chapter 3

1K 156 4
                                    

note ; gw ingetin lagi yaa untuk huruf miring adalah flasback;menceritakan masa lalu jensoo. sedangkan huruf biasa untuk menceritakan masa sekarang.
Dan harus fokus pada tahun flasback biar gk pada bingung. sekian.

----




Ella bersandar pada pintu toilet sambil memijat dahinya. Sementara visinya sekarang berada tepat dibenda yang ada ditangan kirinya. Terdengar mulutnya beberapa kali mendengus,jantungnya berpacu kencang. Dia tak bisa memilah bagaimana perasaannya sekarang ini ketika mengetahui fakta baru.

Dia hamil.

Benda yang ia amati sejak tadi tak lain adalah ‘test pack’ yang menunjukkan dua garis biru, oh bukan ! dua garis merah.

Dua garis biru itu cerita berbeda btw...kkkk

Tak heran dalam beberapa hari terakhir dia merasa adrenalinnya sering tak terkendali. Cenderung tempramental. Semua itu terbukti ketika dihadapkan sesuatu masalah yang menyebalkan,dia praktis kesal. Meski hal sepele tapi entah kenapa dia akan meledak marah,terlebih jika sudah ditentang. Emosi seakan mendominasinya...yang awalnya ia pikir itu hanya lonjakan hormon akan datangnya menstruasi..tapi ternyata sesuatu yang lebih dari itu. Damn.

Dia masih muda, dia belum siap jadi ibu atau bahkan berkeluarga.

Ella diam-diam mengumpat secara mental. Dia benci jika dihadapkan pada sesuatu yang membuatnya harus memilih. Bukan tentang fakta dia tak bisa menentukan yang terbaik,tapi pilihan tersebut selalu mengharuskan dia menyakiti salah satu. Why? Kenapa kenyataan selalu pahit.

Sekarang pun tak jauh berbeda. Ketika mengetahui kenyataan dirinya sedang mengandung, mau tak mau dia juga dituntut untuk memilih. Tidak seperti dia memiliki banyak pilihan ketika yang ada dibenaknya terus menerus adalah kata aborsi. Bisikan-bisikan itu semakin keras dan kuat,menempatkan dia diruang kosong,gelap dan mencekik. Jika tak ingin mati,maka ia harus keluar dari sana dan bernapas.

Jadi, oksigennya saat ini adalah berselancar diinternet; mencari yang namanya klinik aborsi yang tepat atau pilihan kedua dia akan melakukannya sendiri. Tapi tidak. Dia masih sayang nyawa dan tak ingin bertindak gegabah...jelas tak ingin mati konyol karena itu sangat berbahaya.

Dia merasa harus melakukan ini sebelum siapapun mengetahuinya. Tidak lucas,halmoni,apalagi yezi.

Ella terus seperti itu sampai kantuk mengambil alih dirinya,sehingga dia tertidur dengan keadaan laptop yang masih menyala.

Disisi lain ruangan, yezi bersandar dikepala ranjang dengan raut wajah yang tampak suram. Pikirannya jauh terbang kebelakang,dimana ingatan tentang alamarhum suaminya sedang berputar dikepala. Pria yang telah ia nikahi berpuluh tahun lamanya telah tega berselingkuh darinya. Bermain curang dengan sekretarisnya sendiri.

Zat bening tak terasa menggenang dipelupuk mata yezi,bersiap tumpah kapan saja air selanjutnya hadir.

Wanita paruh baya itu tak paham kenapa ia bahkan menangis. Peristiwa itu sudah lama terjadi tapi entah kenapa terasa baru...luka itu masih mengeluarkan darah segar dengan bau amis yang menyengat. Sakit. Luar biasa sakit.

Sementara di cottage sebelah, jisoo masih memandangi potret jennie dan tenggelam dalam ingatan tentang gadis pujaannya itu. Dia sangat suka menatap gambar gadis yang tersenyum tanpa beban disana. Menghangatkan sekaligus menyakitinya.

—summer 1960—

Diruang tengah terlihat dua orang wanita dan satu orang pria terlibat percakapan serius. Yang mana ketiganya sedang membicarakan bank,kartu kredit dan hal-hal lain yang cukup berat. Maklum saja percakapan orang² yang sudah rumah tangga kebanyakan meliputi hal yang menyangkut uang,harta dan kemewahan.

Snapshot [ Jensoo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang