A Lie

10.1K 237 49
                                    

A/n: oneshoot ini dibuat setahun yg lalu, dan gue repost disini. Sekalipun story ini selesai dalam satu kali baca, tapi please jangan jadi siders. Leave your comment and vote. Try to appreciate author.

Happy reading.

Justin Bieber's POV

I fall asleep by the telephone

It's two o'clock and i'm waiting up alone

Tell me where have you been?

I found a note with another name

Menunggu. Bukan hal yang kusukai. Bukan pula kebiasaan bagi seorang Justin Bieber. Tapi kenapa aku tetap membiarkan diriku menunggu? Kenapa aku tidak bisa mengambil keputusan bahwa malam ini dia tak disini? Kenapa harapan bahwa dia akan segera kembali tak pernah memudar sedikit pun? Aku bahkan sudah sampai tertidur karena menunggunya, dan kini terbangun. Pukul dua pagi. Aku meliriknya, jam yang digantungnya di dinding pemisah ruang tamu dan ruang santai.

Tak bisa dipercaya bahwa dia sama sekali tidak pulang untuk malam ini. Atau, tidakkah dia bisa meneleponku untuk memberi kabar? Tidak tahukah dia bahwa aku sudah bertindak seperti orang bodoh, menghabiskan waktuku tanpa apa-apa? Tidak tahukah dia bahwa aku sudah menunggu begitu lama? Tapi nyatanya, aku bahkan tidak bisa untuk marah padanya dengan semua kekesalanku menunggunya. Oh dear, where are you? Where have you been?

Aku lelah menunggu, dan kantukku sudah hilang entah kemana. Kubangkitkan diriku, dan kembali berposisi duduk, bersandar pada sofanya. Skylar, ini sudah pagi buta! Mencoba berpikir dimana dirinya berada, sedang apa, bersama siapa, nyaris membuatku gila karena berpikir yang tidak-tidak. Oh, Tuhan. Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Bosan, dan tak tahu harus bagaimana lagi, kupikir sebaiknya aku pulang. Percuma menunggunya. Bahkan satu panggilan pun tak ada. Aku bangkit, hendak mencuci mukaku terlebih dahulu sebelum mengendarai mobilku pulang.

Dapurnya rapi. Itu berarti dia memang pergi sesuai rencana. Tapi, dengan siapa? Kenapa sampai tak pulang? Aku tak bisa membuang sedikitpun rasa penasaranku. Beranjak menuju tempat cuci piring, aku membuka krannya, lalu membasuh wajahku. Ini lebih baik dibanding sebelumnya. Kupikir tidak ada lagi yang bisa kulakukan disini. Mengulur waktu pun percuma.

Tyler? Namanya muncul dalam note yang tertempel di pintu kulkasnya. Tertulis dengan jelas disana. Dinner with Tyler at 7pm tonight. Oh? Inikah yang sedari tadi kutunggu? Mendapati kenyataan bahwa gadisku pergi makan malam dengan lelaki lain dan tak kunjung kembali?

Oh, kau bisa menerima fakta itu, Justin. Come on, mate. Aku hanya bisa tersenyum kosong memandangi note itu. Kembali kutempel seperti sedia kala, kutinggalkan rumahnya secepat yang aku bisa. Rasa sesak dan terluka langsung kurasakan meresap di dalam sini. Seolah setiap detik yang terjadi selepas aku membaca note tadi seperti pisau yang menyayatku. Perih. Otakku melayang jauh, memberikanku pikiran bagaimana Skylar terlihat begitu cantik dengan gaun malamnya, pergi ke restauran mewah, duduk di depan seorang Tyler yang tak kuketahui siapa. Mereka lalu saling berpegangan tangan, minum wine, makan malam dengan romantis, lalu berciuman. Oh, stop Justin! Kau bisa menahan sakitmu. Kau bisa.

***

You blow a kiss but it's just don't feel the same.

Cause i can feel that you're gone.

A Lie [Justin Bieber Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang