1

1.2K 117 20
                                    

Park Jungsoo terlihat kacau. Sangat kacau. Bagaimana tidak, jika dihadapkan dengan masalah seperti ini? Ada seorang wanita, tepatnya seorang teman wanitanya, mendatangi keluarganya. Masalahnya adalah wanita tersebut mengaku sedang hamil dan lelaki yang harus bertanggung jawab adalah Jungsoo.

Jungsoo jelas mengelak. Dia tidak merasa memiliki hubungan dengan wanita itu. Kenal memang iya. Tapi jika sampai menjurus ke hal hubungan intim, tidak. Dia pun dengan jelas dan tegas menyangkal. Sayangnya orang tuanya, terutama sang ayah sudah keburu murka. Memang dasarnya ayahnya tidak begitu menyukai Jungsoo. Dulu waktu kecil jadi anak kebanggaaan. Namun begitu beranjak remaja jadi anak memalukan. Bukan sang ayah tidak sayang, hanya sudah menyerah saja dengan Jungsoo.

Jungsoo adalah anak baik. Baik dalam berbuat kenakalan. Suka bolos sekolah, merokok, balapan liar bahkan minuman keras pernah dicicipinya. Begitu ada wanita hamil minta pertanggungan jawab, keluarganya tentu percaya anaknya yang bengal juga masuk ke dalam kategori anak yang bebas berhubungan seks. Mereka menyayangkan anaknya yang nakal itu ternyata bebal juga, mau enak tapi tidak main aman. Si wanita hamil dan sekarang minta pertanggung jawaban.

Tidak mendapat dukungan keluarganya Jungsoo mati kutu. Jalan satunya meminta wanita itu mengaku yang sebenarnya.

"Bicara yang jujur. Siapa yang melakukannya?" Jungsoo hanya ingin bersabar siapa tahu wanita itu mau mengaku. Bertanya baik-baik. Begitu pikirnya.

"Kau."

"Astaga!" Jungsoo kesal dan merasa buntu. Dia bangkit, mengusap wajahnya kasar. "Kapan aku menidurimu, Ha Eun?? Kapaaaan??! Kenapa kau setega ini padaku?"

Kim Ha Eun menatap Jungsoo tanpa takut. "Lalu aku harus bagaimana? Kau ingin aku bagaimana?!"

Jungsoo buru-buru duduk lagi. Menenangkan Ha Eun yang mulai histeris. "Kekasihmu. Siapa itu? Orang Cina itu, yang pernah kau kenalkan padaku. Dia, benar?"

Bukannya jawaban, Jungsoo malah mendapat pukulan bertubi di tubuhnya, yang kerasnya tidak main-main. Jungsoo berteriak kesakitan. Mencoba menghindar, berdiri dan menjauh dua langkah. Ha Eun tidak mengejarnya. Tetap duduk seraya mengatur nafasnya yang memburu. Wajahnya sedikit pucat. Jungsoo jadi cemas. Bagaimanapun Ha Eun itu temannya, yang sedang dalam masalah sekarang. "Kau baik-baik saja?"

Ha Eun menunduk. Memeluk perutnya yang masih rata. "Aku takut aborsi. Eomma sudah tahu, dia mengusirku dari rumah."

"Mana mungkin ahjumma Kim mengusirmu." Jungsoo tidak percaya. Ha Eun putri kesayangan nyonya Kim.

Ha Eun menatap sengit Jung Soo. "Kau pikir dia tidak bisa jadi ibu jahat?"

"Ibu murka mungkin iya. Murka karena putri kesayangannya berbuat begini." Jungsoo bicara tanpa berfikir. Hasilnya Ha Eun berdiri tiba-tiba.

"Baik! Aku akan aborsi. Aku akan mencuri uang eomma dan pergi ke klinik gelap. Aborsi di sana. Kau tahu? Mungkin aku juga akan mati disana. Tapi sebelum itu aku akan menyiapkan surat wasiat. Akan kuperjelas disana bahwa KAU yang bertanggung jawab atas segala yang terjadi padaku! Setelah itu, bahkan setelah aku mati aku akan menghantuimu sampai kau tidak tenang untuk hidup!"

Ucapan Ha Eun benar-benar membuat Jungsoo pucat. Buru-buru dia mengejar Ha Eun yang sudah melangkah. Menahan lengan wanita itu. "Jangan seperti itu." mohonnya.

"Lalu harus bagaimana?! Kau ayahnya tapi tidak mau bertanggung jawab. Kau tidak menginginkannya, aku harus bagaimana lagi?! Aku akan ikut mati dengannya, menanggung semua dosa. Kau tidak perlu peduli! Tutup saja matamu!"

Ha Eun keras kepala. Jungsoo sangat tahu. Jelas-jelas bukan dia yang menghamili, tapi ucapannya tetap saja seperti itu. Memposisikan Jungsoo sebagai tersangka utama. Kalau Ha Eun aborsi, ikutan mati, dia juga yang kena masalah. Belum lagi dihantui rasa bersalah. Begitu-begitu Ha Eun teman baiknya. Tapi masa iya dia jadi tumbal begini?

Go Home : Road To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang