Yang Tidak Diharapkan

29 4 0
                                    

Depok, 2016 Kegiatan sebagai mahasiswa baru di suatu perguruan tinggi negeri membuat aku menjadi lebih sibuk dari biasanya. Di lingkungan baru, aku menemukan teman baru, yaitu Adistia Maureenia dan Sekar Yanisya. Mereka berdua memiliki karakter yang berbeda, yang disebabkan oleh tempat tinggal dan juga didikan orang tua yang berbeda pula (hehe benar atau benar?).

Adistia Maureenia, atau yang biasa dipanggil Adis, adalah seorang wanita yang cenderung cuek dengan penampilannya, malas mengerjakan tugas dan selalu deadline dalam mengerjakan tugas, namun dia sangat bijak dan pendengar yang baik. Sedangkan Sekar Yanisya yang biasa dipanggil Sekar, dia merupakan perempuan dari kampung yang sangat feminim, dan rajin, berbeda dengan Adis.

Selama kurang lebih 3 bulan ini, setiap harinya aku disibukkan dengan berbagai macam tugas kuliah dan tidak ketinggalan acara kampus. Masa kuliah adalah masa yang cukup berat jika dibandingkan dengan SMA. Benar kata orang, SMA adalah masa-masa yang paling indah.

Hari demi hari aku lalui, namun ada yang berbeda. Aku merasa ada beberapa kebiasaan yang hilang. Benar, aku kehilangan sosok yang selalu menemaniku setiap harinya, dia adalah teman spesial ku. Terkadang otak ini memaksa untuk menghubunginya, namun hati selalu berkata "Jangan, barangkali dia sedang sibuk dengan urusannya, maka dari itu dia tidak menghubungi mu." Pikir ku setiap harinya.

Telah 3 bulan lamanya aku tidak berhubungan sedikit pun dengan nya, bahkan ia tidak pernah muncul di sosial media, aku semakin bertanya-tanya kemanakah dia? Apakah acara di kampusnya sesibuk itu sehingga dia tidak bisa menggunakan gawainya?. Karena sering memirkan hal itu, ditambah dengan beban tugas yang banyak menghasilkan ekspresi wajah ku yang tidak enak dipandang oleh mata.

Siang hari yang terik di pinggir taman lingkar, di daerah Depok, Adis menghampiriku dan bertanya seraya mengejek "ada apa ini? Kenapa anak ini mukanya murung banget setiap hari?" kemudian aku menjawabnya "Tidak ada masalah apa-apa" dengan nada dan ekspresi yang datar, namun Adis terus memaksaku untuk bercerita. Akhirnya aku mulai menceritakan pada Adis apa masalah yang aku hadapi.

"Dis, gue sedih banget. Gue punya temen deket, udah deket dari lama banget dari kita SD. Terus kita dipertemukan lagi pas lulus SMP dan kita deket selama SMA. Tapi sekarang dia ngilang gitu aja"

"Ngilang gimana maksud lo?" Tanya Adis, sambil kebingungan.

"Ya ngilang, jadi gapernah hubungin gue lagi. Kayaknya dia sibuk banget, atau dia udah ada cewe baru kali ya?"

"Heeh, jangan begitu. Bisa jadi dia memang lagi sibuk. Lagipula kalau pun dia punya cewe baru, ga semudah itu juga buat lupain lo kali, kan kalian udah deket lama banget" Dengan nada menenangkan.

Kemudian aku terdiam beberapa saat. Lalu Adis memecah keheningan tersebut, "Ayo udah, kita makan aja di kantin yuk, laper. Pasti butuh energi kan abis galau?"

Mendengar perkataan Adis tadi, membuat diriku cukup tenang. Akhirnya aku dan Adis memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan tersebut dan bergegas pergi ke kantin untuk mencari makan.

Sesampainya kami di kantin, aku bertemu beberapa teman seangkatan ku, panggil saja Mario dan Sekar. Mereka berdua menghampiri ku dan Adis, lalu mereka berniat untuk join dengan kami karena mereka kehabisan tempat duduk. Ya, memang saat istirahat jam makan siang seperti ini kantin akan sangat padat sehingga susah untuk mencari tempat duduk.

"Eh boleh kan gue gabung bareng disini?" Tanya Sekar.

"Ya boleh lah, sini sini duduk" Jawab Adis sembari menggeser posisi duduknya.

Akhirnya kami makan bersama sambil ngobrol masalah kampus. Saat kami sedang ngobrol, aku merasa ada yang memandangi ku, hal itu sangat terasa dan jelas. Awalnya aku tidak mau mengambil pusing, namun karena aku tidak nyaman dengan hal itu, aku memutuskan untuk memandangi balik dengan tatapan sinis. Namun dia membalas dengan senyuman. Pikirku dalam hati "Apaansih caper banget ni orang." Kemudian kami berdua terdiam sedangkan Adis dan Sekar terus berbicara seraya makan bersama.

Salah kah aku memilih dia?Where stories live. Discover now