapan. 

Badan besar itu memeluk tubuh Feay. Sudah lama mereka tidak jumpa. Sejatinya, hubungan persaudaraan Feay dan El sudah cukup mendarah daging. Karena selama pelatihan di Jakarta mereka sering berbagi pengalaman bersama.

"Gimana sehat?" tanya El.

"Alhamdulillah, sehat, kok tau kami di sini?" tanya Feay sembari menyuruh El masuk untuk duduk di kursi penginapan itu.

"Tadi, Esa kasih tau kalo kamu mau kesini." Logat timur benar-benar kental, laki-laki asal NTT yang berkulit coklat dengan rambut setengah gondrong ini duduk bersandar di kursi dekat tv.

Tak lama mereka menghabiskan waktu untuk berbincang. Karena malam mulai larut, cuaca mulai dingin. El dan sekawanannya pun pamit.

"Tidur aja di kamarku! Banyak anak-anak, ada Esa juga," tawarnya sebelum berlalu pergi.

"Iya, nanti aku kesana, sekarang mau temenin anak-anak makan dulu," jawab Feay, lalu menutup pintu.

Sebuah notifikasi masuk ke Wechatnya. Feay pun kembali duduk di kursi bermain ponselnya.

Nay : Kenapa nggak bilang kalo udah di Nanjing!!

Feay : Jangan sampe ngerepotin kamu aja.

Nay : Ish jangan gitu lah. See u tomorrow ya pokoknya, haha.

Feay : Udah tidur sana.

Nay : Haha enak ya abis jalan-jalan.

Nay tau karena melihat kiriman video darinya.

Feay : Nggak ada kamu ya biasa aja.

Nay : Haha, kan ada 2 cewek yang nemenin.

Feay : Harusnya 3 sih.

Nay : Astaghfirullah, tidak bersyukur.

Feay terbahak-bahak sendiri di atas lantai yang dingin itu. Hingga membuat dua wanita yang juga berada dalam ruangan ikut keheranan. Insya Allah nanti, balas Feay dalam hati.

Nay : Ketemu Kak El ya?

Entah kenapa Nay tiba-tiba menanyakan itu, apa mungkin El menceritakan kepadanya. Padahal baru saja El pergi bersama temannya setelah datang mengunjungi Feay di penginapan itu.

Feay : Iya, diceritain?

Nay : Terus gimana?

Feay : Gimana apanya?

Kontradiksi Hati | ULAH & IMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang