1

438 34 0
                                    

Salju mulai turun.

Namun hiruk pikuk ini seakan tak pernah surut.

Terlalu lama. Waktu akan terbuang sia-sia.

Mencari jalan pintas di belantara beton yang menjulang.

Sepi. Lampu bar sedikit redup.

Dari luar tampak sepi. Namun bila mendekat tak lagi.

"Pergi!! Jangan berjudi jika tak punya uang! "

Pria. Tanpa busana. Di lempar ke tumpukan sampah di sudut gang.

"Permisi tuan? Anda baik-baik saja? "

Musim dingin tanpa busana bukanlah ide yang baik.

"Tuan? Anda masih hidup bukan? "

Magenta. Biru. Jiwa yang berapi-api. Penuh ketidakpastian seakan takdir yang tertulis.

"Akh!! Aku kalah lagi!! Eh? Kau siapa? "

Wajah polos tak mengerti situasi. Lucu.
Ingin rasanya menipu.

"Tuan, berkeliaran tanpa busana bukanlah pilihan yang baik. "

Tangan yang lebih besar. Tangan yang bertaruh demi apapun yang di inginkan.

"Tolong berpakaian dengan benar. "

Bersujud. Berulang kali mengucap terima kasih. Masih tanpa busana. Tidak peduli beberapa yang lewat menatap.

"Terima kasih! Terima kasih! "

Seiring melanjutkan langkah. Kalimat selanjutnya adalah yang tidak pernah aku harapkan.

"Namaku Arisugawa Dais! Terima kasih atas bantuannya! Semoga kita bertemu lagi, Nona! "

Andai tahu...

Aku tak akan pernah mencari jalan lain.
_________________________________


"Gentarouu~!"

"Daisu-Kun. Ada apa lagi? "

"Itu... Pinjam uang dong~ aku kalah lagi. "

"Lagi? Bukannya kemarin sudah? Bahkan sekaligus pakaian dan makanan untukmu."

"Aww.. Ayolah! Kali ini saja... Aku janji akan menggantinya kalau menang kali ini! "

"Baiklah. "

"Sungguh?! "

"Tentu tidak. "

"Tapi, tapi- "

"Aku ada janji dengan editorku. Sampai jumpa. "

~

Bagaimana menjelaskannya?

Teman dengan kebutuhan? Tepatnya yang dibutuhkan dia adalah lembaran kertas bernilai.

Sulit untuk dijelaskan. Mereka tidak kenal satu sama lain sebelum bergabung dengan Fling Posse. Hanya orang asing. Itu yang diyakini Gentarou.

"Gentarou-Kun? Gentarou, kau disini? "

"Ah, maaf Rei-San. Ada apa? "

"Tidak apa-apa. Kau sedang tidak fokus ya? Apa kau mengalami kesulitan? "

"Sedikit. Tapi aku bisa menyelesaikannya tepat waktu. "

"Maksudku bukan novelmu. Tapi dirimu. "

Tangannya berhenti. Tulisan kembali tertunda.

"Aku? Kenapa harus aku? "

"Karena kau seperti sedang mengalami kesulitan. Apa yang tidak bisa kau ungkapkan? Biasa tulisanmu bekerja dengan baik. Tapi sepertinya kali ini tidak. "

"Apa yang harus kuungkapkan lagi? Semua sudah selesai. Tidak ada yang perlu di ungkapkan. "

"Kau sungguh seperti orang baru saja jatuh cinta. "

Penanya terjatuh. Mengotori kertas putih dengan tinta hitam. Seperti tertangkap mencuri di siang bolong.

"Aku tidak punya waktu untuk membangun hubungan. "

"Usiamu 26 tahun. Apa salahnya menjalin hubungan? Apa kau berencana menghabiskan sisa waktumu sendirian? "

Untuk kedua kalinya ia menghentikan pena yang tengah menari di atas kertas.

"Bagaimana dengan anda sendiri? Apa anda akan terus-menerus lari? "

"Hahahahaha, kau tahu sekali bagaimana harus membalasku. "

"Terima kasih untuk pujiannya."

"Tapi, apa yang aku dan kau jalani adalah dua hal yang berbeda. Yang terjadi padaku adalah karena kesalahanku. Bukankah kau sendiri sudah belajar dari kesalahanmu yang sebelumnya? "

Tidak ada jawaban untuk beberapa detik.

"Rei-San, terima kasih untuk bimbingannya hari ini. Aku pamit dulu. Sampai jumpa. "

Seiring Gentarou menjauh. Seorang Amayado Rei, menggumamkan hal yang mungkin selamanya akan ditepis oleh seorang Yumeno Gentarou.

"Kau sudah belajar. Tapi takut untuk memulai lagi. Takut yang sama terjadi kembali. Padahal yang perlu kau khawatirkan adalah hatimu. "

To be continued

Once in a LifetimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang