Peluru yang baru saja ia lepaskan sudah menjadi bagian dari tubuh pria berjas biru gelap. Kemeja pria bertubuh gempal yang lusuh bekas seharian kerja terkena percikan air berwarna merah kental dan masih segar. Pria gempal dengan hidung lebar itu tergeletak disamping pintu kamarnya.Ia masih berdiri di lorong itu. Pistol flintlock yang baru saja ia gunakan kembali ia sakukan pada pinggangnya.
Nyaris tanpa bergetar, ia tampak sudah hampir pawai melakukan hal itu. Tapi ia masih berdiri di lorong itu, menundukkan kepalanya sebentar seperti memberi rasa hormat, mengarah pada pria gempal yang sudah tak bernafas.
Tepat pada leher pria gempal itu. Kemudian ia pergi menghilang tanpa jejak.
***
"Kau cukup gila!" Ucap lelaki berkemeja hitam di sebuah ruang keluarga yang sangat besar.
Ia membalas perkataan itu dengan tatapan tajam. Melirik pada pria itu yang berdiri di samping kanan ia duduk.
"ide buruk memakai flintlock untuk membunuh orang dengan tubuh seperti itu, kau meleset sedikit saja, pria itu bisa saja selamat!" lelaki itu tetap berdiri, kemudian berjalan mondar - mandir membawa gelas berisi anggur.
"Aku sudah memastikannya" jawabnya.
"Je. jika kau ulangi hal seperti itu lagi. Kau juga membahayakan dirimu."
Je Aprilo. Begitu yang dikenal oleh Rin. Seorang pria pembunuh bayaran yang baru saja masuk dua puluh tahun. Tak jelas dari mana ia berasal. Jelas di Pulau Lotta ini Rin bertemu dengan Je.
Rin, orang yang ahli dalam bidang komputer. Ia menjadi patner Je sejak dua tahun yang lalu mereka bertemu. Rin biasa membersihkan rekam jejak Je setelah ia mendatangkan kematian.
"Hanya pastikan saja apa yang terjadi tidak ada jejak digitalnya." Je tersenyum tipis. "dan, pastikan klien kita sudah membayar sisanya."
"Ya. Sere sudah membayar semuanya."
"Bagus!"
"Kenapa kau tak berhenti saja melakukan hal ini. Semua yang sudah terkumpul, sudah cukup untuk kau pensiun. Bahkan, tiga kali target dari Sere saja bisa menghidupimu sepuluh tahun lebih."
"Kadang aku merasa lebih baik tidak berkerja denganmu!" Je tertawa kepada sahabatnya itu. Lalu ia keluar dari ruangan bawah tanah yang dalam tampak seperti rumah mewah sembari memakai jaket kain biru miliknya.
Bungker yang menjadi tempat Rin dan Je sekarang adalah ruang bawah tanah bekas pabrik rokok yang sudah lama. Jadi, tampak dari luar itu adalah pabrik kosong yang tanpa penjaga. Tak ada yang mengetahuinya. Karena Bungker tersebut ada di pinggir kota.
Siapa peduli dengan pabrik swasta tua pinggir kota? Pabrik sentral kota saja yang memberi lowongan pekerjaan.
Beruntungnya bungker tersebut memiliki garasi. Gerbangnya rata dengan tanah, dan Rin telah mengaturnya sedemikian rupa hingga tak terlihat kecuali hanya mereka yang tahu. Begitu rata dan samar dengan tanah.
Mobil SUV Je sudah berada di jalanan. Ia biasa mengendarai mobilnya tanpa tujuan yang diketahui orang. Hanya dia yang tahu akan kemana dia.
***
"Deri, menawarkan pekerjaan untukmu. Aku sudah membicarakannya. Harganya pas untukmu"
Begitu suara telpon dari Rin yang suaranya terdengar memenuhi mobil.Je masih berada di dalam mobil dan tidak menjawab. Mobil itu menghadap ke arah pantai indah di Pulau Lotta.