Gadis mungil itu mondar-mandir memasukkan semua barang yang ia perlukan untuk berlibur. Tangannya dengan telaten menyusun barang bawaannya ke dalam koper. Tak lupa kotak P3K selalu ia bawa, mahasiswi Kedokteran umum semester tujuh membuatnya selalu sigap. Ia mengambil ponsel dan membuka kontak. Menghubungi sahabatnya, "assalamualaikum gue udah selesai nih, buruan kesini""........."
"Buruan gue tunggu, wa'alaikumsalam"
Dengan sedikit kesusahan Prilly membawa kopernya keluar kamar. Baru setelah itu ia minta tolong ke supirnya untuk menaruhnya ke dalam mobil. Setelahnya gadis itu menuruni anak tangga sambil memakai jaket birunya.
"Udah mau berangkat?" Tanya ayah Rizal melihat anak gadisnya menuruni tangga.
Prilly langsung memeluk ayahnya erat, "masih nunggu Rara yah, selama illy nggak di rumah ayah jaga kesehatan" ayah Rizal mengelus punggung anaknya dengan lembut. Semenjak bunda Ully meninggal, Prilly semakin overprotektif dengan kesehatan ayahnya.
Ayah Rizal mengelus pucuk rambut Prilly, "iya, ayah nggak bakal langgar apa yang Bu dokter bilang" canda ayah Rizal sembari menyentil hidung mancung anaknya. Ia akan melakukan apa saja demi kebahagiaan putrinya ini. Setelah ditinggal bunda Ully, ayah Rizal lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga terutama untuk anak-anaknya.
Dilahirkan dari keluarga kaya raya tak membuat Prilly sombong. Pembawaannya yang periang membuat siapa saja senang berteman dengannya. Di tambah lagi gadis itu peduli dengan siapapun, tak memandang status sosial.
🌺🌺🌺
"Gilaaaa seger banget" pekik Rara setelah keluar dari mobil. Kedua tangan gadis Minang itu terentang, menikmati hembusan angin yang menerpa badannya.
Sedangkan sahabatnya sibuk mengarahkan lensa kamera ke sekelilingnya. Mengabadikan semua yang tak ia lihat di kota. "ini baru liburan, tugas di hempas jauh. Pokoknya kita disini seneng-seneng" Prilly merangkul bahu Rara erat. Mengacak rambut sahabatnya sebelum lari masuk ke villa.
"Prillllllly rambut gue, awas gue bales Lo" teriak Rara sebelum mengejar Prilly, dengan sumpah serapah ia mencari Prilly ke semua ruang. Beginilah kedua sahabat itu selalu bertengkar, meskipun begitu mereka seperti saudara tak bisa dipisah.
Keesokan harinya, Prilly dan Rara sangat antusias ingin menjelajahi desa itu. Bahkan sebelum matahari terbit keduanya sudah siap-siap. Udara pagi yang dingin tak membuat semangat keduanya luntur, dengan berbekal jaket tebal keduanya menelusuri jalan setapak kebun teh. Tak jarang keduanya saling bercanda dan terkagum-kagum melihat pemandangan nan indah.
Rara berjalan lebih dulu, "ly liat tuh sungainya jernih banget, kesana yuk" tak menunggu jawaban dari sahabatnya yang sibuk membidik bulir embun di daun teh, Rara berlari ke sungai. Gadis itu berniat mengambil air sungai dengan tangan, namun naas batu yang ia pijak tak kuat dan akhirnya ia terpeleset. "Aaaaa yaaaah basah" meskipun sungainya tak dalam tapi mampu membuat sebagian celana Rara basah.
Melihat Rara yang berdiri di pinggir kali dengan sepatu dan celana basah membuat tawa Prilly meledak, "hahaha kasian Lo kena azab. lagian Lo nggak hati-hati siih, sini gue bantu" mengulurkan tangan di depan wajah cemberut Rara.
"Gue udah hati-hati, batunya aja yang ngeselin" dumel Rara.
Prilly mencebikkan bibirnya, "mending Lo pulang, ganti celana keburu masuk angin" suruh Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ali
FanfictionSemua berawal dari libur semester. Terinspirasi dari film Bukan Cinta laki-laki Biasa