Prolog

63 25 8
                                    

Hollaaaa, author kembali dengan cerita yang baru juga. Moga para readers suka dan tertarik dengan cerita gaje dari author.

Tapi sebelumnya, author ingetin buat pasang setting layar warna hitam, ya, biar feel-nya dapet gitu. Oke cuss langsung baca aja ceritanya.

*****


Tap tap tap





Terdengar suara langkah kaki menggema di koridor sebuah rumah berlantai kayu tanpa alas karpet.





Membosankan







"Alice! Cepat kemasi barang-barangmu! Kita tidak punya banyak waktu untuk tetap di sini, " teriak wanita paruh baya yang berpenampilan klasik dengan rambut digelung rapi ke atas dari ruang tamu. Ia sedang menunggu putrinya berkemas karena sebentar lagi mereka akan pergi meninggalkan kota ini, rumah ini, dan semua kenangan indah yang pernah terjadi.

Meninggalkan masa lalu terkadang menjadi cara yang ampuh agar tidak selalu terpuruk pada keadaan.

"Iya, sebentar lagi aku akan turun, " jawab putrinya dari lantai dua. Ia masih tidak percaya semua ini akan terjadi. Semua kejadian yang ia anggap hanya mimpi atau halusinasi, terjadi begitu nyata di hadapannya. Tidak, bukan dihadapannya, melainkan dipikirannya.

Semua ingatan itu berkelebat liar di otaknya.







Tatapan itu.









Bayangan itu.









Aura yang menakutkan itu selalu berada bersamanya, memeluknya seperti pelukan seorang ibu pada anaknya saat menceritakan dongeng sebelum tidur. Tidak, ia bukan anak kecil lagi, ia sudah cukup menyaksikan semuanya, ia sudah dewasa walau bukan dari segi umur.

.

.

.

Ia hanya seorang gadis berumur 16 tahun, rambutnya panjang berwarna hitam tergerai dengan mata berwarna Ruby. Ia memakai kardigan panjang berwarna peach dipadukan dengan rok putih pendek. Perpaduan itu membuatnya terlihat seperti gadis remaja pada umumnya. Padahal sebaliknya, ia gadis dengan takdir mengerikan yang tak akan pernah kau bayangkan. Bahkan kau mungkin akan menganggapnya sebagai kutukan.

.

.

.

Kakinya mencoba melangkah menjauhi ruangan itu, tapi entah apa yang ada dipikirannya, ia tetap melangkahkan kakinya menuju ke sana. Ke tempat di mana semua kejadian itu bermula. Tempat kematian Ayahnya.








Krieett









Ruangan yang didatanginya masih tampak sama seperti saat kejadian itu terjadi.

Ingatan tentang kenangan musim dingin yang pernah ia habiskan bersama keluarganya kembali bersemayam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Look At Me Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang