Orang-orang yang mengunjungi pameran lukisan hasil karya-karyaku selalu melemparkan pertanyaan yang sama kepadaku.Mereka selalu menanyakan kenapa dalam setiap lukisan yang aku pamerkan selalu terdapat satu atau pun dua lukisan yang melukisakan punggung seseorang.Aku selalu melukiskan seseorang dari belakang yang hanya menampakkan punggungnya,dan tidak ada yang menampakkan wajahnya.Memang,itu semua disengaja oleh aku selaku pelukisnya.Umumnya,objek lukisanku adalah seorang gadis.Namun kalau sudah bosan dengan seorang gadis,akan ku gantikan objeknya dengan seorang Ibu,namun kadang aku mengantikannya dengan seorang kakek tua.Untuk membuat orang-orang yang mengamati lukisanku mengerti akan objek yang aku lukiskan,apa ia seorang Ibu tua,Kakek tua,ataupun seorang gadis belia yang cantik,aku akan melukiskan seorang gadis belia dengan rambutnya yang indah,bentuk badannya yang ramping,lekukan tubuhnya,jadi orang-orang akan tahu ia seorang gadis yang cantik.Seorang ibu tua akan aku lukiskan dengan bentuk badannya yang agak berisi atau pun lebih kerempeng ditambah dengan rambutnya yang lebih urakan,begitu juga denganseorang kakek tua.Seorang gadis belia duduk sendiri di tepi dermaga di kala sunset mulai turun pelahan,ada kapal-kapal nelayan yang berlayar,ada lambaian pohon-pohon kelapa yang ditiup angin.Namun kadang juga aku lukiskan keadaan itu dalam keadaan malam,dimana akan aku tampilkan dengan bulan purnama,cahayanya yang remang-remang dibiaskan bersama gelombang air laut yang bergerak sudah menjadi ciri khas dalam lukisanku .
Orang-orang bertanya kepadaku apa arti dari lukisan itu.Akan aku suruh dia berdiri dengan tenang.Kendorkan otot-ototnya,fokuskan pandangan ke lukisanku,gunakan imajinasi untuk berpikir.Namun karena banyak orang-orang yang bodoh yang tidak tahu tentang seni,terpaksa aku buka suara,terpaksa aku menjawab kenapa aku selalu melukis punggung seseorang,dan ku jawab dengan perkataan yang agak tegas.”tidakkah kalian merasa bahwa memandang seseorang dari belakang lebih indah dari pada memandang dari depan”dan aku melanjutkan”tidakkah kalian merasa bahwa lukisan punggung itu sengaja dilukis untuk membuat kalian penasaran?”.
“Penasaran apa?”,ada seseorang yang bertanya.
Aku diam sejenak,”penasaran akan sesuatu dalam dirinya,diri dari seseorang yang ada dalam lukisan itu,penasaran akan perasaan seseorang itu,apakah ia sedih,apakah ia sedang risau,apakah ia sedang bahagia.kita hanya bisa menebaknya,namun tidak bisa memastikan.Bukankah itu indah..!membiarkan sebuah pertanyaan tanpa jawaban,karena itu hanya sebuah lukisan,sesuatu yang tidak begerak,dan terbentuk dari coretan kanvas..”.
Semua menjadi diam,ada yang mengangguk kepala tanda mengerti,ada yang mengenjutkan dahi tanda binggung,namun itulah seni dan tetap aku tidak peduli,apakah mereka mengerti atau tidak.Aku hanya Ingin menumpahkan semua perasaan aku dalam kanvas.Tidak ada yang berani mangatakan bahwa aku egois.Bukankah dalam seni,aku bebas mengungkapkan apa saja,walaupun kadang tahu bahwa sesuatu itu tidak layak aku ungkapkan,namun aku tidak mau menyimpannya dalam hati,karena hatiku akan terasa sakit,kadang imajinasiku membawa aku ke ambang kegilaan,namun ku akui,kegilaan itu kadang aku nikmati.
Tapi,kenapa hanya suka melukis punggung-punggung manusia,kenapa tidak dengan dada mereka yang selalu mewakili sensualitas kewanitaan,aku akan menjawab hanya karena aku mau mencari misteri dibalik punggung-punggung itu.Mungkin juga karena aku seorang pelukis yang penuh dengan misteri.
Kembali aku lukiskan seorang wanita muda duduk seorang diri dibangku taman kota.Langit sengaja aku lukiskan agak mendung dengan warna yang agak abu-abu disertai hitam mengumpal.Pohon-pohon aku lukiskan daunnya mulai berjatuhan,hanya meninggalkan ranting-ranting,daun-daunnya kulukiskan dengan warna merah,bertanda musim gugur sedang berlangsung.Ditaman itu,selain pohon,terdapat beberapa tanaman hias.Depannya terdapat sebuah lapangan yang luas,beberapa pohon menjulang tinggi tanpa daun hanya menyisakan ranting ,tidak ada orang-orang yang kelihatan selain hanya gadis itu seorang diri.Duduk tenang,punggungnya ku lukiskan dengan indah,rambutnya lurus panjang,dengan sehelai selendang bulu dibalut dilehernya dan dengan sepotong mantel tebal yang dikenakan dibadannya.Apa yang membuat wanita itu duduk diam melawan cuaca yang begitu dingin dan seorang diri di taman itu.Dia menunggu kekasihnya,seorang pria yang hidup didalam memorinya,tapi tidak hidup lagi dalam realita.Seorang pria yang telah mengisi hatinya selama bertahun-tahun,seorang pria yang telah membuat dia jatuh dalam kekuatan cinta,yang telah membuat dia dari tertawa sekarang menjadi diam membisu,yang telah membawa dia ke tepi batas kewarasan,seorang pria yang telah membuat hidupnya bahagia sebelum pria itu tiba tiba lenyap meninggalkannya.Kenapa pria itu tiba-tiba meninggalkannya?Bukankah pria itu juga sangat mencintainya,bukankah pria itu yang selalu setia menunggu dia di taman itu,bukankah pria itu yang selalu mengirim sebuah lukisan setiap dia ulang tahun,lukisan-lukisan yang terpajang begitu indahnya.Lukisan-lukisan punggung seorang wanita yang sangat indah telah dilukiskan pria itu dan selalu dijadikan kado ulang tahun untuk wanita tercintanya.Apakah pria itu menemukan wanita lain dan meninggalkanya?Pria itu telah bersumpah bahwa akan sehidup semati dibawah pohon taman itu,dimana benda bukti sumpah itu dinyatakan dalam sepasang cincin pertunangan yang masih melingkar di jarinya sampai sekarang.Pria yang dia kenal bukanlah pria kemarin sore,tapi pria yang telah menjadi teman mainnya sejak kecil.Sejak masih bermain petak umpat,layangan sampai pria yang selalu menjadi tempat dia curhat segala permasalahan sebelum dia benar-benar jatuh hati ke pria itu,sebelum dia menjadi gila,sebelum dia menjadi begitu dingin,menjadi begitu sinis bila memandang orang.
Dia,dulu dikenal sebagai seorang wanita yang selalu tersenyum manis bila memandang orang,yang selalu menabur kasih kepada anak-anak jalanan sampai dia berani meminta sebagian kekayaan dari ayahnya untuk mendirikan satu yayasan untuk anak-anak jalanan.Tapi,kini kemana sudah senyumannya,kemana sudah kasihnya,bahkan yayasan itu sudah lama dia tidak mengurusnya,dananya juga sudah hampir kering.Anak-anak jalanan yang sudah dia bina akan menangis,berteriak karena kelaparan,karena kehilangan belaian kasih dan akan bergelandangan kembali ke jalan-jalan.Setiap hari dia hanya duduk di taman itu,biar musim berganti dari panas menjadi dingin,biar salju kadang turun menutupi jalan-jalan,biar cuaca dingin akan membekukan seluruh tubuhnya,tidak akan membuat dia meninggalkan taman itu.Banyak ahli jiwa telah didatangkan oleh ayahnya untuk mengobatinya,tapi semua diakhiri dengan sebuah penyerahan.Setiap pertanyaan yang diajukan oleh psikiater dapat dia jawab dengan benar.
Dia berteriak”saya tidak gila,kalian menganggap saya gila,namun saya tidak gila.”.
Namun,kenapa dia begini,hidup dalam sebuah kehidupan yang tak terjangkau,hidup dalam dunia dia sendiri,dunia yang sangat sepi,dunia yang tidak ada unsur kehidupan,selain hanya seberkas luka dalam dirinya.Sampai-sampai keluarganya akan mengirimnya ke rumah sakit jiwa untuk sebuah isolasi diri dan juga sebuah bentuk dari pengobatan.Namun,dimalam saat esok harinya dia akan dibawa,dia melarikan diri.Hanya berpakaian sebuah piyama dia melarikan diri keluar.Salju di langit turun pelahan-lahan,suatu keadaan cuaca yang membuat kebanyakan orang akan mati kedinginan,tapi tidak dengan dirinya.Selama ini dia begitu bersahabat dengan salju,bersahabat dengan hembusan angin dingin,bersahabat dengan panasnya sinar matahari.Berbulan-bulan,keluarganya kehilangan berita tentang dia.Semua teman-temannya telah dihubungi untuk mencari keberadaannya,semua kabar telah dimuat info berita tentang orang hilang,semua stasiun radio telah diudarakan.Wartawan-wartawan infotaiment ramai-ramai memuat beritanya.Bagaimanapun,dia putri seorang pemilik perusahaan yang rutin masuk majalah Forbes .
Berbulan-bulan telah berlalu,dari musim dingin dimana musim saat dia melarikan diri,dimana dia hilang tanpa jejak.Kembali musim dingin datang menurunkan salju-salju,tanda setahun telah berlalu.Keluarga sudah mulai melupakan tentang dia,walaupun secara pelahan-lahan,media-media tidak lagi memuat beritanya,seakan-akan dia telah lenyap dari bumi ini.Yayasan yang dia dirikan telah diambil alih oleh sebuah perusahaan yang bersedia meneruskan operasionalnya.Salju-salju dibulan desember turun tanpa henti,jadwal penerbangan banyak yang tertunda.jalanan tampak lenggang,banyak orang lebih memilih bersembunyi dalam rumah atau pun di kantor-kantor.Di sudut taman itu,taman yang selalu menjadi tempat persinggahan dia,tidak banyak yang berubah,hanya kini pohonnya telah membesar,ranting-rantingnya menyebar lebih luas,di halaman yang luas di depan taman itu diubah menjadi sebuah lintasan atletik dan dipagari oleh kawat-kawat pembatas.Kembali seorang wanita duduk di taman itu,dengan rambutnya yang lurus terbelai dan ditutupi sebuah mantel tebal duduk diam di bangku itu.Wanita yang hanya terlihat dari belakang menampilkan punggungnya yang indah duduk dengan diam.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah panggilan dan aku menoleh ke belakang,ternyata teman seprofesiku.Dia datang membawa kabar bahwa salah satu lukisanku terjual dengan harga yang fantastis disebuah balai perlelangan.Dia memandang sebuah lukisan yang baru selesai aku lukis dan kembali menoleh kepadaku.
“lukisan baru ya”,tanyanya sambil terus memperhatikan lukisanku itu
“iya,baru selesai aku kerjakan,hati-hati belum kering soalnya”.aku menimpalinya
“kamu akan beri nama apa untuk lukisanmu ini,bro?”.tanya teman aku yang masih terdiam bisu menatap sambil berjalan pergi aku membalas”Cerita seorang pelukis….”.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of a Painter
Short StoryNamanya adalah Ardiyansyah, Lahir di Karangan tinggi, 02 Desember 1999, ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, buah dari pasangan rahmad dan redha wati. anuk adalah panggilan akrabnya, ia terlahir di keluarga yang sangat sederhana, Ayahnya seor...