MERAK

33 4 0
                                    

Mataku dipejamkan sang rembulan
Entah kenapa tenang hati ini
Ketika rembulan menari didalam dada
Hati ini terasa merona dan meronta
Tak kuat menahan gejolak rembulan

Waktu semakin larut terbuai hanyut
Menikmati cumbuan rembulan
Yang selalu membelai angan
Tanpa disadari tangan mulai melemah
Perlahan lunglai tanpa pelawanan

Tapi waktu ada batasnya
Meski rasa ini tanpa batas
Yang selalu kuat menahan nafas
Nafas gejolak rindu rasa haru
Yang berlalu dengan sendu

Tatapan kosongmu mengingatkanku
Iya, mengingatkanku pada seorang
Yang selalu mengepakkan sayapnya
Tanpa peduli sekitarnya
Yang selalu mencederainya

Hai rembulan
Jangan ceritakan ceritaku padanya
Aku takut jika dirinya tahu
Bahwa aku mengaguminya
Pasti dia akan pergi dariku

Meski aku bintang
Tapi aku tidak mungkin bisa
Membuatnya tersenyum
Karna aku hadir ketika dirinya bersedih

"Aggit Poetra"


MAHKOTA

Layaknya hujan dibulan Juli
Tak seindah hati yang merasuki
Pecahan hati tiada henti meneriaki
Punahnya asa dan harapan
Menahan tanpa cucuran air mata

Gelas pun benyanyi Seakan mengerti
Hujan dibulan Juli Telah pergi
Entah kapan hadir kembali
Indahnya hati yang terisi
Meski tanpa sebuah memori

hujan dibulan Juli
Seolah familiar ditelinga
Tapi asing di dalam hati
Menderu bagai dedaunan
Tanpa ragu meniup segala angan

"Aggit Poetra"


KUPU-KUPU BERENANG

Waktu seakan berbisik
Sempat mengusik tanpa berisik
yang hanya hati yang terusik
Air berbicara perlahan sayu dan pilu
Memutar sendu yang mendayu

Tatapan merayu dengan ragu
keindahanmu seakan pudar
Oleh hempasan ombak-ombak parasmu
Yang menusuk sukma dan raga
Merobek sayap-sayap lembut

Tenggelam dalam kenangan
Terbuai dalam angan
Kepakkan sayap-sayapmu
Hingga kedalam lamunan terdalam

"Aggit Poetra"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MERAK EMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang