Misteri Nyanyian Telimbai
Bab 1
Menikmati senja bersama ayah dan ibu sambil menatap langit dan melihat awan-awan yang berserakan membuat Rudolf, seorang anak laki-laki tunggal yang sangat menyukai teka-teki, merasakan kebahagiaan tersendiri. Ayah Rudolf merupakan seorang pekerja keras dan penuh kasih dalam keluarga, sedangkan ibu Rudolf adalah seorang ibu yang suka berbagi kasih dan sangat jago memasak.
Bagi Rudolf, awan itu seperti potongan-potongan puzzle yang selalu menarik perhatiannya. Kadang dalam potongan puzzle itu nampak gambar seekor kelinci, domba, bebek dan kadang juga berbentuk kubus tapi sesaat ia tertegun, kenapa sore ini awan-awan yang berserak itu nampak sejajar seperti sebuah kereta api yang memiliki gerbong yang sangat panjang? Batin Rudolf. Ia sangat penasaran sehingga ia menyikut lengan ayahnya yang sementara membaca Koran.
"Ayah, kenapa sore ini tampak di langit awan kereta api yang sangat panjang?" sambil ia menunjuk ke atas sana. Ayahnya diam tak bergeming sedikitpun.
"Yah, kok diam sih?" Tanya Rudolf lagi sambil menyikut lengan ayahnya sekali lagi. "Maafkan ayah, Nak. Ayah lagi berpikir tentang awan-awan di atas sana. Menurut mitos dari orang-orang tua zaman dulu, Awan dengan pola seperti itu tidak sembarang orang bisa melihatnya, kalaupun bisa melihatnya, pola itu akan berlangsung selama kurang lebih lima menit saja dan pola itu biasanya menandakan akan adanya kematian dari orang-orang yang dekat dengan kita. Pola awan itu juga pertanda bahwa mereka berbaris pulang menuju Sang Pencipta." Jawab ayah dengan raut sedih.
Ibu segera menetralkan suasana dengan mengajak ayah dan Rudolf bermain teka-teki.
"Ayo, kita main teka-teki saja. Siapa yang bisa jawab teka-teki ini, dia akan makan puding buatan ibu terlebih dahulu,
Aku buah-buahan, warna kulitku, kadang hijau dan kadang kuning, dagingku berwarna merah dan rasaku sangat manis, siapakah aku? Tanya ibu pada Rudolf dan ayah.
Rudolf melihat pada ayah yang rupanya masih berpikir, dengan cepat ia menjawab.
"Jawabnya pasti semangka. Benar kan, Bu? Kalau teka-teki seperti itu anak TK juga bisa jawab." kata Rudolf dengan bahagia.
Ayah dan ibu tertawa melihat gaya Rudolf sewaktu menjawab teka-teki tadi. Bunyi ponsel ayah yang disetel outdoor seketika membuat suasana menjadi sunyi. Ayah segera mengambil ponsel itu dan berbicara. Wajah ayah pun terlihat sedih, sesekali ia mengangguk dan menjawab "ia, ia, ia" saja, lalu ayah pun jatuh terduduk.
Ibu segera bangun dan menghampiri ayah. Rudolf melihat itu semua dengan penasaran.
"Kakek telah pergi untuk selamanya." Kata ayah pelan. Ibu kelihatan sangat shock dengan statement yang disampaikan ayah lalu menangis dengan keras. Perlahan-lahan Rudolf bangkit dari tempat duduknya dan memeluk ayahnya.
Kakek Melki, satu-satunya kakek yang dimiliki Rudolf dari pihak ayahnya sedangkan kakek dan nenek dari pihak ibunya sudah lama tiada. Kakek Melki baru saja meninggal di desa Puimang. Kakek Melki sangat istimewa di mata Rudolf, selalu punya cara untuk menyenangkan hatinya dan teman berpetualangan yang seru. Rudolf pun menangis sambil mengenang semua pengalamannya bersama kakek.
Ayah segera mengajak Rudolf dan ibu berdoa dan menyiapkan segala sesuatu untuk berangkat besok menuju desa Puimang, tempat kelahiran ayahnya.
Rudolf sangat takjub dengan keindahan alam di desa Puimang. Ada begitu banyak destinasi wisata yang mengagumkan. Sepanjang perjalanan dari bandara Mali menuju desa Puimang, Ia disuguhi dengan pemandangan laut di sisi jalan dan sejumlah besar pohon kenari di sisi yang lainnya. Banyaknya pohon kenari membuat kabupaten Alor dikenal juga dengan nama pulau kenari. Bahkan semesta menyambutnya juga dengan sukacita. Sebab Rudolf, ayah dan ibu dilindungi oleh para leluhur dengan cuaca yang baik selama penerbangan. Jika semesta tidak menyambutmu, pastikan saja cuaca selama penerbangan akan buruk sehingga pesawat bisa kembali pulang dengan terpaksa ke bandara El-Tari di Kupang atau bahkan orang yang hendak ke desa Puimang dengan menggunakan mobil akan mengalami ban yang kempes secara mendadak atau mobil yang tiba-tiba macet di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Nyanyian Telimbai
Mystery / ThrillerRudolf menghadiri upacara kematian kakeknya dan menemukan misteri pada nyanyian dalam upacara adat telimbai. Namun misteri itu belum terpecahkan karena ada hutang di masa lalu dari leluhur mereka yang belum juga terlunasi. Akibat dari kesalahan l...