-Selamat Membaca-
Seorang lelaki tampak duduk dengan gusar di kursi sebuah cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung. Dia beberapa kali membetulkan letak duduknya sambil memandang apapun yang ada disekitarnya. Wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. Tapi sorot matanya tampak menyiratkan kegelisahan. Tangannya berkali-kali berubah posisi, dari menopang dagu, menyilang didada, tertumpu dimeja dan kadang memijit dahi.
Jeon Wonwoo nama lelaki itu. Saat ini sungguh pikirannya sedang kacau. Tubuhnya berkali-kali memberi reaksi seolah menggambarkan pikiran dan hatinya yang saat ini tak sejalan.
Ada sesuatu hal yang harus dia hadapinya satu jam kedepan. Sesuatu yang satu bulan ini menjadi beban terberat dalam hatinya.Wonwoo tak pernah benar-benar bisa siap untuk menghadapi ini. Dia tak sanggup jika harus menyakiti seseorang. Terlebih orang itu adalah seseorang yang sangat dicintainya. Tapi Wonwoo tak bisa berkutik dengan keadaanya saat ini.
Dia harus dengan terpaksa menyakiti dan melepaskan.Beberapa kali Wonwoo tampak melirik jam tangannya. Masih sekitar 25 menit lagi tersisa dari waktunya janjian dengan seseorang itu. Dan disetiap waktu yang tersisa Wonwoo memanfaatkannya untuk menyiapkan hatinya yang sejak tadi sebenarnya berdenyut nyeri. Dia sengaja datang satu jam lebih awal untuk menyiapkan diri.
Wonwoo menatap seorang pelayan yang tanpa sengaja lewat didepannya. Tangannya terangkat tanda dia memanggilnya.
"Tiramitsu Latte." Ucapnya yang dibalas anggukan oleh pelayan itu.
Tak lama setelah itu, pesanannya datang dan bertepatan dengan seorang pelanggan baru masuk kedalam cafe itu. Reflek Wonwoo menoleh kearah pintu. Dia langsung mengenali siapa pelanggan baru itu. Seseorang yang sejak tadi di tunggunya. Kim Rin.
"Wonwoo-yaa." Panggilnya sembari melambaikan tangan. Wajahnya ceria dengan pipi merona dan bibir yang tersenyum manis. Membuat hati Wonwoo semakin berdenyut nyeri.
"Apa kau sudah lama menunggu? Kupikir aku yang akan lebih dulu sampai karena kau tak membalas pesanku." Ucap dengan wajah bingung.
"Tidak, aku baru sampai. Maaf aku tidak memeriksa ponsel." Jawab Wonwoo dingin. Beruntung baginya karena dia dianugerahi wajah dingin yang bisa menyembunyikan perasaanya saat ini.
"Baiklah, lalu kenapa kau ingin bertemu disini? Biasanya kau selalu memilih ruang bacamu untuk bertemu denganku." Lagi-lagi gadis itu berbicara dengan wajah khasnya yang selalu ceria. Yang tak pernah mempermasalahkan sikap dan wajah dingin seorang Jeon Wonwoo. Tak pernah sekalipun dia protes jika Wonwoo bersikap dingin atau acuh tak acuh.
"Ada yang harus kubicarakan padamu." Jawab Wonwoo singkat.
"Oh begitu. Tentang apa?"
"Aku ingin putus."
Wonwoo memandang gadis dihadapannya dengan perasaan benar-benar kacau. Dia berusaha untuk tetap dingin dan biasa saja. Dia tidak ingin segala perasaanya yang sejak tadi dia tahan terlihat oleh Rin. Dia benar-benar harus kuat dan tidak runtuh.
Reaksi pertama dari Rin jelas saja dia terkejut. Karena ucapan tiba-tiba Wonwoo. Berkali- kali dia mengerjap dan seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tapi, Wonwoo berusaha menunjukan keseriusan dari ucapannya.
"Aku tidak mencintaimu lagi." Ucap Wonwoo lagi. Dia harus menyakiti Rin. Dia harus melukai hati gadis ini. Dia harus membuat Rin membencinya. Dia tidak mau Rin mengingatnya lagi. Karena setelah ini tak ada harapan lagi untuk bisa kembali bersama Rin.
Wonwoo tau Rin akan sangat sedih dan kecewa. Dia tau melebihi siapapun. Dia juga sama. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Hidup begitu tidak adil padanya. Dia harus menanggung beban demi keluarganya.
Wonwoo adalah penerus perusahaan kosmetik milik keluarganya. Dia adalah seorang CEO. Lebih tepatnya calon CEO. Dan keluarganya memiliki peraturan untuk setiap calon penerus harus menikah sebelum mewarisi perusahannya. Sialnya Wonwoo tak pernah bisa membuat Rin diterima oleh keluarganya.Keluarganya selalu menolak saat dirinya berusaha mengenalkan Rin. Hingga satu bulan yang lalu tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa sudah ada calon yang dipilihkan untuknya. Han Seunghee, anak salah satu petinggi negara. Dan salah satu model terkenal di perusahaan Wonwoo.
Pilihannya hanya menikahi Seunghee dan menjadi pewaris, atau tetap bersama Rin namun akan membuat dirinya dan Rin dalam bahaya. Karena keluarganya tak akan memberi toleransi jika ada sesuatu yang mengganggu keluarga mereka. Termasuk Rin.
Wonwoo diam-diam menghelai nafas, sesak sekali hatinya. Apa lagi melihat Rin yang sangat kecewa dan terlihat begitu terluka. Rin bahkan sudah meninggikan suaranya. Dan Wonwoo tetap berusaha membuat sikapnya sedingin mungkin. Sekali lagi dia bersyukur karena tercipta dengan wajah dingin.
"Baik. Kita putus. Selamat tinggal."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Rin berlari keluar dari cafe. Wonwoo hanya menatap kepergian Rin dengan tatapan dingin. Tidak ada lagi kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.
Jahat. Itulah yang Rin akan pikirkan setelah ini. Wonwoo memejakkan matanya saat Rin benar-benar sudah menghilang. Terbayang dalam benak Wonwoo bagaimana kesedihan dan luka yang terlukis di wajah Rin tadi. Semakin dia memajmkan mata, semakin terbayang dan hatinya terasa semakin mencekik dadanya. Wonwoo mengepalkan tangannya kuat.
Setelah ini, setelah luka yang Wonwoo berikan pada Rin. Dia berharap Rin bisa segera mengobatinya, melanjutkan hidup dengan baik, dan tidak lagi mengingatnya. Jangan pernah mengingat Wonwoo si brengsek yang tak bisa mempertahankan cintanya. Rin pasti akan mendapatkan seorang lelaki yang lebih baik. Dan bukan Wonwoo.
Setelah cukup lama terdiam, Wonwoo merogoh ponselnya. Dia melihat notifikasi di layar ponselnya. Sebuah pesan dari Rin. Dia mengetuk pesan itu dan terbukalah ruang obrolanya dengan Rin.
Dia memantapkan hatinya sebelum untuk yang terakhir kali benar-benar harus melepaskan Rin. Dia harus sangat menyakiti Rin. Kemudian dia mengirim sebuah dokumen. Dan saat Rin membuka ini, selesai lah semuanya.Selamat tinggal Kim Rin. Terimakasih untuk segalanya. Wonwoo kembali memejamkan matanya sesaat sebelum dia beranjak.
Lalu langkahnya berayun meninggalkan cafe dan segalanya. Termasuk hati dan cintanya.(Maafkan aku Rin)
......
KAMU SEDANG MEMBACA
H U R T
Short StoryAku mencintaimu, sangat mencintaimu, bisakah kita bersama? kata-kata itu tidak lagi berlaku.