THE BEST JOKE EVER

16 3 0
                                    

Aku duduk mematung menatap seseorang pria berkulit pucat dengan surai berwarna hitam yang sedari tadi asyik bermain ponsel di hadapanku. Sesekali seulas senyum mengembang di wajahnya seiring ibu jarinya yang terus meng-scroll down layar datar berukuran 5 inchi yang sedang dipegangnya. Aku mengubah posisiku, membaringkan tubuhku dengan posisi tengkurap, kemudian menyilangkan tanganku di bawah dagu guna menopang kepalaku.

“Berhentilah menatapku! Ketampananku takkan luntur meski kau menghabiskan waktumu untuk menatapk, Hana.”

“Hmmmmm, jadi ternyata aku benar. Aku bukan cinta pertamamu.” bisikku setengah meledek.

“Ya! Kau akan terus membahasnya?”

“Kalau iya kenapa? Keberatan?”

“Ya! Kenapa kau begitu mengurusi kehidupan cintaku yang sudah lama berlalu?

“Bukankah kau yang memulainya?”

“Aku?” Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Kurasa benar, kau masih sering memikirkannya. Buktinya kau masih menuliskan surat pada cinta pertamamu itu lewat twitter. Bukankah itu agak keterlaluan, Min Yoongi?” kataku

“Ya! Kau ini kenapa? Aku hanya mengucapkan terimakasih dan meminta maaf padanya. Kau cemburu ya?” dia balas meledekku

Aku tak menjawabnya, melainkan memainkan tanganku menyusuri setiap inchi wajahnya yang kini menjadi candu bagiku. Aku menyentuh matanya, turun ke hidung, lalu berhenti tepat di bibirnya.

“Dia pasti sudah mencicipinya.” kataku masih dengan jari yang menempel pada bibirnya lengkap dengan smirk mengejekku

“Ya!”

“Lagipula, siapa yang tak tau itu? Kau kan Min Yoongi. Kau pasti sudah melakukannya.”

“Kalau sudah kenapa? Kau iri padanya? Mau mencicipinya juga?” katanya sambil mendekatkan wajahnya padaku, aku bisa merasakan deru nafas hangatnya yang meniup lembut beberapa helai rambutku. Disisakannya jarak 5cm, memberi ruang padaku untuk bernafas. Dia bergerak maju, mendekati wajahku, hendak memangkas habis jarak antara kami. Namun aku mencegahnya dengan menahan bibirnya menggunakan kombinasi jari tengah dan telunjukku.

“Kenapa? Bukankah kau menginginkannya?” Aku tersenyum saat suara berat yang lebih didominasi desisan itu mengudara, memasuki sepasang pendengaranku.

Aku masih memainkan telunjukku menyusuri bibir tipisnya. Kemudian aku membalasnya celotehnya, berniat menggodanya seperti dia menggodaku dengan suara desisnya. “Siapa yang tak menginginkan sentuhan dan lumatan dari bibir tipis yang selalu menghunuskan kata-kata tajam nan dingin ini, Min Yoongi? Tentu aku harus mendapatkannya. Tapi tidak sekarang” kataku sambil bangkit, kemudian meraih kasar ransel sekolahku yang berisi buku-buku setebal kitab sakral. Aku berjalan menuju pintu, sampai tangan pucat Yoongi menghentikan langkahku.

“Kenapa? Kau takut?”

“Kenapa aku harus takut?”

“Kau tak menginginkannya?”

“Bukan aku tak menginginkannya Yoongi, aku harus pulang sekarang sebelum ibuku mengoceh di telepon” kataku sambil tersenyum kemudian berjalan meninggalkannya yang masih menatapku bisu, mungkin sedang mencerna kata-kataku.

“Ya! Shin Hana! Kau hanya menggodaku? Arghh!”

Aku tertawa puas mendengarnya mengerang kesal karena perbuatanku, membayangkan wajahnya yang kini pasti merah menahan marah membuatku gila. Pacarku ini memang sangat tampan saat mengerang frustasi seperti itu. Aku menggeleng-gelengkan kepala disela tawaku. Oh Tuhan, itu benar-benar lelucon terbaik yang pernah ada.

Fin~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KARL'S CornerWhere stories live. Discover now