Diary ini ku mulai pada tanggal 10 September 2019.
"10 September 2019 pukul 12.37 saat dimana ke empat bola mata bertemu. Meski hanya sedetik, kebahagiaan yang entah darimana munculnya membuat senyum di bibirku merekah. Tak peduli entah orang-orang melihatku layaknya orang gila, aku tak peduli. Yang aku tahu aku sudah melihat sesosok malaikat yang turut menatapku."
"11 September 2019 pukul 10.24 sesosok malaikat mencoba mengikat kembali tali sepatu yang tadinya terlepas. Tanpa ku sangka matanya kembali menatapku. Sisi imut yang selalu ku rindukan tergambar jelas di kedua bola mataku. Tanpa suruhan atau komando, langsung saja kakiku berlari melompat lagi-lagi seperti orang gila."
"11 September 2019 pukul 12.36, kali ini sendiri. Ya, kini aku seorang diri duduk menunggu di beranda sekolah. Tepat semenit lebih cepat dari yang kemarin. Namun, entah apakah karena aku hanya seorang diri. Kali ini keberanian untuk menatapnya seakan musnah. Tapi untung saja mataku sempat menangkap tawa bahagianya yang mampu menghilangkan seluruh beban hidupku saat itu juga.
"12 September 2019 pukul 07.08 tepat setelah aku memarkirkan motorku. Entah mengapa, namun kali ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya sepagi ini. Plat motor berlatar putih dengan font merah bernomor 3155 XX."
"12 September 2019 pukul 12.36 kamera yang telah ku siapkan sedari tadi akhirnya menangkap wajahnya. Namun, ada hal yang menarik hari ini, temannya memergok kameraku lalu tertawa lepas dan memberitahu kak Meldi."
"12 September 2019 pukul 13.02 langkah kakinya membuatku bangun dari tempat dudukku dan berdiri di depan kelas untuk melihatnya berjalan meninggalkan koridor gedung kelasku"
"13 September 2019 pukul 07.16 ia datang dengan jaket hitam putihnya, namun kali ini ia datang dengan motor yang berbeda, motor besar CBR berwarna hitam dengan plat nomor 3007 XF. Pada saat itu aku menyimpulkan bahwa seseorang yang imut akan menjadi cool pada waktunya."
"13 September 2019 pukul 07.21, tanpa sengaja mata kami bertemu, namun kali ini jarak kami sangatlah jauh. Ia melihatku dari kelasnya yang berada di lantai 2 dan aku dari lapangan bulu tangkis yang berhadapan langsung dengan kelasnya.
"13 September 2019 pukul 08.35, puncak kesenanganku terjadi tepat pada jam ini. Tatapan mataku yang disambut kembali dengan tatapan matanya disertakan senyum tipis yang terukir di wajahnya."
"16 September 2019 pukul 07.14, mood ku yang sangat hancur yang ku bawa dari rumah berhasi dicairkan oleh kehadirannya. Wajahnya yang terlalu imut memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menandingi moodku yang hancur sehancur-hancurnya."
"16 September 2019 pukul 07.43, ku ambil posisi terdepan di barisan upacara. Ya, apalagi kalau bukan untuk melihat wajahnya. Mataku masih belum puas dengan asupan wajahnya yang hampir satu jam menghiasi mataku."
"17 September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Emma
Short StorySeseorang yang menarikku untuk menulis sebuah cerita pendek, yang membuatku harus mengisi buku diary kecilku dengan segala hal yang aku lihat darinya. Tak kusangka, hatiku menyangkal jika dia hanyalah sekedar role model dari cerita pendek yang akan...