"Keputusan Faya"

27 0 0
                                    

"Halo!jun, kita mesti ketemu sekarang!Gue mongomong penting!" kata faya dari seberang telepon.
"Bukankah kita baru aja pulang,sayang? Udah kangen lagi ya"balas junot diiringi dengan gurau.
" Enggak, jun!ini penting banget."
"Iya, tapi bukankah.... "
"Jun,please deh,gue serius! Gue tunggu lima belas menit lagi di restoran tempat biasa kita bertemu. Oke? " potong faya cepat dan langsung menutup telepon.
Hatinya sedang kalut. Ia masih tak percaya dengan keputusan papa.Saat ini ia juga tak tahu bagaimana menjelaskan pada kekasihnya.
Selama lima belas menit menunggu, akhirnya junot pun datang dengan sikap faya. Ia duduk dan menatap faya lekat.
"Apa?! Kita putus? " Junot heran mendengar keputusan dari faya.
"Tapi kenapa?Bukankah selama ini kita fine-fine aja, kan? Gue...Gue nggak percaya deh, elo jangan bercanda, Fay! Kita udah jalan sampai dua tahun dan..." Junot tak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Gue tau, elo sayang banget sama gue tapi maafin gue, jun! Gue nggak bisa ngejelasin semuannya sama lo." Faya mencoba menatap junot di sela isuk tangisnya.
"Fay, apapun yang elo minta, akan gue lakuin, asal jangan mutusin gue. Please, Fay, gue udah terlanjur cinta sama elo."
Faya tak bisa menjawab. Isakannya semakin keras terdengar.
"Fay, jawab pertanyaan gue. Gue salah apa sama elo? "
"Elo sama sekali nggak salah apa-apa, jun. "
"Terus, kenapa kita mesti putus, sih? " Junot melebarkan kedua belah tangannya.
"Sekali lagi maafin gue, jun. Gue nggak bisa ngejelasin semuanya sama elo,karena gue juga sayang banget sama elo."
Junot memegang tangan faya dan menatapnya penuh harap.
"Fay, tatap mata gue! Gue serius sayang sama elo."
"Tapi gue tetap nggak bisa, jun!"
"Tapi kenapa fay!"
"Makasih banget elo udah menemani gue selama ini. Gue bahagia pernah bersama elo, tapi hanya beribu kata maaf yang dapat terlontar dari mulut gue. Gue harus pergi. Gue juga sayang banget sama elo!" kata Faya terisak-isak. Ia menarik tangannya dan pergi dari tempat itu.
"Fay! Faya! Tunggu! " Junot mencoba menahan langkah faya.
"Gue harus pergu, jun! "
Faya berlari masuk mobil dan segera meninggalkan junot. Cowok itu berusaha mengejarnya tapi mustahil. Mobil sudah melaju dengan cepat.
Bukan tanpa maksud, faya tega meninggalkan junot begitu. Terlebih, ia sendiri tau, junot sangat mencintainya. Tapi ini harus. Demi junot sendiri. Sesampainya di rumah, keluarganya sudah menantikan kedatangannya dan mereka akan pindah ke kota bogor. Mengikuti tugas papa yang dipindahkan di kota tersebut. Dengan sangat berbeda hati, Faya harus meninggalkan kota bandung, kota yang menyimpan beribu kenangan indah bersama junot,cowok yang selalu ada di hati Faya.
Semakin pedih hatinya mengingat kenangan sekitar tahun lalu yang sampai saat ini belum terlupakan di benaknya.

****

"Dar! Elo ngelamunin apa, Fay? Ngelamunin gue, ya?" tiba-tiba Edo, teman akrabnya datang dan mengagetkan Faya dari lamunanya.
"Dasar! Ngagetin aja, sih?! "
"Abis dari tadi ngelamun aja."
Edo ikut duduk di dekat faya dan langsung menatapnya.
"Lah! Kok elo nangis sih? " lanjut Edo begitu melihat mata faya basah.
"Apaan sih, lo! Gue cuma kelilipan! " kilahnya menutupi.
"Kelilipan apa? Badak? "
"Yang bener aja lo! Emang bedak bisa masuk ke mata gue? Mikir yang masuk akal dikit kenapa sih?! " balas faya sambil menyusut air mata yang masih mengambang.
"Iya Iya, gitu aja sewot. " Faya nyengir.
"Eh, elo udah baca puisi di mading, belum? " Edo mengalihkan pembicaraan.
"Belom...., "
"Ada puisi cinta buat lo! "
Faya kaget...
"Gue? Siapa lagi sih...? "
Faya berjalan ke tempat mading diikuti Edo.

Mungkin cintamu bukanlah aku
Cintamu terlampau luas untuk orang lain
Meski ku belum juga tahu siapa orang itu
Andai kau tahu rasa ini
Mungkin aku akan bahagia
Fay...

Faya mengernyitkan alis membaca bait sajak itu. Puisi misterius yang sudah berbulan-bulan ini berhasil membuat kening cewek itu berkerut hebat. Gimana nggak, hampir tiap hari ada puisi cinta untuknya. Sejak ia pindah sekolah di kota ini, banyak kejadian aneh menimpanga. Salah satunya puisi itu yang dari entah siapa. Faya bukannya senang, tapi malah takut karena puisi itu.
"Gue tuh penasaran banget sama penulis puisi ini, " Kata faya pada Edo
"Terus, kenapa elo nggak coba cari tau siapa dia, faya? "
"Gue nggak tau gimana caranya. Menurut lo siapa? " Faya minta pendapat Edo.
"Mana gue tau. Setan kali! "
"Geblek! Gue serius... "
"Menurut gue, yang nulis puisi cinta buat elo tuh cuma orang iseng. Coba deh bayangin, dilihat dari muka elo nggak cantik-cantik amat! Dilihat dari body juga payah. Kerempeng lurus kayak papan. Mana ada cowok yang suka sama lo?! " Edo terkikik sendiri.
Faya geram.
"Apa lo bilang?! " Biarpun gue jelek ato nggak cantik, biarpun body gue lurus kayak papan ato dibilang nggak seksi, gue bersyukur masih ada cowok yang suka gue! Daripada elo, ganteng juga pas-pasan! "Faya nggak mau kalah.
Edo nyengir, lalu berdiri dari duduknya.
" Elo belom tau sih, diva-diva sekolah pada kecantol sama gue. Harusnya elo bersyukur, bisa kenal dan punya penyakit katarak! "
"Ehh... Lo tuh... "
"Apa? Oh... sekarang gue curiga. Jangan-jangan, lo sendiri yang nulis puisi cinta itu untuk gue?! Selama ini cuma lo kan, teman curhat gue? "
"Heh! Jangan ngaco, dong! Kalaupun gue suka sama lo, gue bisa langsung ungkapin perasaan gue ke lo! "
"Apa?? Elo suka gue? Wah, gue bilang juga apa, masih banyak cowok yang ngejar-ngejar gue. " Faya sok PD.
"Yee... Itu masih misalnya,bodoh! GR banget jadi orang. Tapi kalo beneran, elo harus terima gue. Eeh... Nggak ding!Paling elo nantinya yang suka gue... "
"Kalo obrolin cinta jangan ke gue, "  ujar faya jengkel.
Tiba-tiba edo menatap faya lekat.
"Kenapa elo aneh gitu? " Tanya faya heran ketika melihat muka merah Edo.
"Hehehe... Gue ganteng ya, fay? "
"Ahh... Garing lo! "
Faya pergi ke kelas dan meninggalkan Edo yang sama sekali nggak peduli dengan tampang jutek faya.

****

Minggu pagi, Faya jogging bersama Jedy, sahabat sekaligus tetangganya. Kegiatan itu merupakan aktivitas rutin yang terus ia lakukan setiap minggunya. Selain untuk melemaskan otot-otot yang kaku, kata faya bisa buat kegiatan sampingan untuk cuci mata.
"Jes, gue capek nih! Istirahat bentar yuk?! "
"Payah lo! Baru begini udah capek. "
"Beneran deh, jangan banyak protes!"
"Iya, iya...!
Jesy diam sebentar, mengatur napasnya kembali.
" Buruan ah! Lo tuh kebiasaan deh, kebanyakan basa-basi! " sewot faya.
"Sabarlah! Masih ngatur napas gue. "
"Cowok itu namanya Dion. Dia itu baik banget, pengertian, terus yang bikin gue betah duduk di dekat tuh cowok, dia itu romantis! " Lanjut jesy, disusul tawa dari mulut faya.
"Kok lo ketewa? Kenapa? "
"Baru kenal aja udah berani bilang kalo siapa tadi namanya...? "
"Dion."
"Iya.Dion orangnya romantis! Hari gini lo mesti hati-hati, jes! Gini lho, sekarang ini banyak cowok yang punya pacar lebih dari satu. Nah, bisa aja tuh cowok pasang akting di depan elo, biar kesannya romantis. Terus kalo elo udah kena sandiwaranya dia, bisa aja elo ditinggalin! " kilah faya sambil terus tertawa.
"Enggak, faya! Yang ini lain banget deh, serius...! " Jesy mengangkat kedua jarinya lalu menghadapkan ke faya. "Suer! "
"Iya deh, gue percaya. "
"Terus? " Jesy menatap faya.
"Terus apanya? "
"Elo setuju nggak gue jadian sama tuh cowok? Sayang banget elo belom tau si dion itu kayak apa. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret admirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang