BAB 2

8.3K 346 48
                                    


☘☘☘

Levin buru-buru keluar dari kamarnya, 20 menit lagi
ada meeting penting dengan klien asal Papua. Pria tampan
itupun berjalan tergesa-gesa menuruni tangga menuju ruang
makan.

“Sarapan dulu Lev!” ujar Paula yang sedang menyuapi Jevin
sereal.

“Minum susu aja deh Mi, gak keburu soalnya.” Jevin lalu
meminum segelas susu yang ada diatas meja makan.

“Lev… kamu gak bisa kalo gak sarapan sayang, maagmu bisa
kambuh nanti. Kalo akut lagi kayak dulu gimana?”

“Levin gak papa Mi.. maagku udah gak pernah kambuh lagi,
meskipun gak sarapan juga baik-baik aja kok. Mami jangan
terlalu cemasin Levin deh,”

“Tapi–“

“Please Mi… Levin berangkat dulu ya!” Levinpun segera
mencium pipi Maminya.

“Ya udah deh, nanti kalo kambuh tanggung sendiri, Mami gak
mau tau,” ungkap Paula dengan nada sebal, putranya itu selalu
saja keras kepala.

“Iya-iya,”

“Nanti Jevin ke kantor Papa lagi,” kata Jevin.

“Iya nanti Papa tunggu Jevin, kita makan siang sama-sama,”
ucap Levin. “Papa berangkat dulu sayang.” pamitnya pada
Jevin, lalu mencium pipi gembil putra kesayangannya itu.
Levinpun segera berjalan menuju garasi, lalu masuk kedalam
Nissan Juke merahnya, dan setelah itu segera pergi menuju
kantornya.
Setibanya dikantor, pria atletis yang diidolakan banyak
karyawan perempuannya itupun segera berjalan menuju lift
untuk naik keruangannya yang terletak dilantai 10.

“Meeting kita 10 menit lagi Pak Levin,” ujar Susan, sekretaris
Levin.

“Ya, kamu siapkan berkas-berkasnya, sebentar lagi kita
berangkat.” Kata Levin sambil membetulkan dasinya. Pria
gagah itu benar-benar membius mata Susan yang tak henti-
hentinya melirik kearah Levin untuk mencari perhatian.
Meskipun duda, tapi aura dan ketampanan Levin tak ada
bandingannya. “Kamu denger sayakan?” Tanyanya pada Susan
yang langsung tersentak karena dari tadi melamun.

“I-iya Pak,” angguk Susan salah tingkah, Levin yang melihat
itupun hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir.
Dan setelah Susan mempersiapkan berkas-berkas meetingnya, Levinpun segera bergegas menuju Hotel JW Marriot bersama Susan untuk menemui kliennya yang berasal dari Papua.

.

Paula office

Paula menghela nafas beratnya, ia bingung, tadi ia sudah janji
akan menjemput Jevin disekolahnya akan tetapi tiba-tiba pagi ini ia harus bertemu dengan temannya untuk membahas
tentang masalah kerjasama. Wanita awet muda itupun sempat berpikir sejenak sebelum menyunggingkan senyuman lebar karena sudah berhasil menemukan seorang pengganti untuk menjemput cucu kesayangannya itu.

“Ralin!” panggil Paula pada salah satu Modelnya. Ralin
Febriana, gadis cantik keturunan Korea yang dulunya hanyalah
seorang pelayan restoran, dan kini telah menjelma menjadi
seorang Model professional berkat jasa Paula yang tak sengaja menemukannya.
Ralin, begitu biasa ia disapa, merupakan anak buah kesayangan Paula karena gadis 22 tahun itu mempunyai hati yang sangat
lembut. Bahkan Paula sempat menyebutnya Wonder Girl
karena kehebatan gadis itu dalam menghadapi kekejaman
hidup ini. Ralin adalah gadis yatim piatu, ia anak tunggal yang tak memiliki sanak saudara. Dulu ia memang tinggal bersama
neneknya setelah Ibunya meninggal, namun setelah neneknya meninggal, kini Ralin hanya tinggal sendirian di Apartment yang dibelikan oleh Paula. Ralin tak pernah tahu dimana Ayah
kandungnya berada, bahkan ia tak pernah tahu bagaimana
rupa dari Ayah kandung yang kata Ibunya adalah orang Korea
itu. Dulu banyak yang mengejeknya sebagai anak haram, bahkan warga dikampung yang pernah ia tempati sering.mengusirnya pergi. Alhasil ia beserta Ibu dan Neneknya sering berpindah-pindah tempat untuk mencari rumah baru yang bisa
ditinggali. Sungguh malang nasibnya, tapi itu semua tak
menjadikannya patah semangat untuk melanjutkan hidup yang
lebih baik lagi. Dengan wajah cantik yang oriental bak artis-
artis Korea, Ralin kini menjelma sebagai seorang Model
professional dari Majalah Fashion terkenal milik Paula. Yaitu Paula Magazine. Bahkan foto gadis imut itu pernah menjadi sampul dari majalah Fashion internasional yaitu Bazzar beberapa bulan yang lalu. Membuat Paula yang sudah Ralin anggap seperti Ibu sendiri merasa sangat bangga sekali pada dirinya.

Adik Untuk Jevin (Tersedia Versi Pdf/Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang