Matahari menyinari dengan garangnya. Panas, itu yang di rasa, rambut panjangku yang sudah ku kuncir kuda pun, masih kepanasan.
"Ngadem dulu lah, aku juga lapar," kakiku melangkah menuju grobak tukang bakso di depan SMK tempatku sekolah.
"Pak, bakso sama es kelapanya satu ya," ucapku, duduk dan memainkan hp.
Kling, ada pesan dari kakak tetanggaku.
"Dek, lusa ada festival band, mau nonton tidak? Soalnya kakak juga mau ikut,"
"Ikut dong, tapi bonceng ya!" Jawabku.
"Siaaap!" Balasnya.
Ku masukan ponselku kedalam saku tasku, saat bakso dan es kelapa muda pesananku sudah datang.Ku lahap bakso sampai tandas, lalu ku minum es kelapa yang membuat segar tenggorokan. Yang semula kering karena cuaca panas, di bulan kemarau ini.
Setelah semua tandas, aku memutuskan untuk langsung pulang, ku kirim chat ke teman-temanku.
Aku "Gays, aku pulang duluan ya, panas nih,"
A "Oke"
J "Aku g di tungguin?"
N "Hati-hati fit, nanti di culik loh," jawab Nita.
Aku "Siap beb,"
Ku masukan kembali ponselku kedalam tas. Kunaiki motorku, kupakai helm untuk keselamatan. Kulajukan motorku pelan.
"Assalamualaikium," ucapku, di depan pintu rumahku.
"Alaikumsallam," jawab mama. Ku kecup tangan mama, kedua adik ku pun ikut keluar dari kamarnya.
"Mbk, udah pulang, panas-panas gini tidak pakai jaket, nanti hitam loh," ucapnya.
"Mbak emang udah hitam, tapj tetap manis kok," jawabku, mengacak rambut adik perempuanku yang bernama Amel.
"Mah, lusa Fitri ikut kak Mukhlis ya, ke acara festival musik?"
"Sama siapa saja?"
"Sama band nya kak Mukhlis mau ikut mah," jawabku.
"Ya sudah, tapi pulang jangan malam-malam, ya?"
"Siap," jawabku.
Aku keluar rumah menuju rumah kak Mukhlis. Di sana ada teman band nya kak Mukhlis yang lagi asik main gitar dan nyanyi nggak jelas.
"Eh, dek fitri, sudah pulang sekolah?" Tanya mas Arif yang ku tahu dia di posisi drummer di band ini.
"Eh, iya mas, sudah dari tadi juga," ucapku canggung.
Mereka melanjutkan bermain gitar, ku pejamkan mataku, ku nimati setiap alunan gitar yang di mainkan. Sesekali ku ikut bernyanyi sesuai irama lagu yang di mainkan. Aku merasa ada yang memperhatikanku, aku pun membuka mataku, hingga tatapan ku dan tatapan mas Arif bertemu, dia tersenyum kepadaku. Ku balas senyumnya, dan aku izin untuk pulang.
"Eh, aku pulang dulu ya," pamitku.
"Kok, cepat-cepat," tanya mas Arif.
"Ada tugas," ucapku canggung dan melangkah meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRUMMER LOVE STORY
General FictionSinopsis Aku berpikir, haruskah ku beri kesempatan kedua untuknya. "Dek, mas minta maaf, mas mau kita balik kayak dulu lagi," ucapnya. "Mas tau, betapa kecewa dan sakit hatiku saat kau mentigakan rasa sayang dan cintaku?" tanyaku dengan air mata...