"Hei idiot!"
Menjadi bahan pembulian karena dianggap terlahir sebagai manusia idiot. Tak ada nilai yang pernah dicapai seorang Uzumaki Naruto di atas rata-rata. Lelaki berumur dua belas tahun itu selalu saja mengikuti remedial kelas, sampai empat kali dengan mata pelajaran yang berbeda-beda.
Benar. Layaknya seperti mutasi sel. Lelaki dengan tanda tiga garis di dua pipinya itu seperti mutasi terburuk dalam keluarganya. Uzumaki adalah klan pemilik perusahaan teknologi yang terkenal di seluruh kota, Khushina terlahir cerdas dengan Minato terlahir jenius. Namun, Naruto? Seperti bukan terlahir dari rahim seorang Khushina Uzumaki. Maka, seperti kebanyakan orang. Naruto dibuli habis-habisan akibat kebodohannya. Terlebih diumurnya menginjak sebelas tahun, Naruto harus menghadapi kenyataan, bahwa, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan mobil.
Lelaki itu bukan hanya dikatai bodoh, tetapi juga tolol, lebih parahnya dikatai idiot oleh seluruh penjuru sekolah. Termasuk guru-guru penghajar yang diam-diam berkeluh kesah akan keterlaluannya kebodohan si Uzumaki secara tidak langsung.
Naruto melindungi kepala dari tendangan tiga teman lelaki sekelasnya menggunakan kedua lengan. Napas pemuda berambut pirang itu terhembus berat, beberapa wajahnya terhiasi memar juga luka goresan. Bibir Naruto meringis.
"Sudah idiot. Kau pun juga lemah. Tou-chan bilang berteman denganmu akan membuat keluargaku terkena masalah! Kenapa tidak pergi saja!" teriak satu bocah tinggi bermata jingga. Anak blasteran itu adalah pemimpin dari dua bocah lain yang ikut-ikutan memukul Naruto.
Naruto ialah bocah mandiri yang jarang merepotkan orang-orang. Ketika kedua orang tuanya pergi selamanya. Lelaki itu memang menangis terus menerus, namun, Naruto tidak pernah meminta siapa pun untuk memungutnya, merepotkan para tetangga jika lapar atau pun meminta belas kasihan orang-orang. Dia merupakan pemuda yang bisa membeli semua apa yang dirinya mau dengan uang warisan yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Perusahaan keluarganya memang meredup dan nyaris hancur. Tapi, tidak membuat seorang Naruto Uzumaki jatuh miskin. Meski begitu, mengapa Naruto diperlakukan sedemikian buruknya?
Memangnya siapa yang meminta dilahirkan menjadi seorang penuh kekurangan?
Naruto masih melanjutkan sekolah akibat permintaan Khushina di saat terakhir. Juga, memiliki tujuan hidup seperti permintaan Minato yang jarang berucap serius pada bocah di bawah umur sepertinya. Maka, Naruto masih tetap bertahan di sini.
Naruto terbatuk. Ketiga bocah yang menindasnya kini telah pergi. Bel istirahat berakhir. Naruto berdiri dengan tertatih, satu kakinya terasa nyeri ketika memijak tanah hingga lelaki berambut pirang itu harus berjalan seperti anak yang tidak mempunyai satu kaki. Udara musim panas meniupnya pelan. Naruto memejamkan mata.
. .
Melipat satu sisi lagi, dan selesai. Naruto duduk di ayunan taman bermain dengan satu kertas kosong polos, membentuk origami layaknya robot yang terbuat dari kertas. Jari pendeknya memegang pensil erat, kemudian mulai menggambar dua titik untuk dijadikan mata juga satu lengkungan.
Sorot Naruto menghangat. Robot kertasnya telah jadi. Robotnya tersenyum lebar dengan lusuh. Lelaki berambut pendek dengan tinggi minimalis itu memainkan robotnya ke arah langit. Naruto tersenyum kecil. Tidak buruk juga. Pikirnya.
Sore hari ini, Naruto melakukan kebiasaannya; bermain. Sesudah pulang sekolah dan berganti pakaian, bocah lelaki itu memilih menghabiskan waktu di taman seperti hari-hari sebelumnya, walau dirinya tahu, dia takkan bisa bermain dengan siapa pun. Kakinya bergoyang mengayun.
"Dasar cengeng, lihat teman-teman. Hinata-chan menangis lagi!" jerit satu bocah laki-laki dan dua perempuan.
Naruto menghentikan kakinya. Iris birunya mencari sumber suara. Pandangannya tertuju pada gadis berambut indigo yang duduk di tempat berpasir kotor sembari menangis keras. Teman-teman yang lainnya masih meledek. Mengatai dengan inti perkataan yang sama bahwa gadis indigo pendek itu adalah gadis yang sangat cengeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
FanfictionBukankah Naruto sudah menceritakan bahwa ia ingin melukai orang lebih banyak lagi? Maka Hinata adalah kekangnya, akhir dari semua perbuatan buruknya. Tidak perlu gadis sempurna seperti pahatan patung atau lukisan, yang Naruto inginkan, hanya Hinata...