4

2.5K 208 25
                                    

    Ali mengendarai motor bebeknya ke arah villa Prilly. Laki-laki itu menggunakan peci hitam, baju Koko putih dan sarung biru dongker. Membuat siapapun yang melihatnya pasti tak berkedip.

   Sedangkan Prilly yang terlalu antusias sudah duduk di teras menunggu kedatangan mas Alinya. Kedua sudut Prilly melengkung melihat Ali yang mengendarai motor memasuki halaman villa. Ia langsung berdiri menyambut kedatangan Ali.

   Ali menstandarkan motornya lalu mendekat ke arah Prilly yang berdiri di dekat pilar kayu. "Assalamualaikum bidadari"

   Kedua pipi Prilly langsung merona mendengarnya, ia memalingkan wajahnya tak mau Ali melihat kedua pipinya. "Waalaikumsalam" jawab Prilly gugup.

   "Udah siap?"

   Hanya di jawab dengan anggukan oleh Prilly.

   "Kita jalan ya nggak mungkin kita boncengan," ingin sekali Ali menggandeng tangan Prilly, namun itu belum bisa ia lakukan sekarang. Tapi coming soon.

   Sekali lagi Prilly hanya mengangguk. Sungguh ia tak mengira bisa sesalting ini karena sebelum-sebelumnya tak pernah seperti ini.

   "Kamu tambah cantik" gumam Ali sembari melirik sekilas ke arah Prilly yang menunduk.

    Rasanya kedua kaki Prilly melemas, ia tak mampu lagi harus mendapat gombalan-gombalan Ali lagi. Ia tak mengira Ali rajanya gombal, sebenarnya itu hanya gombalan biasa tapi lain jika Ali yang mengucapkan. Rasanya kupu-kupu bertentangan di perutnya, menggelitik.

   Selama perjalanan keduanya hanya diam. Kemana Prilly yang cerewet? Hilang cuma karena dibilang cantik. Tentu saja dibilang cantik oleh orang yang disukai pasti beda dengan yang bilang orang lain.

   "Nah di depan itu tempat aku ngajar ngaji, kamu capek?" Ali menoleh ke samping kanan.

   Prilly melihat ke depan, ia melihat mushola yng sudah banyak anak kecil main-main. "Enggak sama sekali kalo jalan sama kamu" ceplos Prilly. Membuat ia memukul-mukul bibirnya. Malu.

   Terdengar kekehan renyah dari bibir Ali. Laki-laki itu sungguh tampan menggunakan baju muslim, apa semua laki-laki akan bertambah tampan jika menggunakan baju muslim. Prilly heran, kenapa bisa ada setampan Ali terdampar di desa ini.

  "Assalamualaikum" Ucap Ali setelah sampai di teras mushola.

   "Waalaikumsalam" semua anak-anak berbondong-bondong meminta Salim.

   Prilly yang berdiri di belakang Ali, menatap haru. Ia jadi teringat kapan terakhir ia mengaji di mushola di perumahannya. Mungkin sebelas tahun yang lalu sebelum ayahnya menyurus ustazah ke rumahnya, semenjak itu ia tak lagi bisa bermain bareng dengan tetangganya.

   "Perkenalkan ini mbak Prilly" Ali memperkenalkan Prilly ke anak didiknya. Membuat Prilly tersenyum lebar melihat anak-anak itu menatapnya.

   "Assalamualaikum"

   "Waalaikumsalam" jawab serempak bak paduan suara.

   "Kita mulai ngajinya ya"

   Anak-anak duduk berbaris rapi di depan Ali sambil membawa jilid masing-masing. Prilly yang duduk di barisan paling akhir tersenyum melihat Ali memimpin doa, suaranya sangat merdu dan fasih. Perpaduan suara cempreng anak kecil dan suara bass Ali sungguh membaut hati Prilly damai.

   Selesai berdoa bersama, tiba-tiba ada yang mengucapkan salam. "Assalamualaikum" kepala Prilly langsung mencari sumber suara. Ia melihat perempuan berkerudung syar'i mendekat ke arah anak-anak.

   "Waalaikumsalam" jawab serentak semua yang ada di teras mushola.

   "Maaf telat, udah berdoa?" Tanya perempuan itu duduk di barisan depan tapi berjarak sekitar dua meter dengan Ali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mas AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang