BbyMgntsm7

3.9K 589 37
                                    

Mari kita lihat bagaimana keadaan Jimin sekarang!

Atau lebih tepatnya, melihat keadaan visualnya namun membayangkan kejadian beberapa waktu yang lalu.

Bisa kalian bayangkan bagaimana malunya seorang Park Jimin? Heol! Dia melamun bahkan mengkhayalkan sesuatu yang sangat-sangat mempermalukan dirinya.

Jika saja Taehyung ada saat itu ataupun tahu akan hal ini, pasti lelaki merangkap sahabatnya tersebut akan membuat wajah Jimin semakin merah. Bukan lagi merah menahan malu tapi merah menahan marah agar tak menonjok wajah lelaki itu.

Kalian bisa menilai bagaimana sifat Park Jimin sejauh ini? Dia adalah tipikal orang yang akan menyalahkan orang lain apabila dirinya tengah disudutkan atau telah terciduk! Contoh kecil, waktu dia tak mendapat pelepasan. Jungkook yang dia salahkan.

Dia memandang wajahnya yang merah padam di depan cermin. Memegangi pipi itu, mencubitnya pelan berharap ketika dia telah memberi cubitan, dia akan segera terbangun dari tidur, tak masalah jika bangunnya harus jatuh di lantai.

Jika bisa memilih, Jimin ingin menenggelamkan dirinya ke dasar laut yang paling dalam. Atau jika tidak bisa, Jungkook saja yang tenggelam!

Masa bodoh dengan pelepasan sialan itu! Dan masa bodoh juga dengan kedua anak kecil itu. Toh mereka berdua bukan anaknya. Jika dipikir-pikir, kedua anak itulah yang menjadi penyebab utama kenapa dia harus terkurung bersama rival terbesarnya. Kalau saja bukan karena pembagian harta dan gudang senjata, Jimin tak akan mau untuk repot-repot mengurus dua anak itu, apalagi harus terjebak satu atap bersama sialan Jeon itu!

Pokoknya satu yang Jimin yakini saat ini. Dia.. sangat membenci si keparat brengsek itu!

Saat matanya tak sengaja menatap pantulan seorang bayi di atas tempat tidur lewat cermin, Jimin menghela nafas berat. Dia lelah. Dia benci semuanya. Dia benci kenapa harus berakhir dengan takdir menyedihkan seperti ini. Dia benci kenyataan bahwa dia dan Jungkook akan memegang peran sebagai orang tua untuk dua anak itu. Dia benci ketika tahu dia tak sebebas dulu. Dia benci saat tahu jika tanggung jawabnya bertambah semakin berat. Dan dia benci mengetahui kenyataan jika dirinya mulai bimbang, terutama hati! Dia tak ingin berakhir dengan memiliki perasaan pada si brengsek itu!

Tunggu! Barusan apa?

Pe-perasaan?

Pera-saan?

PERASAAN!?

Jimin meremat rambutnya dengan kuat, mencoba menghilangkan pikirannya yang mulai melenceng lagi. Dia tak ingin kejadian seperti tadi terulang lagi.

Menghela nafas sebentar, Jimin mencoba menenangkan dirinya. Hari yang menjelang pagi, namun rasa kantuk tak hinggap dalam dirinya. Bayangkan.. Jimin menatap dirinya lewat pantulan cermin dengan tatapan kosong, bahkan dia membayangkan bayangan dirinya di cermin tersebut tengah mengejek dia yang dalam keadaan menyedihkan. Menghukum diri sendiri karena kebimbangan yang melanda.

Fyi. Jimin tak pernah mau mengurus kedua anak itu. Yang selalu berperan adalah Jungkook! Jika lelaki itu ada urusan, maka Yoongi yang akan menggantikannya!

•••••

Jimin mematung di tempat di mana dia berpijak saat ini, merasa ada satu kabel dalam otaknya yang korslet.
Ada sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang letaknya jauh di dalam dirinya, dan tersembunyi di tempat paling kecil yang sulit di jangkau.

Mungkin itu hati kecil Jimin. Jika iya, maka hati kecil itu tengah berbicara pada pemiliknya, mengatakan dan mencoba meyakinkan Jimin jika dia tengah dilanda kebingungan. Hati kecilnya seolah berbisik, meyakinkan dia jika apa yang dia lihat di depan matanya telah berhasil mengacak pikiran dan mungkin sebagian dari isi hatinya.

[ʳᵉᵛⁱˢⁱ] ʙᴀʙʏ ᴍᴀɢɴᴇᴛɪsᴍ (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang