Hai... Welcome back...
Aku kembali lagi setelah sekian lama menghilang dan meninggalkan fanfic SOHE tanpa ada kepastian. Dan sekarang aku kembali lagi dengan fanfic baru dan meninggalkan SoHe yang gak ada kelanjutannya.... Huhuhu 😅😅 maafkeun ya 🙏
Beri saran dengan komentar sebanyak-banyak nya ya... Biar aku ada semangat buat lanjutkan cerita ini wkwkwkw
Spam boleh juga ko 😁Maaf kalau ceritanya gak sebagus atau gak menarik... Tapi koment dan saran kalian sangat membantu.
WARNING!!!! DILARANG KERAS PLAGIAT ATAU COPY CERITA INI!!!!
Happy Reading!!
.
.
.
.
.
.Dari sepuluh orang yang kupilih mungkin hanya tiga atau empat orang saja yang menyukai pelajaran ilmu alam —Biologi— dan sisanya yang lain mungkin akan lebih suka mengumpat dari pada memuja organ-organ tubuh manusia dan ketujuh Kingdom. Termasuk aku.
Ha, tapi.. sebenarnya kalau boleh jujur aku benar-benar bukan tidak suka pelajaran itu. Aku suka.
Tentu saja.
Biologi atau pelajaran ilmu alam itu adalah Pelajaran dengan nilai tertinggi kedua setelah pelajaran Kimia. Kalau kalian ingin tahu.
Hanya saja yang aku tidak sukai itu adalah gurunya. Yap... Gurunya yang membuat aku harus menahan makianku yang siap meledak kapan saja. Ia suka berteriak, menyindir bahkan tertawa mengejek pada siapapun yang tidak mengerti pada pelajarannya. Termasuk aku yang sering ia lakukan seperti itu, padahal aku mengerti dengan pelajaran nya.
Guru kepala plontos dengan keriput di wajahnya dan perut buncit itu selalu saja ingin menjatuhkan diriku didepan teman-temanku. Ia sering mencari kesalahan terkecil apapun dariku. Dan sekarang hanya karena aku lupa menggambar satu sketsa organ tubuh —yang kuketahui namanya adalah limfa—manusia aku harus berdiri dengan tangan harus diangkat setinggi-tingginya sebagai hukuman.
Sial sekali bukan!
Bahkan ia juga menyuruhku berdiri dengan satu kaki. Ah, damn. Rasanya ingin sekali aku menancapkan paku panjang di kepala plontos itu, biar ia berubah menjadi kuntilanak dengan versi kepala botak.
Pelajaran berlangsung selama tiga jam dan tiga jam itulah aku harus berdiri satu kaki dengan kedua tangan yang terangkat tinggi. Pegal sekali.
Setiap guru botak itu membelakangi ku, aku selalu mencuri kesempatan untuk menurunkan kedua tanganku dan juga satu kaki ku. Tapi, ketika guru itu berbalik menghadap papan tulis —kebetulan aku berdiri tepat disamping papan tulis— mau tak mau aku harus kembali ke posisi awal.
Sampai pada akhirnya jam pelajaran guru ini selesai aku menurunkan kedua tanganku dengan perlahan. Sialan, rasa pegal dan panas langsung menyerang kedua bahuku. Ugh... Rasanya bahuku ingin lepas dari tubuhku. Aku berjalan pelan menghampiri Da-jung yang masih duduk dibangkunya. Mengabaikan bahwa guru botak itu masih didalam kelasku. Aku tidak peduli.
"Ku kira ia akan menyuruhku memungut sampah atau membersihkan Lab."aku menjatuhkan bokongku di kursi ku sembari memukul dan memijat lenganku yang pegal sebelum guru botak itu meneriakiku dikursi panasnya.
"Byun Youngie siapa yang menyuruhmu duduk? Kau seharusnya masih berdiri disana sampai aku benar-benar menyuruhmu duduk!"
Saat guru dengan kepala plontos mengatakan hal itu, sungguh aku benar-benar ingin menancapkan paku panjang di kepala botak itu. Tapi, karena aku tak ingin membuat masalah dengan guru itu, maka kuputuskan untuk menurutinya. Aku berjalan kembali menuju tempat tadi dimana aku berdiri, namun langkah ku terhenti saat guru botak itu menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close Range Love
RomanceSial! Aku tak suka dikatakan bodoh oleh siapapun, termasuk ibu dan ayahku. Memang. Aku memang payah dalam pelajaran berhitung-Matematika- Tapi, walaupun aku payah dalam pelajaran itu, nilaiku tak pernah di bawah rata-rata saat pembagian rapor dan p...