Love?

42 4 1
                                    

Apa itu cinta?

Pertanya basi yang sudah sering terdengar. Seharusnya tidak ada pertanyaan itu lagi. Tapi kadang pertanyaan itu terbesit dengan sendirinya. Sebenarnya, apa itu cinta?

Tidak ada yang pernah mengerti cinta, tapi banyak sekali yang merasakannya. Aneh, bukan?

Cinta itu anugrah.
Cinta itu menyakitkan.
Cinta itu buta.
Cinta itu bukan makanan.

Yah, ada banyak pengertian cinta menurut masing-masing orang.

Dan menurutku, cinta itu..... adalah rasa cinta itu sendiri. Bingung, kan? Nggak ada yang nggak bingung kalau bahas tentang cinta.

Ok, kenalin namaku Arjuna Ericson. Panggil saja Juna. Masih SMA kelas 3. Masih nggak cocok bahas cinta, makanya masih bingung apa itu cinta.

Di umurku yang sudah 18 tahun ini, aku masih jomblo. Belum pernah pacaran karena masih nggak mengerti tentang cinta. Mama sama Papa nggak berhasil membuat aku mengerti masalah cinta.

Mereka sudah pisah. Aku ikut Mama. Kakak ikut Papa. Kakak yang aku maksud kembaranku, Aryanta Ericson. Kami pisah negara. Mereka (Papa dan Aryan) di New York, aku dan Mama di Indonesia, Jakarta.

Papa memang orang New York. Bule tulen yang nikah sama Mama 19 tahun yang lalu. Mereka pisah 5 tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih SMP kelas 2. Mungkin karena hal itu aku tidak tahu menahu soal cinta. Hanya tahu Mama dan Papa sayang kami, anak-anaknya.

Aryan memang di New York, tapi kami masih saling komunikasi. Skype misalnya atau whatsapp-an atau kadang telepon biasa. Aryan yang nelpon kalau dari Indonesia ke New York biayanya mahal. Hubungan kami terjalin layaknya saudara seperti biasanya. Yang tidak biasa adalah jarak antara kami.

***

"Ma, Juna berangkat!! Assalamu alaikum," teriakku sembari memasang sepatu dengan buru-buru. Jawaban Mama yang memintaku untuk sarapan dulu tidak kugubris. Sialan, aku telat. "Juna udah TELAAAATT!!"

Aku putar motorku secepat yang aku bisa. Menstaternya dan mengeluarkannya dari halaman rumahku. Ini semua gara-gara Aryan. Kakak sialan. Dia membuatku begadang semalam hanya untuk mendengar curhatannya tentang cewek yang dia suka di sekolah.

"Pak!" cegahku melihat Pak Ujang ingin menutup gerbang sekolah.

"Den Juna? Tumben telat." Pak Ujang dengan cepat membuka lagi gerbangnya.

"Kesiangan, Pak. Makasih, yah, Pak." Aku memarkir motorku di parkiran yang paling dekat. Lalu aku berlari dengan kencang. Jam pertama Bu Intan. Guru matematika killer yang paling ditakuti di sekolah ini. Apa katanya kalau ketua osis telat?

Ya, aku ketua osis.

"Misi, Bu." Aku mengetuk pintu sopan.

"Arjuna?" Bu Intan terlihat terkejut.

"Maaf, Bu. Saya telat," ucapku sambil senyum.

Bu Intan melihat jam di tangannya. Membenarkan letak kacamatanya lalu menatapku. "Kenapa telat?"

"Eh, anu, Bu." Nggak enak kalau kubilang 'saya kesiangan'. Aku ketua osis, oi.

"Karena saya, Bu."

Aku menoleh. Di samping kananku ada cewek bar-bar dengan penampilan jauh dari kata rapi. Namanya Rinjani Lovia, si biang kerok sekolahan. Anehnya dia tetap bisa ada di kelas unggulan, kelasku yang sekarang dengan perilaku bar-barnya itu.

"Ng-nggak." Aku menggeleng cepat.

"Telat 5 menit doang." Rinjani menyenggolku, tepatnya mendorongku ke tempat dudukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything In The ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang