"Ayah, pokoknya sayyi ingin hidup dipesantren, ijinkan sayyi ya yah." rengeknya sehabis pulang dari mengambil pengumuman kelulusan.
Mendapatkan nilai yang bagus tak menjadikannya ingin melanjutkan kesekolah yang terbaik. Sudah sejak lama sayyi ingin hidup dipesantren, lebih tentram pikirnya.
"Ayah si setuju-setuju aja kalau sayyi ingin hidup dipesantren, emang sayyi siap hidup jauh dari ibu dan ayah.? Selidik pak ahmad, ayah sayyi.
Sayyi tampak berfikir disamping kanan ayahnnya dan menjawab dengan mantap. "Insya Allah sayyi siap yah, kan kalau hidup dipesantren sayyi jadi bisa tambah dewasa pemikirannya, kan jauh dari ayah dan ibu, dipesantren, nanti sayyi akan selalu mendo'akan ayah dan ibu biar masuk surga." sayyi tak putus asa membujuk ayahnya.
"kalo ayah jelas mengizinkan kalo sayyi benar-benar sudah mateng. Coba tanya ibu, boleh nda?"
Sayyi mengalihkan pandangannya ke ibu yang sedang sibuk menyatukan pola demi pola agar menjadi gaun yang indah.
"Ibu, sayyi ingin masuk pesantren boleh?" tanya sayyi hati-hati, takut mengganggu ibunya yang sedang sibuk.
Ibu sayyi menjawab tanpa menoleh, " loh hidup dipesantren itu harus siap mandiri nduk, siap nyuci baju sendiri, siap masak, pokoknya harus siap segalanya. Siap jauh dari ayah dan ibu yang selalu menyayangimu." masih dalam posisi yang sama.
"iya bu, sayyi ngerti ko, tapi sayyi ingin belajar bu." rengek sayyi mencoba meyakinkan sang ibu tercintanya.
"coba izin sama ayah, boleh apa nda."
"sudah bu tadi, ayah mengizinkan kok bu. Tinggal restu ibu yang belum sayyi kantongi buat bekal dipesantren nanti." timpal sayyi dengan sigapnya.
"apa nda sebaiknya sekolah dulu, nduk." bu aminah masih ingin mengetes sang putri tercintanya.
"atau mondok sambil sekolah aja, ndu?" pak ahmad ikut nimbrung.
"ih, males ah yah. Sayyi pengennya fokus sama akherat, kalo akherat udah dapet, insya Allah dunia akan bersahabat." sayyi tak mau kalah sama ayah dan ibunya.
"ish ish ish, putri ayah udah kaya bu ustadzah aja nih."
"hehehe... Kan itu salah satu cita-cita sayyi yah."
"alhamdulillah, cita-cita putri ibu mulia sekali." ibu aminah memilih rehat dari kesibukannya, demi mendengar celoteh putrinya yang masih tergolong anak baru gede.
"kalo jadi ustadzah, enak tuh bu. Bisa berbagi ilmu, makanya sayyi pengen mondok bu. Boleh ya bu, sayyi janji, akan menjadi putri yang bisa membahagiakan kedua orang tua sayyi dunia akherat." celoteh sayyi yang udah kaya anak kecil ketika minta permen.
"iya iya, ibu kasih restu sayyi mondok, tapi nda salah kan kalo mondok sambil sekolah?" ibu aminah mencoba membujuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf_Khitbah_Nikah
RomanceSayyi yang tak ingin tercebur kelembah kenistaan yang acapkali dilakukan oleh pemuda pemudi jaman now. ia memilih hidup tentram didalam pesantren yang insyaallah mampu menjaga hati dan pandangan nya. tapi apa hendak dikata, hati tetaplah hati ia tak...