Dear Lucas

1.5K 286 42
                                    


Jihoon melirik jam waker dinakas samping tidurnya, masih jam delapan malam dan ini hari Senin, tidak akan ada satu orangpun teman gengnya yang datang malam ini. Pemuda Park itu mendengus kesal-merasa bosan. Meskipun sudah menghabiskan waktunya dengan bermain game online.

Menoleh lagi ke arah piano yang terpajang disudut kamar. Jihoon merenggut, merasa malam ini berjalan lambat tak seperti biasanya ia ingin segera datang kesekolah. Setidaknya Jihoon tidak merasa kesepian seperti sekarang. Papanya malam ini pulang, hanya itu yang Jihoon tahu dari laporan sekretaris papanya tadi pagi. Mungkin subuh nanti baru pria itu pulang dan siangnya pergi lagi.

Selalu seperti itu.

"Laper" desis Jihoon. Dirinya lupa makan siang karena sibuk membolos diatap sekolah dengan Lucas dan lainnya hari ini. Mengingat Lucas membuat pipinya perlahan terasa panas dan jantungnya mulai berdetak semakin cepat.

Jihoon besok harus kontrol ke dokter keluarganya.

Ketika ia sudah berada didapur untuk menghangatkan pizza instan dari kulkas, bel pintu berdenting sebanyak tiga kali. Jihoon berdengung, papanya tahu password pintu dan ini masih jam sembilan malam, siapa yang kerumahnya jam segini.

Apa Mark meninggalkan barangnya lagi?

Dengan malas Jihoon membuka pintu rumahnya dan tertegun ketika menyadari sosok Lucas yang berdiri didepan pintu dengan dua kotak besar berisi sushi box.

"Lu uda makan?" Suara Lucas menyentakan Jihoon yang melamun tak menyangka pemuda Wong itu datang semalam ini hanya untuk membawakannya makanan.

"Ah iy- belum" Jihoon menepuk pipi kanannya.

"Kenapa lu?" Lucas menaikan satu alisnya bingung melihat tingkah pemuda manis didepannya itu.

"Lah elu yang ngapain jam segini kerumah gue? Tumben" Jihoon mendongkak dengan wajah kesal meskipun jantungnya terasa semakin kencang berdebar.

"Lu tadi ga makan siang, jadi gue bawain sushi. Lu keseringan makan-makanan instan" tanpa Jihoon persilahkan Lucas langsung masuk dan duduk dimeja bar dapur. "Bener kan lu makan pizza instan lagi"

"Sok tahu lu" Jihoon berdehem dan kembali mendongkak seolah menantang Lucas. "Sejak kapan lu peduli gue makan apa"

Lucas terdiam. Menatap dalam pemuda Park itu yang berlahan salah tingkah.

"Sejak lu jadi pacar gue"

Blush!

"Ga lucu cas!" Desis Jihoon.

"Emang gue lagi ngelawak?" Lucas membuka box berisi sushi dari restaurant terkenal dekat rumahnya itu. "Duduk. Dimakan nanti kalau kelamaan uda ga fresh lagi"

Kalah telak Jihoon duduk dengan wajah terpaksa berhadapan dengan Lucas yang menyodorkan sumpit sekali pakai. "Lu marah gue bilang ga pantes buat punya badan berotot?" Lucas menoleh kearahnya yang hendak menyuap sepotong sushi salmon.

"Hnm tadi" balas Jihoon setelah menelan makanannya "Tapi ada benernya juga, gue emang ga bisa olahraga hehehe" mata bening itu perlahan menyorot sedih.

"Sorry" terdengar nada penyesalan Lucas. "Gue cuma ga mau lu cape dan collaps kayak dulu Ji"

Keduanya bertatapan.

"Gue ga mau Lu sakit, gue ga tahu harus gimana kalau lu sakit kayak dulu Ji"

"Hehehehe gue udah sehat kok"

Lucas mengeleng "Gue tahu lu masih sibuk ke dokter setiap minggu dan rutin minum obat"

Jemari Jihoon yang sedang memegang sumpit perlahan bergetar. Matanya bergetar dan Jihoon tak tahu harus menjawab apa kali ini.

"Tahu darimana?"

"Gue diem selama ini bukan berarti ga peduli sama lu" Lucas mengarahkan sepotong sushi kearahnya "Gue cuma ga tahu harus ngapain, Lu bisa anggap pacaran kita ini cuma dare iseng tapi gue ga Ji"

"Maksud lu?"

"Gue suka sama lu"

"Hah?!!!!" Jihoon tersedak sushi dimulutnya.

"Anjir! Minum dulu kayak anak TK deh lu!" Lucas dengan cepat memberikannya segelas air mineral.

"Gimana cas?"

"Gue suka sama lu"

Wajah Jihoon merah padam.

"Cas. Lu sama gue itu cowo"

"Terus?"

"Nanti ga bisa berkembangbiak"

"Lu kira hubungan manusia itu cuma sebatas beranak"

"Ya tapi"

"Takut dosa lu?"

Jihoon ngangguk dengan polosnya.

"Masuk neraka juga lu ada gue disana"

"Cas gue serius!"

"Gue cinta sama lu dan cinta itu ga dosa"

"Mabok lu ya?"

Braaagh!

Wajah Lucas terlihat mengeras usai mengebrak meja bar didepannya itu. Ditatapnya wajah Jihoon yang masih shock dengan ekspresi kesal yang kentara.

"Ji! gue ga ada waktu lagi buat bikin lu ngerti kalau gue suka sama lu!!! Lucas berdiri dari kursinya, berbalik tanpa menoleh lagi kearah Jihoon yang mulai terisak.

"Cas.." lirih Jihoon.

Lucas berjalan cepat menuju pintu luar.

"Gue pulang Ji" suara Lucas terdengar berat.

"Cas..ugh"

Bruuuugh!

Lucas dengan cepat berbalik dan melihat Jihoon ambruk dilantai dapur.

"Jihoon!" Dengan cepat ia berlari dan mengendong tubuh Jihoon yang sedang tak sadarkan diri, memindahkan pemuda itu keatas sofa dan mengecek detak nadi dipergelangan tangan Jihoon.

"Shit!" Lucas membenarkan posisi Jihoon-untuk melakukan CPR.

"Sorry Ji" desis Lucas dengan wajah penuh penyesalan. "Sorry" wajah pucat Jihoon perlahan mulai tampak normal berikut detak jantung dan pernafasannya setelah dua menit kemudian.

"Cas.." Jihoon membuka matanya dan mendapati Lucas menatapnya cemas dengan airmata menetes.

"Body doang gede lu!" Jihoon berdecak "Bukannya uda sering liat gue pingsan, pake nangis segala" suara pemuda Park itu masih terdengar lemah.

"Sorry gue ga maksud.."

"Hehehehe it's okay" Jihoon tersenyum masih membiarkan Lucas mengenggam tangannya.

"Ji gue sayang sama lu" Lucas mendekatkan hidungnya pada kening Jihoon "Gue takut..."

"Lu ga disuruh Haknyeon ngedrama kan ya?"

"Astaga Jihoon!"

"Hehe"

Jihoon memejamkan matanya ketika merasakan bibir tebal Lucas mencium keningnya lama.

"Kita ada dua puluh enam hari lagi buat pacaran" bisik Jihoon yang dibalas gelengan kepala Lucas.

"Nope Ji! I want you forever"

TBC

Bunda Loves You 💋

Tiga chapter lagi ending 💋❤❤❤

Don't Need Love (CasWink✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang